Pagi ini Tara dan Ranti sudah berada di taman, mereka ikut membantu Kartika bekerja di keraton Majapahit. Mereka yang sudah lengkap dengan pakaian dayang pun segera mengerjakan tugas masing-masing.
Tara menyapu bagian sisi lain karena Kartika membagi dua daerah untuk disapu. Tara dan Ranti bergantian menyapu taman.
Hari ini mereka bangun pagi sekali. Kartika membangunkan mereka untuk mandi dan beraktivitas. Kartika mengajak untuk ikut menjadi dayang. Dan hal pertama yang harus mereka kerjakan adalah menyapu taman.
"Akhirnya selesai juga, encok rasane pinggangku bungkuk terus Ra, edan tenan kok betah nyapu taman segede ini sambil bungkuk" ucap Ranti yang sudah duduk di tanah.
"Hust kamu ini ngomong apa, aku juga di rumah biasanya pakai sapu kayak gini, nyatanya ndak encok tuh pinggangku" balas Tara sedikit berbangga diri.
Dia tidak menyangka kebiasan yang diterapkan kedua Simbahnya sangat berguna di sini. Lalu segera Kartika mendatangi mereka, karena ia juga telah selesai dengan pekerjaannya.
"Setelah ini ikut Bibi" ucap Kartika lalu berjalan memanggil salah satu pelayan lain.
Tara dan Ranti hanya mengikuti dari belakang. Mereka penasaran dengan pekerjaan selanjutnya.
"Nduk kalian ikut Bibi sama Mbak Tari bersihin kamar yo" ucap Kartika yang diangguki kedua anak angkatnya itu.
"Tara kamu ikut Bibi, Ranti kamu ikut Mbak Tari yo" ucap Kartika menatap mereka.
Tara dan Ranti mengangguk menuruti instruksi Bibinya. Mereka berpisah dan berjalan menuju tempat yang dimaksud.
-----
Tibalah Tara di depan sebuah ruang yang begitu megah ia menunduk mengaturkan hormat di depan pintu mengikuti Kartika.
Tara masuk mengikuti Bibinya dari belakang. Ia melihat betapa megahnya kamar ini dengan segalah interior yang ada bahkan sudah menunjukkan bahwa si pemilik kamar merupakan orang yang gagah dan karismatik. Bahkan sepertinya bukan orang sembarangan.
"Menunduklah, tidak pantas bagi seorang dayang untuk mengangkat kepala di ruangan ini" ucap Kartika membuyarkan pandangan Tara
Ia pun langsung menunduk. "Ayo cepat bersihkan"
"Baik Bi"
Aura di kamar ini sungguh membuat Tara terintimidasi. Ia merasa tidak nyaman untuk berlama-lama berada di sini.
Ketika ia membersihkan lantai di depannya ada sepasang kaki dengan sepatu berhias emas. Ia kaget lalu menoleh pada Kartika. Namun yang ia lihat hanya Bibinya yang sudah mengaturkan sembah.
"Cepat berikan sembahmu" ucap Kartika berbisik dari jauh.
Segera Tara haturkan sembahnya kepada orang di depannya tanpa melihat wajahnya. Aura terintimidasi semakin kental membuat Tara merasa sangat canggung.
"Ampuni putri hamba Gusti Prabu karena telah tidak sopan" ucap Kartika berharap Pria di hadapannya dapat mengampuni.
"Tak apa, aku sedang terburu mengambil sebuah surat, lanjutkan pekerjaan kalian" ucap orang tersebut dengan suara baritonnya yang membuat Tara merinding mendengarnya.
"Sendika dawuh Gusti Prabu" balas Kartika masih memberi sembah hingga akhirnya orang tersebut keluar dari ruangan itu.
"Jangan bertanya dulu nduk, nanti Bibi jelaskan, segera selesaikan perkerjaan ini dengan hati-hati" ucap Kartika seakan tahu dengan pikiran Tara
"Baik Bi"
-----
Tara dan Kartika sedang berjalan menuju dapur setelah mereka menyelesaikan pekerjaan sebelumnya. Tara sudah bisa menghirup udara kebebasan setelah suasana mencekam di ruangan yang ia bersihkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama Amerta
Ficción históricaTakdir yang membawa sepasang belahan jiwa kembali bersatu setelah pertemuan ratusan tahun membawa Tarashita melewati perjalanan waktu yang sangat panjang. Pertemuannya dengan sang maharaja Majapahit sebagai pelipur kesedihan pasca perang bubat. Per...