Tara bangun dengan perasaan bingung, apa maksud mimpinya. Tapi sudahlah ia tidak ingin memikirkan sebuah mimpi. Baginya mimpi hanyalah bunga tidur tidur semata. Ia tak mau memusingkan itu. Ya walaupun mimpi ia berdiri di bawah pohon dengan seorang kakek beserta Naga Emas itu sangat sering datang. Namun kali ini ia dibingungkan dengan perkataan si Kakek.
Tibalah Tara dan Ranti di depan gerbang Museum Trowulan. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyerang Tara. Seakan menariknya untuk segera memasukinya. Ada rasa sedih melihat tempat ini. Ketika Kerajaan yang hanya tersisa reruntuhan membuatnya ingin rasanya untuk menangis. Ia tersadar mengapa perasaannya menjadi rapuh hanya dengan melihat tumpukan batu saja.
"Kowe ngopo Ra? Ayok masuk nanti ketinggalan malah kamu nyasar" ucap ranti sembari menarik tangan Tara menyusul Arjuna yang telah berjalan terlebih dahulu.
"Kamu itu selalu ngagetin Ran" sahut Tara memutar bola matanya dengan malas.
"Yo siapa suruh kamu ngelamun terus" ucap Ranti sambil masih menarik tangan Tara hingga ke ruangan Arkeologi, tempat dimana penemuan baru berada.
Di sebuah etalase kotak terlihat sebuah kalung yang sangat cantik, kalung berbentuk uliran yang dihiasi dengan permata berwarna biru dengan kondisi sedikit kotor membuat Tara terpukau.
"Apik tenan kalung iki" ucap Tara, matanya tak lepas dari setiap bagian kalung itu.
"Dugaan sementara kalung kuwi milik salah satu istri maharaja Majapahit, tapi belum diketahui Raja seng endi" [Yang mana] suara Arjuna yang tiba-tiba ada di belakangnya menjelaskan membuat Tara tersentak.
"Gusti mas, bikin kaget wae" ucap Tara dengan lemas.
Arjuna hanya tertawa kecil melihat reaksi Tara. Ia merasa lucu saja dengan wajah Tara saat kaget tadi.
"Mas Juna ki ancen jahil pol" ucap Ranti sembari memutar bola mata malas.
"Yo wes mas tak ngajak Tara jalan-jalan sek, aku mau simulasi jadi tour guide" ucap Ranti disusul cengiran tengilnya.
Arjuna hanya berdehem setelahnya bergeleng kepala dengan kelakuan adiknya itu. Sifat tengil Ranti tak jauh beda dengannya.
-----
Ranti dan Tara berkeliling melihat koleksi Museum dan menjelajahi setiap sudut Museum. Selalu saja ada pengelola museum yang menyapa Ranti. Kata ranti saking seringnya ia main kesini hingga para pengelola akrab dengannya. Itu merupakan fakta baru yang Tara ketahui.
Ketika masuk ke dalam museum betapa kagetnya Tara melihat koleksi disana. Ia masuk terlebih dahulu karena Ranti pergi membeli minum sebentar. Katika ia melihat koleksi disana ia berhenti di salah satu arca di dalam etalase.
Ketika ia ingin bergeser tiba-tiba ia menabrak seorang pria. Pria tinggi dengan kulit kuning langsat dan hidung mancung serta mata setajam elang. Mata mereka bertemu dan saling menatap. Pria itu menatap lekat wajah Tara. Wajah yang selama ini dirindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama Amerta
Ficção HistóricaTakdir yang membawa sepasang belahan jiwa kembali bersatu setelah pertemuan ratusan tahun membawa Tarashita melewati perjalanan waktu yang sangat panjang. Pertemuannya dengan sang maharaja Majapahit sebagai pelipur kesedihan pasca perang bubat. Per...