Es krim stroberi

66 16 2
                                    

Hendri menatap Nirwana lama, membuat Nirwana merasa agak canggung.

"Aku udah kenyang, makasih nasi gorengnya, ya." Ujar Nirwana berharap Hendri untuk bertingkah seperti biasa.

"Hm,"

"Yaudah aku balik ke kamar, hehe." Hendri tak menjawab dia hanya menatap Nirwana kembali tanpa ekspresi.

"Ih, kamu kenapa sih!" Nirwana agak jengkel dengan sikap yang berbeda dari Hendri.

"Apa?" Hendri malah bertanya dengan dingin.

"Aku ga enak kamu kayak gini, gak kayak biasa. Kamu gak ikhlas sama nasi gorengnya? Besok deh aku bayar." Ujar Nirwana sambil cemberut

"Ikhlas kok, lekas baik ya."

"hah?" Nirwana merasa aneh dengan ucapan yang tidak jelas dari Hendri.

"Kamu, semoga cepet baikan hatinya." Ujar laki-laki yang ada di depannya ini dengan senyum, yang membuat Nirwana merasa semakin aneh.

"Emang kenapa sama hati aku?" tanya Nirwana.

"Tadi kata kamu enggak baik-baik aja?" jawab Hendri sambil menunjuknya.

"Iya." Nirwana menunduk, kemudian tersenyum menatap Hendri, membuat laki-laki itu juga ikut tersenyum.

"HP kamu bunyi." Ujar Hendri, saat melihat HP Nirwana bergetar di meja.

"Ah, iya. Loh pak satpam ngapain nelpon." Nirwana mengambil Hpnya dan melihat di layar tertera nama pak satpam. Dia segera mengangkatnya dan melihat ke arah pos satpam, hal yang sama dilakukan Hendri, dia juga ikut melihat ke arah yang sama.

"Ada apa pak?" tanya Nirwana, sambil sekilas melihat ke arah Hendri, laki-laki ini kenapa agak berbeda hari ini? Pikirnya.

"Ada yang nyariin." Ujar pak satpam dari ujung telepon.

"Siapa, pak?"

"Katanya kenalan neng Nirwana."

"Hah? Yaudah aku ke sana, pak."

"Siap, neng."

Nirwana mematikan panggilannya, dan memasukan Hpnya ke dalam saku celananya. Dia kembali menatap Hendri. Walaupun dia masih ingin menanyakan sesuatu kepada orang itu, tapi dia memutuskan untuk bertanya besok saja.

"Hendri, sekali lagi terima kasih ya, aku pamit mau ke pos."

"Iya, sama-sama." Jawab Hendri yang masih setia di tempat duduknya.

Nirwana berjalan ke arah gerbang, di sana ada yang menunggunya, itu yang dia dengar dari pak satpam barusan.

Tepat dia berdiri di luar gerbang, laki-laki itu membalikan badannya menghadap ke Nirwana. Dengan senyumannya itu, dia menyapa seolah tak ada hal-hal menyakitkan yang pernah terjadi. Nirwana menarik lengan laki-laki itu menjauh dari gerbang.

"Ada apa lagi? Kenapa bisa sampe ke sini?" Tanya Nirwana dengan wajah yang memerah, rasanya dia ingin meledak sekarang juga, karena menahan marahnya.

"Aku Cuma mastiin kamu." Jawab Kaivan

"Mastiin apa?"

"Mastiin perasaan kamu, aku gak bisa pergi gitu aja. Aku sibuk sama kerjaan di kota ini, tapi aku bersyukur kebetulan bisa ketemu kamu, makanya aku sampe nanya ke temen kuliah kamu, kos kamu di mana -"

"Cukup, aku gak mau denger apapun, sekarang pergi!"

"ANA! Dengerin dulu, aku mau mastiin perasaan kamu, kamu gak mungkin lupain aku gitu aja, dulu kamu secinta itu sama aku."

"Kamu GILA?!" Bentak Nirwana dengan menekan kata gila.

"Masa aku harus terus-terusan cinta sama orang murahan kayak kamu, yang gak ngerti apa itu setia?!" tambahnya.

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang