Tarashita Nareswara atau Tara sangat senang ketika pertama kali diajak Mbah Kakung dan Mbah Putrinya untuk pergi ke keraton. Kedua simbah Tarashita merupakan abdi dalem keraton yang telah mengabdi sejak mereka masih muda. Ini pertama kalinya Tara menginjakkan kaki di keraton.
"Waw keratonnya indah banget Mbah Kakung" ucap Tara kecil dengan mata berbinar. Mbah Kakung hanya tertawa kecil mendengar Tara, terlihat kerutan dimatanya pun ikut menyambut tawanya. Ketika Tara turun dari sepeda ontel milik Mbah Kakungnya ia hanya bisa kagum dengan kemegahan keraton.
Ketika Tara diajak berkeliling tak sengaja mereka bertemu dengan ngarso ndalem yang juga sedang berkeliling bersama GKR. Mbah Kakung menghaturkan sembah salah kepada junjungannya saat mereka berhadapan. Namun tanpa disadari Ngarso Ndalem merasa suatu hal yang berbeda dari anak kecil di samping abdi dalemnya ini.
"Mbah Atmoyo, siapa gadis kecil ini?" Simbah agak kaget dengan pertanyaan tersebut.
"Ini cucu saya kanjeng". Seakan ikut sadar dengan pikiran Ngarso Ndalem simbah hanya diam dalam pikirannya sendiri.
"Mbah Atmoyo bisa kamu temui saya di ruang kerja saya?" tanya Ngarso Ndalem lagi.
"Nggih kanjeng bisa, tapi nuwun sewu gusti bolehkah saya menitipkan cucu saya pada istri saya terlebih dahulu?" tanya simbah.
"Baiklah, setelah itu datang ke ruangan saya, saya tunggu segera" ucap Ngarso Ndalem dengan senyum yang tersungging tipis di bibirnya.
"Nggih kanjeng, saya mohon pamit" dengan terburu simbah menitipkan Tara kepada istrinya, mbah Lastri.
-----
Saat ini Atmoyo sudah sampai di ruang kerja Ngarso Ndalem. Sembari duduk bersila ia menghaturkan sembah kepada junjungannya.
"Apakah kamu tau apa yang ada dalam diri cucumu, Atmoyo?" tanya Ngarso Ndalem secara lugas tanpa berbasa-basi.
Atmoyo sedikit kaget dengan pertanyaan itu namun ia sadar siapa Ngarso Nndalem. Namun tidaklah heran apabila Ngarso Ndalem mengetahui hal ini, orang yang sudah mengerti hal gaib akan menyadari keanehan pada Tarashita. "Nggih kanjeng, saya sudah diberi wangsit sejak cucu saya akan lahir".
"Apakah kamu tahu bahwa takdir cucumu ke depannya akan semakin rumit? Aku tidak bisa memastikannya tapi apa yang menjaga cucumu cukup menjelaskan suatu hal" ucapan itu semakin mengagetkan Atmoyo.
"Jika memang ini sudah ditentukan oleh yang maha kuasa bahkan sebelum cucu saya lahir, saya ikhlas kanjeng" ucap mbah Atmoyo pasrah dengan apa yang terjadi. Hal ini di luar kendalinya yang seorang manusia biasa maka dia sudah menerima dengan lapang dada.
-----
Apa yang Ngarso Ndalem bicarakan cukup membuat Atmoyo berfikir dalam. Bukan hanya ia bahkan Ngarso Ndalem cukup andil dalam mencari tahu hal ini. Bagi Ngarso Ndalem ini bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Bahkan apa yang adalah dalam diri cucu abdi dalemnya itu membuatnya malam ini harus berhadapan dengan penasihat gaibnya.
"Apa yang gadis itu miliki sudah ditakdirkan jauh sebelum ia lahir. Apa yang kamu lihat bukanlah sebuah ilusi." Ucap sosok cantik dengan ageman serba hijau serta mahkota di kepalanya.
"Mohon maaf kanjeng ibu, apa yang membuat gadis sekecil itu sudah mendapatkan sesuatu yang sehebat ini?" tanya Ngarso Ndalem.
"Ketahuilah kuatnya cinta yang telah mereka bangun menjadi penguat tali takdir mereka. Apa yang telah terjadi merupakan kehendak yang maha kuasa"
Seakan tahu dengan hal yang terjadi beliau menjawab kebingungan Ngarso Ndalem akan apa yang ia lihat. "Waktu akan mempertemukan mereka secara perlahan, maka biarlah ini berjalan sesuai dengan alurnya, biarkan dia melewati semua takdir yang sudah dipersiapkan sehingga ia tahu siapa dirinya dan takdirnya"
Ucapan itu diikuti dengan hilangnya bayangan sang penguasa pantai selatan. Ngarso Ndalem yang sudah merasakan kepergiannya membuka matanya secara perlahan.
"Gusti jika memang ini suratan takdirmu, maka ridhoi-lah semesta membantu mereka untuk bertemu" seketika mata Ngarso Ndalem kembali terpejam untuk bermeditasi. Sukmanya keluar dan saat ini sedang berada di sebelah tubuhnya yang masih bermeditasi.
Pertemuannya dengan penguasa pantai selatan juga menghubungkannya dengan sosok yang berada di depannya. Hanya siluet tubuh belakangnya yang terlihat, berdiri berdampingan dengan seekor Naga emas.
"Apa yang membuat anda menemui saya ki?" dengan sedikit menunduk Ngarso Ndalem bertanya, ia berdiri tak jauh di belakang sosok tersebut.
"Apa yang telah ada biarlah terjadi, semesta akan membantu semuanya, penyesalan di masa lalu biarlah ditebus" seketika sosok tersebut berjalan menjauh, pandangan Ngarso Ndalem tiba-tiba mengabur dan ia pun membuka mata.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama Amerta
Historical FictionTakdir yang membawa sepasang belahan jiwa kembali bersatu setelah pertemuan ratusan tahun membawa Tarashita melewati perjalanan waktu yang sangat panjang. Pertemuannya dengan sang maharaja Majapahit sebagai pelipur kesedihan pasca perang bubat. Per...