Tiba saat Tara akan pergi setelah berpamitan dengan kedua Simbahnya dengan perasaan sedih dia berangkat menuju stasiun, ada rasa tak tega menghinggapi hatinya ketika melihat wajah keriput Mbah Utinya.
Saat ini Tara dan Ranti sudah ada di gerbang menuju pintu kereta, karena sebentar lagi mereka akan berangkat. Pagi tadi Tara mengabari kedua orang tuanya atas kepulangannya sekaligus meminta izin untuk pergi ke Mojokerto terlebih dahulu. Dan Tyas serta Bima menyetujui itu.
Perjalanan ditemani dengan pemandangan yang begitu indah, jalur kereta yang dilewati bahkan terbilang memanjakan mata, persawahan yang dihiasi indahnya pegunungan serta dibingkai rapi bersama langit biru berhias awan putih cukup membuat Tara tersenyum dan tak lupa ranti yang mengabadikan pemandangan indah itu dengan kamera instaxnya.
Tak terasa hujan turun tiba-tiba membuat suasana semakin nyaman. Perjalanan yang ditempuh selama 4 jam ini pun telah sampai pada tujuan. Stasiun Mojokerto dengan ramainya aktivitas manusia dan segala keributan yang ada. Kali pertama Tara ke Mojokerto menjadi hal baru untuk dijelajahi mengingat ia sudah terlalu nyaman di Jogja.
Keluar dari stasiun tiba-tiba hembusan angin datang seakan menyambut mereka datang kembali, mereka berdua disambut oleh seorang pemuda tampan dengan kulit kuning langsatnya. Terlihat gagah dengan setelan kemeja Putih yang ditekuk di bagian lengannya dan celana berwarna cream menghiasi tubuh tinggi itu. Pemuda itu adalah kakak Ranti, disambut dengan pelukan hangat Ranti menjatuhkan diri di dada kakaknya itu.
"Oh iya mas kenalin, iki koncoku, Tarashita, Ra kenalin iki mas ku, mas Arjuna" terlihat Arjuna cukup terpesona dengan Tara, kulit putih langsat, dengan hidung mancung, bulu mata lentik, dan badan yang ramping menjadi menarik dimata Juna, ia tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya.
"Tara mas" ucapnya sambil manggut sekali dengan ramahnya.
Ranti menarik tangan Tara menuju belakang mobil untuk menaruh koper mereka, lalu meninggalkannya begitu saja.
"Mas tulong masukin mobil yo" dengan setengah nyengir ranti menyuruh kakaknya.
Arjuna hanya bisa menarik napas panjang dengan kelakuan adiknya yang tak tahu diri itu. Ranti menarik tangan Tara masuk mobil, dengan Tara di bangku belakang dan Ranti di samping sopir. Tentu saja sopirnya adalah Arjuna.
Ada perasaan nyaman dan familier bagi Tara dalam perjalanan, terasa seperti suasana yang tak asing. Ia merasa seperti kembali ke rumah, perasaan haru bercampur rindu mendatanginya. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, bukankah ini pertama kali ia kesini, tapi kenapa rasanya lebih seperti pukang ke kampung halaman.
Sampailah mereka di rumah Ranti di Trowulan, sudah ada kedua orang tua Ranti di depan rumah, dengan hangat mereka menyambut kepulangan anak bungsu mereka. Perjumpaan ini diawali dengan pelukan lalu disusul dengan Tara menyalami tangan kedua orang tua Ranti.
-----
Setelah sambutan hangat itu, Ranti mengajak Tara berkeliling mengelilingi Trowulan menggunakan motor. Tibalah mereka di kolam Segaran, tiba-tiba saja Tara memberhentikan secara tiba-tiba. Hal ini membuat Ranti bingung, hal aneh apa yang membuat anak ini berhenti secara mendadak.
"Adan, kolamnya gede tenan, berhenti dulu yo ran, aku mau lihat-lihat di sini" [Gila kolamnya besar banget] Tara penasaran, kenapa tiba-tiba ia tertarik dengan kolam ini, seperti ada magnet yang membuat hatinya menempel dengan tempat ini.
Ada ada rasa sedih bercampur rindu menghinggapi, membuatnya bertanya-tanya, mengapa ia bersedih di tempat sebagus ini. Sangat aneh dirasa hingga saat ia duduk di dekat kolam dan melihat sekeliling, terasa sangat ramai padahal cenderung biasa saja dan cukup sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama Amerta
Ficción históricaTakdir yang membawa sepasang belahan jiwa kembali bersatu setelah pertemuan ratusan tahun membawa Tarashita melewati perjalanan waktu yang sangat panjang. Pertemuannya dengan sang maharaja Majapahit sebagai pelipur kesedihan pasca perang bubat. Per...