Justru di saat diam sesuatu akan semakin berantakan.
What a painful mood
➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶Hampir sebagian orang-orang tidak akan pernah berpikir perkataannya akan membunuh. Mereka mengatakan segala sesuatu tanpa mengerti perasaan seseorang orang dulu. Padahal apa Kean pernah berbuat jahat pada mereka? Tidak Kean tidak pernah melakukan kejahatan. Dia hanya berbeda bukan karena Kean tidak punya apa-apa.
Tapi di mana letak kesalahannya? Kean berhak untuk hidupnya bagaimanapun dengan kekurangannya itu tidak penting. Mereka memperjelas kekurangan Kean sebagai bentuk yang aneh. Aneh sekali seseorang yang terlahir dari keluarga yang nyaris sempurna, justru tidak punya apa-apa untuk diperlihatkan.
Bunda selalu membantu Kean untuk percaya pada dirinya sendiri jika dia hebat. Wanita baya itu tahu apa yang Kean rasakan, dia kehilangan segala macam cara agar tidak kenapa-kenapa. Sehebat-hebatnya Kean membunyikan tidak membuat bundanya mempercayai hal itu. Siapa juga yang tidak sakit mendapatkan kalimat rendahan, seakan-akan itu pantas untuknya.
Kemungkinan Kean sudah lelah maka dari itu dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela dirinya. Percuma saja tidak ada yang mempedulikan itu, mereka beranggapan semuanya biasa-biasa saja. Lagian itu kenyataannya, Kean berbeda.
Seharusnya yang Kean lakukan hanyalah cukup jadi dirinya sendiri yang dia sukai saja. Cukup jadi apa yang membahagiakan, sederhana tapi jarang di miliki orang lain.
Mungkin karena belum siap sebab banyak yang terlihat gelap gulita tanpa sebuah harapan. Kean sampai tidak mampu mempercayai masa depan yang akan meneranginya di kemudian hari. Bahkan untuk memikirkan hari esok saja Kean tidak bisa.
"Dek, bisa enggak temenin kakak ke minimarket. Ada yang harus kakak beli nih soalnya nanti malam temen-temen pada mau main ke sini," ajak Kapin memperhatikan Kean yang kini sibuk dengan tumpukan buku-buku nya.
"Males aku mau di rumah aja, biasanya juga pergi sendiri."
Jawaban dari Kean barusan terdengar begitu asing bagi Kapin. Adiknya itu belum pernah memberikan jawaban yang menyatakan dia menolaknya. Aneh, dan terdengar sangat berbeda.
"Tumben juga nggak mau di ajakin," sambungnya lagi mengambil salah satu buku milik Kean.
Anak itu belum menyadarinya, dan sibuk menuliskan beberapa kata-kata penguat yang paling dia sukai. Kean tidak membiarkan siapapun membaca tulisannya, dia hanya tidak menyadarinya saja maka dari itu masih melanjutkan menulis. Dan hanya Lintang yang diperbolehkan untuk itu.
Hingga saat dia menatap Kapin sekilas yang membaca tiap lembaran dari bukunya. Dia langsung merebutnya paksa, Kapin di buat terkejut. Tidak dia sangka adiknya sangat privasi untuk hal itu juga.
"Ngapain baca bukuku kak?" tanya Kean sedikit ketus karena Kapin sempat membaca kata-kata di dalam bukunya.
Kapin sekedar mengukir senyumannya, pertama kali untuknya melihat Kean sangat marah hanya karena membaca buku miliknya itu. Padahal hanya buku biasa, walaupun ada beberapa kalimat yang terbaca oleh Kapin dengan penyampaian yang aneh.
Dari setiap tulisan, tidak ada yang bagus untuk dibacakan. Yang ada pun kalimat-kalimat tak bermakna yang hanya bisa di pahami sendiri.
Kenyataannya Kapin tidak tahu apapun maksud dari kalimat itu. Dan untuk apa Kean menuliskan hal-hal yang bahkan tidak bisa di mengerti oleh siapapun selain dirinya sendiri. Apa ada sesuatu yang disembunyikan oleh adiknya? Atau memang yang sebenarnya Kean belum benar-benar sembuh dari luka hatinya.
"Kau baik-baik aja kan?" tanya Kapin menghentikan langkahnya untuk keluar dari kamar Kean. "Kakak tiba-tiba kepikiran kau belum sepenuhnya sembuh, pasti ada sesuatu yang menyakitkan untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙸𝚝'𝚜 𝙶𝚘𝚗𝚗𝚊 𝙱𝚎 𝙾𝚔𝚊𝚢[✓]
Fanfiction𝗘𝘀𝗼𝗸 𝗵𝗮𝗿𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗺𝗮, 𝗿𝗮𝘀𝗮 𝘀𝗮𝗸𝗶𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿. 𝗠𝗮𝗸𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1bungkam ✐2berisik ✐2treasuremember ✐3obat ✐3gagal ✐kim...