UC 13 : Jemputan dan setan

20 5 0
                                    

HAPPY READING🐣

Seorang gadis yang masih berbalut seragam SMA berdiri di depan gerbang sekolahnya, tampak menunggu jemputan. Gadis yang bernama Prisa itu menggenggam tasnya erat-erat, menatap jalan dengan harapan.

Dasen sudah pulang lebih dulu bersama Deon, mereka memang selalu pulang bersama. Sementara itu, Depi sudah pergi dengan cowok entah dari mana, meninggalkan Prisa sendirian menunggu di gerbang.

Prisa tidak sepenuhnya sendiri. Ia ditemani oleh mang satpam yang sejak tadi berusaha mengajaknya berbicara. Suasana di sekitar mereka cukup sepi, hanya terdengar suara langkah kaki yang sesekali lewat.

"Sudah jam setengah tiga loh, neng. Udah di chat?" tanya mang satpam, nada suaranya penuh perhatian.

"Udah, mang. Masih di jalan," jawab Prisa dengan sabar, matanya tidak lepas dari jalanan.

"Mang satpam tinggal dulu ya. Mang satpam mau ngecek kelas," ucap mang satpam merasa tidak enak harus meninggalkan Prisa sendirian.

"Gak papa kok, mang. Paling bentar lagi udah mau nyampe jemputannya," Prisa menyakinkan sambil tersenyum, berusaha menghilangkan rasa khawatir di wajah mang satpam.

"Kalau gitu, mang satpam permisi ya," ucapnya sebelum pergi.

"Iya, mang," jawab Prisa sambil mengangguk dengan sopan.

Sudah menjadi kewajiban mang satpam untuk mengecek setiap kelas setelah semua murid pulang sekolah. Ia harus memastikan kipas angin di kelas sudah dimatikan dan menyalakan lampu-lampu di sekolah.

Prisa melihat lagi room chat-nya dengan seorang lelaki, matanya menelusuri pesan yang belum dibalas. Sudah lebih dari 30 menit ia berdiri di depan gerbang sekolah, menanti jemputan yang tak kunjung datang.

Saat ia sedang sibuk spam chat untuk mengingatkan jemputannya, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depannya, keluar dari area sekolah. Prisa menatap mobil itu dengan penasaran, keningnya berkerut.

Ia ingin tahu siapa yang ada di dalam mobil tersebut, namun semua kaca gelap, sehingga sulit untuk melihat. Ketika kaca mobil diturunkan, Prisa akhirnya mengetahui siapa pengemudinya. Pria di dalam mobil itu mengenakan kemeja putih bercorak hitam, guru yang mengajar pelajaran ekonomi di kelasnya, Bara.

"Kok belum pulang?" tanya Bara, suaranya terdengar ramah dari dalam mobil.

"Nunggu jemputan, pak," jawab Prisa, merasa sedikit canggung dihadapan gurunya.

Bara melihat jam di pergelangan tangannya, seolah mempertimbangkan waktu yang sudah berlalu.

"Kamu dari jam dua di sini?" tanyanya, matanya beralih ke Prisa.

Prisa menggeleng, "gak, pak. Saya tadi piket dulu, jadi keluarnya sekitar jam setengah tiga,"

Bara mengangguk, seolah mengerti situasinya. "Mau saya antar?" tawarnya, suaranya tetap hangat dan penuh perhatian.

"Eh, gak usah, pak. Paling bentar lagi juga udah mau sampai jemputan saya," Prisa menolak tawaran Bara dengan sopan.

Di dalam hatinya dia sebenarnya sudah lelah menunggu orang yang seharusnya menjemputnya. Ia sudah mengirim pesan agar segera datang, tetapi pesan itu tidak dibalas. Dalam pikirannya, Prisa berasumsi bahwa jemputannya masih dalam perjalanan.

UNIQUE CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang