Juna membawa karpet ke depan pos satpam untuk digunakan para penghuni laki-laki, agar bisa duduk bersama.
Sekarang ada sembilan orang laki-laki tengah duduk melingkar dan bersiap untuk bermain TOD. Juan membenarkan sarung yang ia gunakan. "Ayo come on!"teriaknya.
"Jangan teriak-teriak!" Mas Yoga membekap mulut Juan.
"Pake Spin aja lah biar cepet." Ujar Haikal memberikan saran.
Semuanya menyetujui saran Haikal, dan mulai memasukan nama di spin kemudian mereka kembali fokus, menunggu nama siapa yang akan terpilih.
Haikal memeluk tangan Mikhael yang langsung ditepis sang empunya.
"Deg-degan gue, anjir."ujar Haikal.
Mas Yoga mengigit jarinya merasakan hal yang sama, begitu pun yang lain, mata mereka seakan enggan untuk berkedip bahkan untuk sepersekian detik.
Jarum spin sebentar lagi akan berhenti, teriakan tertahan dari mulut mereka ingin segera dilepaskan.
Hendri
"AAAKKKKKK!" teriakan mereka seakan lega dengan hasil spin tersebut.
"Truth or dare?" tanya Mas Ton.
"Truth! Deh." Jawab Hendri pasrah.
"Berapa cewek yang lo sukain di kos an ini?" tanya Haikal.
"Pertanyaan lo ga berbobot any*ng!" ujar Mas Yoga mendengar hal itu.
"Sekarang gue tanya sama lo, emang ada pertanyaan yang berbobot pas maen TOD?"
"Udah-udah jawab aja lah Heng." Ujar Juan menengahi.
"Duh, gak yakin gue!" jawab Hendri "Suka doang kan? Dua deh!"
"Dua? Anjir juga loh!" respon james
Alam menatap Hendri. Entah apa yang dia pikirkan, tapi dia merasa bahwa salahsatu diantaranya adalah perempuan yang membuatnya tertarik akhir-akhir ini.
"Siapa-siapa?" tanya Mikhael
"Apaan, nanya mulu, lanjut lah spin lagi." Hendri enggan menjawab dan mengalihkan pembicaraan, dia tersenyum kikuk setelahnya.
"Yaudah-yaudah, lo yang pencet Heng." Ujar Mas Ton.
Juna
"eh, kok gue sih."
"Cepet apa?" tanya Haikal
"Dare!"
"Telepon cewek yang lo suka sekarang!" ujar Haikal dengan semangat sembari menunjuk ke bawah dan berkacak pinggang.
"Kok lo terus sih yang ngasih perintah." Komplain Mas Yoga.
"Siapa cepet dia dapet lah, lo kurang kreatif jadi ga sat set." Jawab Haikal yang akhirnya mendapat helaan napas kesal dari Mas Yoga.
Juna mengeluarkan Handphonenya dan mencari nama perempuan yang disukai. Sudah menjadi rahasia umum di kosan ini mengenai perempuan yang Juna sukai.
Tut.. tut..
"Halo?" kata Juna pelan.
"Aku baru juga merem Jun, bukannya kamu disuruh jaga di pos ya? kok malah nelpon? Aku gakk terima jasa sleepcall, kecuali kalo bayar sejamnya dua juta."
"Nggak gitu rin.. gue Cuma..." Juna menatap ke sekelilingnya, dia kebingungan harus mengatakan apa. Sedangkan yang ditatap hanya menutup mulut dan menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Sunshine
JugendliteraturJangan lupa vote sebelum baca Jangan lupa difollow jugaa... Kamu tidak ke mana-mana, aku masih menemukanmu di kenangan yang aku punya, di tulisan-tulisan lama yang ada kita di sana, dan di satu-dua gambar yang kita ambil saat pertemuan pertama dan t...