13. lost way bert

244 54 0
                                    

Kata yang berharga, tak sempat terucapkan. Menghilangkan banyaknya alasan untuk membuatnya bertahan. Kenapa kehidupan seperti ini, tak ada yang benar-benar bisa dijadikan sebuah pertahanan.
Time doesn't heal
『••✎••』

Orang yang pernah gagal apalagi dalam kegagalan yang sama, akan lebih sulit untuk bangkit. Bukannya lemah, hanya saja ketakutan pada kegagalan kian menjadi-jadi saja.

Kean tahu dia tidak bisa menjadi apa yang dirinya inginkan, sampai kapanpun yang ada pada Kean tetaplah sebuah kekurangan. Dia akan mengurung diri ketika keluarganya memiliki sebuah acara, dengan alasan Kean malas bertemu orang-orang yang merendahkannya secara terang-terangan. Di kehidupan miliknya, Kean tidak tahu yang namanya kesempurnaan itu apa.

Jiwanya sudah teramat rapuh sekali, hebatnya lagi ia tetap bertahan hidup setelah kegelapan berbisik padanya untuk segera terlelap selamanya.

"Maaf belum bisa jadi apa yang seharusnya kakak lakukan untuk adeknya kakak ini. Pasti banyak hal-hal sulit yang kau lalui sendirian, tapi terimakasih sudah mau bertahan. Sekarang jangan merasa kuat sendirian, kakak akan terus bersamamu sampai hembusan napas terakhir," lirih Kalan dia juga sudah tahu apa yang Kean alami, setelah mendengar penjelasan dari Kapin beberapa hari yang lalu.

Kean menatapnya sekilas, bagaimana bisa Kean mempercayakan seseorang untuk membuatnya merasa ketenangan. Sedangkan Tuhan saja perlu waktu agar segala ketenangan itu datang dengan tepat.

"Aku enggak bisa bergantungan dengan kakak, rasanya aku harus kuat sendirian," sahutnya merapikan bantal-bantal di atas ranjangnya itu. Dan berniat untuk segera tertidur. "Jalani hidup kakak sendiri, aku sudah di ajarkan dewasa karena terlahir dari keluarga yang dipenuhi akan sanjungan."

Tapi bagaimana lagi, sudah seperti itu semestinya. Dewasa hanya diperkenankan tentang rasa sakit yang ada saja.

Kalan tetap berdiri di tempatnya, tidak mengalihkan tatapannya barang sebentar saja guna memastikan Kean benar-benar terlelap. Dia tahu jika seseorang terluka, tertidur saja tidak sepenuhnya mengantarkan dalam ketenangan. Dia akan terbangun, dan ketakutan dengan hari-hari yang akan di jalaninya nanti.

Bukan hanya Kean saja yang pernah terluka, sebab Kalan juga pernah merasakannya. Bedanya Kean yang paling banyak terluka di sini. Sudah Kalan pastikan mana bisa seseorang kuat sendirian.

Kemudian wanita baya mendekat padanya senyuman manisnya itu terukir pada bibir indahnya itu. Kalan ikut tersenyum, mempersilahkan bundanya untuk segera duduk. Bundanya juga mengetahui apa yang sudah terjadi, kedua putranya menceritakan apa saja yang telah terjadi. Seketika bunda merasakan kehancuran, yang di anggapnya tak terluka. Ternyata diam-diam menyembunyikan semuanya agar terlihat baik-baik saja.

"Bunda enggak pernah tau adekmu jadi sedewasa ini. Melihat Kean dewasa karena lukanya, bunda beneran jadi orangtua yang gagal buat dia. Kenapa bunda bahkan enggak tau apapun tentang lukanya," kata bunda mengusap lembut wajah mulus Kean.

Setelah ditekankan tidak apa-apa mengalami kegagalan. Hanya dirinya yang bisa menentukan bagaimana dengan selanjutnya. Apakah melanjutkan atau berhenti sejenak tapi tidak menyerah.

Kean tahu pertahannya sendiri, dia sudah banyak melaluinya sendirian tanpa bantu siapapun. Dan mungkin tidak dapat dikatakan terbiasa. Karena mana bisa rasa sakit dapat di akui sebagai bentuk baik-baik saja.

Sebenarnya sudah sedari dulu Kean ingin menyerah, tak ada satupun hal baik yang dapat dijadikan bahan pertahanan. Dia selalu merasa ketakutan, takut jika tidak bisa jadi apa-apa yang semestinya dilakukan olehnya. Mengulang kembali segala kegagalan bahkan tak menghasilkan apapun.

𝙸𝚝'𝚜 𝙶𝚘𝚗𝚗𝚊 𝙱𝚎 𝙾𝚔𝚊𝚢[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang