Halo, jangan lupa Vote:)
****
"Apa? mereka yang selamatin Jinha?"
"Iyya Tuan."
"Baik sekarang ikuti apa yang saya perintahkan. Kirim Emir sama Ahmad untuk menyerang dua pemuda itu. Kalau mereka bisa bebas, maka bawa dia untuk gabung bersama kita."
"Maksudnya untuk menjaga, Jinha?"
"Iya, sekarang!"
****
Jinha cukup bingung ketika melihat Ahmad yang mengendarai motornya itu berhenti. Mobil yang ia pakai saat ini juga berhenti. Cewek itu langsung turun dari mobil dan berganti alih, ia ingin naik motor saja.
Dan juga Ibnu menghadang mereka, baru datang setelah tadi pergi bersama Ayahnya.
"Jinha naik motor aja, kalian yang kawal."
Tanpa pikir panjang Ibnu mengangguk, ia mengikuti Jinha dari belakang seorang diri dan meninggalkan kedua temannya yang sudah ia berikan tugas apa yang Tuannya inginkan. Sebelum itu ia sudah memasang alat pengacak di kedua ponsel temannya.
****
Reza berjalan menghampiri Abdiel dan juga Althan. Pria itu menepuk satu persatu bahu kedua Cowok yang masih bingung itu.
"Saya bakal bayar kalian berapa pun itu, asal mau gabung bersama kami untuk menjaga Jinha," katanya meyakinkan.
"Saya gak mau." Itu suara Abdiel, jawabannya itu membuat Jinha menurunkan bahunya. Padahal ia sudah berharap Abdiel mau agar dia bisa caper lebih mudah.
Reza mengerutkan dahinya. "Berapapun kamu mau, saya bakal gaji."
Abdiel tetap menggeleng. "Saya gak---" Cowok itu berhenti berbicara, ketika melihat sorot mata Reza yang sungguh sendu. Pria itu sangat tidak ingin Jinha terluka. Ada ketakutan yang sangat kental yang ia dapatkan ketika melihat tatapan memohon Reza.
Althan menyeletuk. "Jadi, kapan kami bisa mulai mengawal Jinha?"
Abdiel langsung menoleh, ia mendapat tatapan tak terbaca yang di berikan Althan padanya.
"Abdiel?" Reza memanggil. Jangan heran kenapa bisa Reza mengetahui nama Abdiel itu karena pemuda itu udah pernah datang kerumahnya.
Dengan ragu, Abdiel mengangguk. "Baiklah, tapi bayar berapapun kan?" Ia tersenyum tipis, sejujurnya ia menerimanya karena ingin duit.
Reza tersenyum lalu mengangguk, ia kembali menepuk bahu kedua cowok itu pelan. Lalu berbalik ke arah Jinha yang senyum-senyum sendiri. Ia memutar matanya malas, sebelum memanggil Jinha yang dengan riang menghampirinya.
Jinha mengerlingkan mata ke arah Abdiel. "Pengawal kiw--"
"Jinha," tegur Reza. Jinha mencebikkan bibirnya kesal. Ia menoleh ke arah Althan yang menatapnya datar, cewek itu ikut-ikutan menatap Althan datar tak seperti saat dia menatap Abdiel tadi.
"Jinha gak mau di kawal sama si tukang caper!" Cewek itu nyolot ke arah Althan.
"Emang bukan kamu yang mau, tapi Ayah." Reza mempertegas, membuat Jinha menurunkan bahunya lesu. Di kasih kesempatan mendekati Abdiel tapi terkurung oleh Althan yang sudah mengaku suka padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dangerous Bodyguard
Ficção AdolescenteAbdiel adalah seorang remaja yang ingin menjadi anggota kepolisian sejak umurnya masih 5 tahun. Karena kegigihannya itulah ia di tuntut agar menjadi laki-laki cerdas dan juga pemberani oleh Papanya. Tak menyangka akibat menolong seorang cewek, ia te...