Nirwana dan Mas ton sama terkejutnya, tak bisa dipungkiri bahwa hal yang didengar oleh Nirwana sudah di ranah privasi. Nirwana mencoba untuk bersikap biasa saja, meski malah jadi terlihat kaku.
"eh, Halo Mas Ton, selamat malam."
"Malam Nir, Maaf kamu jadi gak sengaja denger gini." Mas Ton terlihat menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, dia hanya ingin menghilangkan sedikit rasa gugupnya.
"Kok jadi Mas Ton yang minta maaf, harusnya aku, Maaf aku gak sengaja denger, tapi aku bakal pura-pura gak denger kok, aku juga bakal lupain yang barusan." Jujur Nirwana, karena mau bagaimana pun dia tetap mendengarnya dan tidak bisa berbohong baru sampai di sana.
"Kamu lapar ya? Mau camilan?" Mas Ton mengalihkan topiknya agar sama-sama merasa nyaman.
"Iya, Mas aku mau, hehe." Nirwana mengangguk dan tersenyum, alasan dia turun kan memang untuk ini.
Nirwana duduk di kursi sembari menunggu Mas Ton menyiapkan camilan untuknya, Pisang goreng. Wangi pisang goreng itu tidak membuat senyum di wajahnya hilang, dia tetap tersenyum sembari memperhatikan Mas Ton dari belakang.
Mas Ton memberikan sepiring pisang goreng dan teh hangat kepada Nirwana, dia menatapnya lama sambil duduk berhadapan dengannya. Dia senang melihat seseorang bisa menikmati hidangan yang dia siapkan. Terkadang memasak adalah pelarian atas semua beban pikirannya selama ini. Tidak ada yang tahu bahwa dibalik topeng ramahnya itu, dia menyembunyikan rasa hancurnya sendirian, dan kini perempuan di depannya mendengarnya berkata kasar kepada seseorang di telepon.
Nirwana menghabiskannya dengan cepat, sebenarnya dia tidak bisa menikmati pisang gorengnya meski enak sekali, karena dari pisangnya masih ada sampai hilang ditelan perutnya, Mas Ton tidak pernah mengalihkan pandangan darinya. Dia merasa sedang diintimidasi.
Nirwana berdiri dari duduknya dan menyadarkan lamunan Mas Ton selama ini. Nirwana tersenyum dan izin untuk pamit ke kamarnya.
"Nir, Kalau kamu gak sibuk, mau temenin Mas minum cola?" Nirwana berhenti melangkah dan berbalik menatap Mas Ton yang terlihat frustasi.
Nirwana tersenyum dan kembali melangkah ke tempat duduknya semula, dia tidak enak ika harus menolak Mas Ton saat ini. Dia menghela napas gusar, saat Mas Ton pergi mengambil Cola.
Entah apa yang ada dipikiran Toni, sehingga mengajak perempuan yang baru dia temui hari ini untuk minum cola menemaninya. Toni mengacak-acak rambutnya. Sedangkan di kursinya Nirwana berpikir bagaimana besok agar bisa terlihat biasa saja setelah malam ini, padahal ini adalah hari pertamanya di kosan.
Mas Ton memberikan satu kaleng kola kepada Nirwana dan duduk di sebelahnya.
"Kamu udah masuk grup whatsaap?" Mas Ton memecah keheningan dengan pertanyaan sederhana.
"Sudah." Jawab Nirwana singkat.
Setelah itu, kembali keheningan menyelimuti mereka, Nirwana menyeruput colanya dan menatap ke samping ke arah Mas Ton, dia menunggu apa yang akan Mas Ton katakan selanjutnya.
"Kamu baru mengenalku sehari, dan aku sudah memberikan citra yang buruk padamu, tadi."
"Citra yang buruk? Mas Ton baik, aku merasa diterima di sini."
"Terima kasih sudah menilaiku baik, Nir."
"Mas Ton lagi gak baik-baik aja malam ini, jadi mikirnya ke mana-mana. Mas Ton gak usah berusaha untuk terlihat baik di depan anak baru sepertiku, meski aku tidak memahami sakit yang dialami Mas Ton, tapi aku bisa memahami bahwa setiap orang memiliki masalahnya sendiri yang tak ingin ditunjukan kepada orang lain. Jadi, Mas Ton tidak terlihat buruk hanya karena meluapkan amarah Mas Ton, seperti tadi. Aku hanya terkejut karena itu tidak seharusnya aku dengar, itu privasi Mas Ton."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Sunshine
Teen FictionJangan lupa vote sebelum baca Jangan lupa difollow jugaa... Kamu tidak ke mana-mana, aku masih menemukanmu di kenangan yang aku punya, di tulisan-tulisan lama yang ada kita di sana, dan di satu-dua gambar yang kita ambil saat pertemuan pertama dan t...