9. Musuh Mengintai

219 24 7
                                    

Cendavario atau biasa dipanggil dengan Rio kembali ke planet Kugura dan bertemu dengan Gijimo disana. Selain Gijimo, Ani Ni dan "Sang Pemimpin" juga berjumpa dengan dengan Rio. Mereka berempat berbincang di dalam ruangan aula markas tentang tugas yang telah dijalankan oleh Rio.

"Bagaimana, Rio? Apa kau berhasil mengalahkan Kaizo?" tanya Sang Pemimpin yang wajahnya tertutupi jubah hitam.

"Tentu saja aku berhasil! Lihat! Aku telah mendapatkan cincinku kembali!" kata Rio memperlihatkan cincin Ruby merah kepada tiga rekannya.

"Wah wah wah...!" senang Gijimo bertepuk tangan. "Tak kusangka ternyata kau berhasil mengalahkan Kaizo si pengguna kuasa Tenaga tuh. Kau memang hebat, Rio!".

"Bagus, Rio! Sekarang, berikan kuasa tenagaku sesuai dengan perjanjian kita!" kata Pemimpin itu.

"Sayang sekali! Aku tidak bisa memberikan kuasa tenaga itu kepadamu" jawab Rio santai.

"Apa?! Kenapa pula kau tak bisa nih?!".

"Macam mana aku nak ambik kuasa dia kalau dia sudah kabur lebih dulu?".

"Hah?! Kaizo kabur?!" terkejut Ani Ni dan Sang Pemimpin.

"Macam mana Kaizo boleh kabur?" tanya Gijimo penasaran.

Rio menceritakan semua yang telah terjadi antara dirinya dengan Kaizo disaat mereka berdua tengah bertarung. Mereka bertiga mendengarkan penjelasan Rio dengan serius tentang gagalnya merebut kekuatan Tenaga milik Kaizo.

"Jadi begitu ceritanya" manggut-manggut Ani Ni.

"Kurang hajar!" geram Pemimpin itu. "Aku harus mendapatkan kuasa Tenaga dia bagaimanapun caranya!".

"Tenanglah! Kau pasti akan mendapatkan kuasa itu!".

"Tenang kau bilang?! Kau sendiri gagal melenyapkan Kaizo dan merebut kuasanya!! Dan kau bilang aku harus tenang?!".

"Tutup mulutmu!" geram Rio. "Aku hampir saja menghabisinya bahkan merebut kuasanya. Tapi dia licik! Dia kabur setelah aku berhasil mengalahkannya! Aku berusaha mengejarnya, tapi.....".

"Tapi apa?!".

"..... mereka berdua menghalangiku menghabisi Kaizo".

"Mereka berdua? Siapa mereka?" tanya Ani Ni.

"Amato dan Maskmana" jawab Rio. "Aku tidak mungkin menghadapi mereka berdua karena tenagaku terkuras habis saat melawan Kaizo".

"Jadi kau lebih memilih kabur dari mereka?" tanya Gijimo.

"Aku tidak punya pilihan lain. Terpaksa aku harus mundur dari mereka demi keselamatanku. Aku tidak mau mati konyol di tangan mereka!".

"Pokoknya aku tidak mau tahu! Kau harus segera menghabisi Kaizo dan merebut kuasa dia!" kesal Sang Pemimpin.

"Kau ini memang tidak sabaran sekali ya! Kalau kau menginginkan kuasa Tenaga, bantulah aku! Jangan asyik suruh aku je! Ingatkan senang ke nak dapatkan kuasa tuh?!" marah Rio.

"Sudah sudah! Tidak perlu berdebat! Lebih baik kita fikirkan cara untuk menghabisi Kaizo dan merebut kuasanya!" lerai Ani Ni dan menghimbau para rekannya untuk berpikir.

"Hmm... Gijimo? Mana yang lain?" tanya Rio.

"Mereka sedang latihan di luar markas".

"Lebih baik aku berlatih bersama mereka saja! Siapa tahu aku mendapatkan ide disana!". Rio melenggang pergi meninggalkan tiga rekannya. Ia menuju ke tempat pelatihan para penjahat yang berada di luar markas.

"Hey tunggu! Aku juga mau ikut!". Gijimo mengikuti Rio dan akan berlatih bersama dengan para penjahat lainnya.

Tersisalah Ani Ni dan Sang Pemimpin yang sedang memikirkan cara untuk melenyapkan Kaizo serta merebut kekuatan Tenaga yang mereka incar.

Deja Vu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang