Prok
Prok
Prok
Tepukan tangan terdengar begitu meriah, membanggakan seseorang yang namanya mulai di sanjung-sanjungkan. Karlas kembali memenangkan lomba pidato antar provinsi, dan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Yaitu-lomba pidato antar negara. Dan itu sangat membanggakan bukan? Banyak yang mengucapkan selamat pada Karlas dan kedua orangtuanya pun pasti akan ikut di sebut-sebut namanya.
Karena mereka berhasil mendidik putra bungsunya sampai sehebat ini. Sedangkan Kean yang duduk di tengah-tengah kedua kakaknya, hanya bisa menunduk dalam. Dia iri pada adiknya tapi dia tidak bisa menyaingi sang adik.
Kean sudah bertahan pada luka, bukannya terbiasa hanya saja untuk menyudahinya Kean tidak mampu melakukan apapun.
"Karlas pintar sekali, sama seperti Kapin dan Kalan. Saya kagum kalian bisa membuat mereka di banggakan oleh banyaknya publik, semoga Kean juga bisa mengikuti jejak saudara-saudaranya yang lain," kata pria berjas hitam itu pada kedua orangtuanya.
Kean menunduk, dia tidak menyangka perkataan itu kembali tertuju padanya. Namun, dia sebenarnya sudah menebak pasti akan jadi seperti ini. Dia lagi-lagi di rendahkan karena tidak punya bakat apapun untuk di pertunjukan.
"Ke empat putraku, semuanya punya bakatnya masing-masing. Aku percaya Kean juga punya kelebihannya sendiri, dia enggak berbeda dari saudara-saudara nya yang lain," bela ayah sembari mengelus puncuk rambut Kean.
Setidaknya ada pembelaan yang membuat Kean baik-baik saja. Karena dia terlalu sulit membela dirinya sendiri, dia tidak mampu menyela perkataan mereka mengenai dirinya sendiri. Karena apa yang dikatakan pun, ada benarnya juga. Dia benar-benar malas jika nantinya akan membuat perdebatan.
Sementara Kean saja kesulitan pada kehidupannya, mana mungkin dia menambah banyaknya kesulitan itu lagi. Saat adiknya menyebutkan namanya juga, di detik itu pula dia merasa sangat malu. Sebab si bungsu Karlas memperkenalkan kakaknya yang tidak bisa melakukan apapun yang di namakan kebanggaan. Dia satu-satunya yang paling bodoh, dia banyak kurangnya. Tapi di sempurnakan oleh segala pujian keluarganya.
Dan itu, akan tetap sama saja. Tidak berharga dan tidak akan membuatnya bahagia. Kean hanya bisa menutup telinganya, membiarkan kalimat jahat itu berlalu dan jangan mendengarkannya.
Hentikan tangisanmu, butiran bening yang berkilau begitu berharga jangan terus di tumpahkan. Tidak ada yang akan sia-sia dalam perjuanganmu, namun tidak semua dapat di perjuangkan.
"Kata-kata yang indah, tulis tanganmu juga rapi aku yakin kau penulis yang handal. Kau bisa membuat kata-kata sebermakna ini," kata cowok berkulit putih itu, sambil menunjuk sebuah buku yang ada di pangkuan Kean.
"Enggak ada yang bagus, hanya kata-kata sederhana yang gak pernah di anggap berharga. Dan kau kenapa membacanya? Seharusnya jangan."
Perkataan Kean membuatnya terdiam beberapa saat, dia tidak menyangka jika yang baru saja dia puji rupanya tidak menyukai hal sedemikian. Padahal dia berpikir itu akan membuatnya senang, karena apa yang dia katakan pun mengandung kebenaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙸𝚝'𝚜 𝙶𝚘𝚗𝚗𝚊 𝙱𝚎 𝙾𝚔𝚊𝚢[✓]
Fanfic𝗘𝘀𝗼𝗸 𝗵𝗮𝗿𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗺𝗮, 𝗿𝗮𝘀𝗮 𝘀𝗮𝗸𝗶𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿. 𝗠𝗮𝗸𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿. ✻ʜɪɢʜᴇsᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢ✻ ✐1bungkam ✐2berisik ✐2treasuremember ✐3obat ✐3gagal ✐kim...