Yang menyebalkan atau yang menggelikan?

24 3 0
                                    


"Ini berapa ya?" tanya Nirwana saat melihat-lihat jepit rambut disalah satu toko.

"Ada harganya gak? Biasanya ada." jawab Alam mencari-cari label harga.

"Coba lihat atlet kita kalo pakai bando jadi kayak gimana?" ujar Nirwana memasangkan bando kelinci ke kepala Alam.

"Lucu kan? Kayak bayi." Nirwana terkekeh dengan pernyataan Alam.

"Giant baby?" tanya Nirwana sambil tertawa melihat Alam yang berlagak lucu dengan badan tingginya itu.

"Iya, Baby" balas Alam,

Nirwana mencubit perut Alam, Alam terlalu banyak menggodanya hari ini. Nirwana kembali melihat-lihat aksesoris di sana, sedangkan Alam fokus dengan Nirwana, menatapnya lama, entah apa yang ada di pikiran Alam sekarang.

"Kalo nanti aku balik lagi ke Mess, aku bakal lama gak liat kamu." ucap alam,

"Itu yang dari tadi kamu pikirin?" Ternyata Nirwana sadar sedang diperhatikan, dia tersenyum dan menatap Alam.

Alam mengangguk sebagai jawaban.

"Bahu kamu udah baik-baik aja sekarang?" tanya Nirwana.

"Aku harap tidak." Jawab Alam yang akhirnya mendapat tabokan dari Nirwana.

"Aw, naa sakit." Ringis Alam

"Kamu harus cepet sembuh Alam, biar bisa ikut tanding lagi."

"Kamu tahu bahu aku sakit?"

"Iya bu Hidayat yang ngasih tahu, katanya dislokasi kan?"

"Kalo aku tanding lagi, kamu mau nonton?"

"Sebenarnya di sana terlalu berisik, banyak yang teriak."

"Kenapa kamu gak ikut teriak aja, itu bikin kamu fokus sama suaramu sendiri"

"oh ya?"

"Apalagi kalo kamu lagi banyak pikiran, teriak-teriak bikin plong tahu."

Nirwana mengangguk-ngangguk "Patut dicoba." Mereka saling tersenyum setelahnya.

Sepanjang jalan menuju kos, beberapa kali Nirwana menatap Alam dari samping, Nirwana bukan orang bodoh yang tidak menyadari perasaan Alam padanya. Dia sendiri bingung atas perasaannya sendiri. Entah bagaimana nanti ke depannya, yang pasti Nirwana tidak ingin menyakiti siapapun.

Dia tahu betul bahwa semua hal yang dia cintai tak bisa dia miliki, pada akhirnya harus tegas memilih atau akan berakhir saling menyakiti.

"Kamu mau langsung ke kamar?"

"Enggak, aku mau ambil kopi kaleng dulu di sana." Tunjuk Nirwana ke arah Cafetaria

Alam mengangguk dan berjalan mengikuti Nirwana.

"Kamu mau ikut?" tanya Nirwana saat tahu di belakangnya Alam mengikuti.

"Iya, mumpung bisa lebih lama lihat kamu."

Nirwana tersenyum geli, lama-lama godaan Alam membuatnya terbiasa.

Arah mata Nirwana tertuju pada kumpulan penghuni kosan yang sedang asik mengobrol. Mereka melihat ke arah Nirwana saat tahu kehadirannya dan Alam.

Tanpa sadar Nirwana mencari satu orang di antara mereka.

"Hendri malam ini gak gabung ya?" tanya Nirwana, dia menyadari bahwa kali ini dia seberani itu menanyakan Hendri kepada yang lain.

"Tumben nanyain yang gak ada," ujar Reya

"Istighfar dia masih ada, dia Cuma gak ikut gabung." Sanggah Chika yang langsung panik mendengar kata 'gak ada'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang