Setelah mempersiapkan diri untuk pulang sembari membawa beberapa barang yang dibutuhkan, Linka akhirnya beranjak meninggalkan kamar, tak lupa pula mematikan lampu serta mengunci pintu. Melihat suasana kos yang sangat sepi membuat Linka berniat untuk langsung pergi begitu saja dan berpamitan singkat melalui pesan pada Maira dan Jihan. Namun, tak lama setelah itu Linka justru menangkap suara-suara yang bersumber dari dapur, membuatnya tanpa sadar lekas mengambil langkah ke sana.
Indra penglihatan Linka langsung saja menemukan keberadaan Maira dan Jihan yang tampaknya tengah mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak sesuatu. Kalau sudah begini, Linka pikir ia tak mungkin bisa pergi tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Linka pun menghirup napas sejenak sebelum membuka mulut, tetapi tepat pada saat itu, tahu-tahu ia sudah menemukan Maira yang telah menyadari keberadaannya.
“Eh, lo mau ke mana, Ka, udah rapi begini?” Maira segera melontarkan tanya tanpa berbasa-basi. Suaranya lekas menarik atensi Jihan yang tengah sibuk mengiris bawang-bawangan.
Tanpa disangka, perasaan canggung malah menyerang Linka dalam sekejap. Linka baru tersadar beberapa hari ini dirinya cenderung menghindari Maira, Jihan, juga penghuni lainnya pasca kejadian yang menimpanya. Pernah pada satu hari Linka mendapati cara mereka memandangnya tampak begitu lain, membuat ia segera berasumsi bahwa mereka sudah tahu perihal masalah yang terjadi.
Linka tahu dirinya tak perlu merasa bersalah, tetapi tetap saja ia tak mampu mengenyahkan perasaan tersebut begitu saja usai mendengar sendiri bagaimana orang-orang menganggap buruk kos yang ditempatinya sekarang. Ia tak menyangka menyebarnya rumor tak berdasar itu mampu membawa dampak lain yang bukan hanya tertuju kepadanya.
Sungguh, kini Linka betul-betul tak tahu bagaimana harus menghadapi para penghuni kos--selain Zefran.
“Ka, ini gue sama Kak Mai lagi mau masak mi goreng,” Jihan tiba-tiba berujar sebab Linka tak kunjung memberikan jawaban untuk pertanyaan Maira. “Lo pasti belum sarapan, ‘kan? Lo perginya nanti dulu aja, tunggu sampe gue sama Kak Mai selesai masak.”
Entah mengapa, Linka malah merasa tersentuh mendengar itu. Nyatanya Maira dan Jihan masih tetap bersikap baik seperti biasanya, seolah tak peduli dengan permasalahan yang ada. Kali ini, perasaan bersalah yang timbul dalam hati Linka justru disebabkan oleh dirinya sendiri yang lebih memilih untuk menarik diri.
Lantas Linka memaksakan sebuah senyum, dan secara halus menolak, “Nggak usah, Kak, Han, nggak papa. Sebenernya ini aku mau pamit pulang, dan kemungkinan baru bisa balik ke sini hari Senin.”
“Loh, kenapa Senin, Ka?” Maira lekas melemparkan tanya dengan kerutan halus di dahi.
“Iya, soalnya besok acara kelulusan Langit, Kak, jadi kayaknya nggak mungkin kekejar kalau langsung balik ke kos.”
“Ah … iya juga, sih.”
“Tapi, lo beneran nggak mau makan dulu, Ka?” tanya Jihan menimpali. “Gue bisa masakin lebih kok, ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
See You After Midnight [END]
Romansa[Reading List @RomansaIndonesia Kategori Cerita Bangku Kampus - Oktober 2023] Hanya butuh waktu singkat bagi Linka Drisana untuk jatuh cinta pada Aldio Zefran Waranggana, seorang kakak tingkat dengan sejuta pesona. Bukan soal fisik belaka, melainkan...