UC 5 : Taman Belakang Kelas

63 8 0
                                    

Hayo yang udah baca sampai sini 🤗
Jangan lupa vote dan komennya yah.

HAPPY READING🐣

Mereka masuk kelas dengan wajah lelah. Keputusan sudah bulat, lain kali setelah olahraga, mereka akan langsung ganti baju dan tidak akan mengulanginya lagi. Tapi siapa tahu, nanti.

Kelas terasa sunyi sejenak, hanya terdengar napas yang sedikit terengah-engah. Pintu kelas tiba-tiba terbuka, dan seorang guru geografi masuk. Ya, dia adalah Kara, guru geografi baru kelas 12 IPS 5. Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju meja guru, meletakkan buku geografinya, dan menatap para muridnya dengan tatapan yang tajam.

"Kalian udah kelas 12, seharusnya lebih patuh terhadap peraturan di sekolah ini. Sudah ada peraturan dari guru geografi sebelumnya, Buk Nur, bahwa setelah olahraga kalian harus ganti baju dengan seragam putih abu-abu. Kalau kejadian ini terulang, saya tidak ragu untuk memberikan hukuman lebih berat. Paham?" ucap Kara dengan suara tegas.

"Paham, Pak," ucap seluruh murid serempak, suara mereka penuh rasa penyesalan.

Kara mengangguk, lalu melanjutkan, "Buka buku kalian halaman 158."

Suara buku yang dibuka serentak mengisi ruangan. Para murid mulai menelusuri halaman buku mereka, berusaha untuk fokus pada pelajaran.

"Ini soal pegunungan dan proses pembentukannya. Haikal, baca paragraf pertama," perintah Kara.

Haikal, yang duduk di barisan depan, mengangguk dan mulai membaca dengan suara jelas. Kelas mulai tenggelam dalam materi pelajaran, meskipun ada beberapa tatapan sekilas antara teman-teman sekelas yang seakan mengingatkan akan peristiwa sebelumnya.

Depi mencatat dengan cepat, sesekali melirik ke arah Kara untuk memastikan dia tidak melihat wajah kelelahan dan keengganannya. Safira menggambar gunung kecil di pinggir buku catatannya, mencoba menghibur diri sendiri. Nadia, di sebelahnya, berusaha keras untuk tetap fokus, tetapi pandangannya sesekali melirik keluar jendela, memikirkan hukuman tadi.

Ferdi yang duduk di barisan kedua, masih merasakan sakit di pantatnya akibat terjatuh saat main seluncuran. Dia menggeser posisi duduknya sedikit untuk mencari kenyamanan, tapi berusaha tidak menarik perhatian. Mika dan Sheila sesekali bertukar senyum kecil melihat Ferdi.

Di barisan ketiga, Dasen, sebagai ketua kelas, berusaha untuk tetap tenang dan fokus, meskipun dia juga merasakan lelah yang sama. Faniza dan Yoga duduk dengan serius, mengikuti pelajaran dengan baik. Fadhya yang biasanya paling ceria, kali ini hanya diam dan mencatat dengan tenang.

Di barisan terakhir, Deon, Iko, Varo, dan Prisa terlihat lebih tenang, mungkin karena berada di barisan belakang memberikan mereka sedikit ruang untuk bernapas. Tapi mereka semua tahu, mereka harus lebih berhati-hati dan patuh terhadap aturan.

•••••

Saat bel istirahat kedua berbunyi, suasana kelas 12 IPS 5 segera dipenuhi oleh suara murid-murid yang bergegas merapikan buku dan tas mereka. Dengan langkah cepat, sebagian besar dari mereka menuju ke kantin, sementara beberapa lainnya mencari tempat untuk bersantai di luar kelas.

Namun, di antara keramaian tersebut, Yoga memiliki tujuan yang berbeda. Tanpa terburu-buru, Yoga berjalan menuju perpustakaan sekolah.

Perpustakaan adalah tempat favoritnya, di mana ia sering menemukan ketenangan di antara deretan rak buku. Begitu sampai di perpustakaan, Yoga menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan yang tenang, suasana yang jauh berbeda dari hiruk-pikuk kantin atau lapangan sekolah.

UNIQUE CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang