[Reading List @RomansaIndonesia Oktober 2023 - Cerita Bangku Kampus]
Hanya butuh waktu singkat bagi Linka Drisana untuk jatuh cinta pada Aldio Zefran Waranggana, seorang kakak tingkat dengan sejuta pesona. Bukan soal fisik belaka, melainkan diikuti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pada hari berikut, Zefran baru bisa kembali bertemu Linka dan punya kesempatan untuk bicara empat mata dengannya--sebab hampir seluruh penghuni kos pun telah pergi menjalani aktivitas masing-masing.
Kemarin, nyaris seharian benak Zefran hanya dipenuhi oleh tanya mengapa Linka berkata seperti itu di hadapan penghuni lain, lalu gadis itu menggantungnya begitu saja dengan alasan bahwa ia harus segera pergi ke kampus, dan Zefran bahkan tak tahu kapan tepatnya ia kembali ke kos. Tahu-tahu saja, lampu kamar Linka sudah menyala, tetapi ia sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya barang sejenak.
Kini Zefran kembali dapati Linka hendak berangkat ke kampus. Pergerakannya yang tidak terburu-buru membuat Zefran segera ambil kesempatan tanpa ragu. Ia yang baru menuruni tangga lantas lekas percepat langkahnya guna menghampiri Linka yang tengah terduduk di sofa, mengenakan sepatu.
“Linka,” panggil Zefran, yang tanpa disangka dapat sedikit mengejutkan sang empunya nama. Laki-laki itu lalu menjatuhkan tubuhnya di atas lengan sofa yang berseberangan dengan Linka.
Sementara itu, Linka dengan cepat menoleh. Kedua matanya sedikit melebar. Kemudian, ia hanya melempar senyum tipis sebelum kembali pada kegiatannya, tetapi gerakannya mendadak jadi lebih kaku.
“Kemarin kamu pulang jam berapa?” tanya Zefran, berbasa-basi sedikit. Rasanya ia tak bisa langsung bicara pada intinya saat ini.
“Sekitar jam tujuh, Kak,” Linka menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.
“Kok pulangnya malam?”
“Iya, soalnya ada kerja kelompok.”
“Lagi?”
“Yang kali ini nggak bohong--” Sekonyong-konyong ucapan Linka terhenti kala ia secara cepat menyadari bahwa ia sudah kelepasan. Baru saja, ia telah membongkar kebohongannya tempo hari di hadapan Zefran--meski tidak dikatakan dengan sejelas-jelasnya. Namun, Linka cukup yakin Zefran dapat menangkapnya dengan jelas. Hal itu terbukti kala Linka ragu-ragu mengangkat kepala hanya untuk merekam bagaimana reaksi lelaki itu.
Dan, benar saja. Zefran tergeming selama beberapa saat dengan tatapan tak percaya. Lantas dari mulutnya terlontar, “Yang kali ini nggak bohong? Berarti, yang sebelumnya itu bohong?”
Linka seketika kehilangan kata pada saat itu. Segera saja ia kembali tundukkan kepala dan lanjut mengikat tali sepatu. Untuk sejemang ia memejam seraya merutuki kebodohannya sendiri. Akibat pikiran yang mendadak kacau, hasil ikatannya menjadi tidak sempurna. Namun, Linka mana sempat memikirkan hal itu. Yang ia pedulikan saat ini adalah dirinya yang harus bisa pergi dari situasi tersebut sebelum Zefran bermaksud mengorek informasi lebih dalam.