UC 1 : Gosip

197 14 4
                                    

Hallo semuaaa.
selamat datang di cerita pertama aku. Maaf yaa kalau ceritanya rada ga nyambung, soalnya aku baru pertama ini buat cerita. Kasih bintangnya yaah gratis kagak bayar.

HAPPY READING🐣

Di pagi yang cerah itu, di tengah keramaian lorong sekolah yang dipenuhi dengan siswa-siswi yang bergegas menuju kelas, ada seorang gadis yang mencuri perhatian. Dikelilingi oleh suara langkah kaki yang terburu-buru dan percakapan yang riuh rendah, dia berjalan dengan langkah mantap, memakai hoodie hitam yang membingkai wajahnya dengan manis.

Earphone hitam terpasang di telinganya, meskipun hanya satu sisi yang terdengar. Musik yang mengalir dari earphone itu membawa gadis itu ke dalam dunianya sendiri, memisahkan dirinya dari kegaduhan di sekitarnya.

Gadis itu adalah Prisa, seorang murid kelas 12 IPS 5. Ranselnya disampirkan santai di salah satu bahunya, memberikan kesan santai namun tetap siap untuk hari sekolah yang penuh aktivitas.

Di balik hoodie hitamnya, matanya tampak fokus, seakan tenggelam dalam pikiran-pikiran yang berputar di kepala. Seorang pemuda mendekati gadis itu dari belakang, langkahnya agak terburu-buru seolah tak sabar ingin menghampiri.

Dengan tiba-tiba, ia berdiri di depannya dan berteriak, "PRISAAA!" sambil membuat tangan seperti hendak menerkam.

Prisa melompat kecil kaget, terkejut dengan kedatangan mendadak pemuda itu. Wajahnya terpancar campuran antara terkejut dan sedikit cemas.

"Gak usah ngagetin," keluh Prisa, jelas kesal dengan Haikal.

"Lo dipanggilin dari tadi gak denger-denger," kata Haikal dengan sinis. "Kan gue malu, manggilin lo, eh malah lo jalan aja."

Prisa, dengan wajah sedikit kesal, membuka tudung hoodienya, memperlihatkan earphone yang terpasang di telinganya. Haikal yang semula sinis, kini berubah ekspresi menjadi terkejut.

Dia melebarkan matanya, menatap earphone itu dengan pandangan tak percaya. "Pantes aja gak denger."

"Punya malu juga lo, urat malu lo kan udah putus," ucap Prisa dengan entengnya, seolah tidak ada yang bisa mengejutkannya lagi.

"Gini-gini gue juga punya malu yee," balas Haikal dengan sewot, sambil menepuk bahunya sendiri seakan membela harga dirinya.

Mereka berdua sudah sampai di kelas. Keadaan kelas sudah ramai, penghuninya sudah datang semua.

Suara obrolan memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang hangat dan hidup. Seperti biasa, Fadhya duduk di tengah-tengah keramaian kelas 12 IPS 5, tempat di mana gosip-gosip terpanas selalu berputar.

Dia dikenal sebagai sumber utama berita dari segala sudut sekolah Pelita Maju. Tidak ada yang tahu dari mana dia mendapat semua informasi itu, mungkin dia memiliki mata-mata di mana-mana, atau mungkin dia hanya terlalu pandai mencari tahu.

"Ada apani pagi-pagi udah gosip aja, gosipin apa hayoo?" tanya Haikal kepo, bahkan menaruh tas saja pun belum.

"Sini-sini, taruh dulu tas lo," Fadhya memberi tahu Haikal supaya menaruh tasnya dulu, agar enak menggosipnya. Haikal pun mematuhinya, meletakkan tasnya dengan tergesa-gesa di meja, kemudian bergabung kembali dengan kerumunan.

Prisa, yang masih mengusap-ngusap matanya, merasa tertarik dengan kehebohan ini. "Prisa sini, lo ga mau denger gosip juga?" goda Mika, teman dekat Prisa.

Prisa mengangkat alis, "Gosip apaan sih?"

"CEPETAN WOIII!!" Haikal menyela dengan nada tak sabar.

Karena melihat Haikal yang sudah terlalu penasaran, Fadhya pun akhirnya memberitahu apa yang mereka gosipkan tadi.

"Okee, jadi tadi kami lagi ngebahas guru di sekolah ini, eh, maksudnya kelas kita," ucap Fadhya, memulai dengan sedikit kebingungan.

"Intinya!" Haikal mulai geram, suara seraknya menggema di dalam kelas yang sepi.

"Intinya sekolah kita kedatangan guru baru, guru barunya 12 orang cowo semua, dan guru baru itu khusus untuk kelas kita," Fadhya mengumumkan dengan penuh semangat, wajahnya berseri-seri dengan informasi yang baru saja didapatnya.

"Maksudnya, khusus untuk kelas kita itu apa?" Haikal mengernyitkan dahi, otaknya masih berusaha mencerna informasi tersebut.

"Guru baru itu ngajar cuman di kelas kita aja, kelas yang lain gak." Kini Faniza, si bendahara kelas, mengambil alih pembicaraan, suaranya terdengar lebih tenang namun jelas.

"HAAHH!!" Haikal berteriak kaget, terlalu berlebihan sampai Deon yang berdiri di sebelahnya terkena hembusan napasnya yang panik. Prisa juga kaget tapi tidak selebay Haikal.

"Gak usah lebay, abab lu bau azab," gerutu Deon, sudah muak melihat reaksi berlebihan Haikal. Haikal tak mau kalah, langsung menampar pelan wajah Deon.

Suasana di kelas benar-benar ramai. Dengan kehadiran guru-guru baru yang menarik perhatian, pastinya akan ada banyak perubahan menarik dalam perjalanan belajar dan pengalaman mereka di kelas.

Bisikan-bisikan penuh rasa penasaran menyebar cepat di antara deretan meja, beberapa siswa tampak bersemangat, yang lain cemas. Papan tulis yang biasanya dipenuhi catatan pelajaran kini seolah menjadi latar belakang dari skenario baru yang tak terduga.

Semoga kedatangan guru-guru baru tersebut membawa nuansa baru yang positif dalam proses pembelajaran mereka di sekolah.

"Selamat pagi semuanya," tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan salam dari seorang guru.

Suara wanita yang mengetuk pintu itu membuat mereka yang berkumpul di meja Fadhya tersentak kaget. Langsung saja mereka semua bergegas duduk di tempatnya.

"PAGI, BU!" serentak mereka menjawab, suara mereka menggema di ruangan.

Terlihat wali kelas mereka, Bu Nia, masuk ke dalam kelas dengan diikuti oleh 12 pria. Setiap langkah mereka menciptakan suasana yang semakin tegang.

Apakah itu guru baru yang dibicarakan oleh Fadhya, pikir mereka. Rasa penasaran dan keingintahuan semakin kuat.


Maaf kalau masih rada gak nyambung, soalnya ini cerita pertama aku.
Vote yee biar bikin semangat untuk ngelanjutin cerita ini.

UNIQUE CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang