Pagi Raskal..
Hari ini Bu Rio adain kuis ya? Aku denger dari teman-temanmu kalau kelasmu aka nada kuis. Semangat ya buat hari ini. Aku tahu kamu pasti bisa buat jawab kuis Bu Rio.
Semalam aku ada dengerin lagu dari Pharrell Williams, judulnya Happy. Mungkin kamu bisa dengerin lagu itu buat memulai aktifitasmu. Semoga lagunya menambah semangatmu hari ini.
Dari,
Pengagum rahasiamu..
-0-
Nala membaca ulang surat yang akan ia letakkan di loker Raskal lalu melipatnya rapi. Nala sengaja datang lebih awal pagi ini ke sekolah supaya tak banyak siswa berdatangan dan melihat kehadirannya.
Kesempatan baik untuk Nala memasukkan suratnya ke loker Raskal. Menengok ke kiri dan kanan terlebih dahulu, merasa aman Nala segera memasukkan suratnya lalu menengok ke kiri dan kanan lagi. Setelah itu Nala buru-buru keluar dari kelas sebelum ada orang lain benar-benar melihatnya kabur dari kelas.
Di saat kelas masih sepi seperti saat ini, Nala akan ke kantin dan menunggu di sana. Sampai sekolah mulai ramai, baru Nala berani ke kelas.
Sambil menjinjing tasnya ke punggung, Nala melangkah ke kelas. Langkahnya tersendat ketika Nala melihat Raskal sudah datang menuju kelas.
Bagaikan bunga mekar di pagi hari, Raskal akan selalu menjadi pusat perhatian beberapa orang yang melihatnya. Ia seperti memiliki magnet khusus hingga para siswi di sekolah betah memandanginya lama-lama.
Tahu ataupun tidak, Raskal tidak menganggap adanya pasang mata tengah memperhatikannya. Ia tampak cuek di sana, aura dinginnya keluar dan hal itu makin menarik perhatian para siswi yang semakin suka sama sosoknya.
Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku hoodie hitam yang ia kenakan, lirihan pujian tak henti hanya untuk memuja paras Raskal.
Nala tahu bahwa tidak hanya dirinya yang menyukai Raskal diam-diam, ada juga yang suka sama Raskal terang-terangan dan memberikan Raskal surat seperti Nala. Tapi Raskal akan lebih sering menolak surat itu jika ada orang yang secara langsung memberikannya, sehingga surat-surat untuk Raskal akan ia dapatkan dari beberapa temannya yang dijadikan sebagai kurir. Atau tiba-tiba saja ada surat di atas meja atau lmemenuhi lokernya—seperti Nala.
Ada juga yang suka memberi Raskal coklat. Tapi tidak sering. Kebanyakan surat cinta dan surat-surat itu akan selalu tertimbun di meja Raskal setiap hari.
Terkadang Nala khawatir, surat yang selama ini Nala buat dan ia letakkan di loker meja tak akan pernah dibaca Raskal. Dan dari semua surat yang Raskal dapatkan, tak ada satu pun juga Raskal balas. Termasuk surat dari Nala. Hal itu sering kali membuat Nala gelisah dan sesekali merasa ia ingin menyerah. Nala sedih membayangkan hal itu.
Namun Nala pernah melihat Raskal mengumpulkan surat-surat itu lalu ia masukkan ke dalam tasnya kemudian dibawa pulang. Membuat Nala mengikis kekhawatirannya dan kian semangat memberikannya surat demi surat dan ia letakkan di dalam loker. Berharap salah satu suratnya dibaca.
Namun dibacanya atau tidak akan tetap jadi misteri karena sampai saat ini Raskal tidak membalas surat-surat tersebut.
Pelajaran di jam pertama adalah Matematika dari Bu Diana. Persamaan kuadrat memulai hari Nala dan teman sekelasnya. Setelah Bu Diana memberikan materi dan tugas, kelas hening karena sibuk memecahkan soal.
"Kalau ada yang bisa jawab soal dari nomor satu sampai nomor lima, nanti Ibu kasih poin."
Tiba-tiba saja Raskal yang pertama maju dan menjawab soal Bu Diana di papan tulis. Raskal langsung mendapatkan poin karena jawabannya benar.
Nala kagum melihat Raskal di depan kelas. Selain tampan, Raskal juga pintar. Hampir semua mata pelajaran dikuasai pemuda berumur lima belas tahun itu.
Nala pun sebenarnya tak kalah pintarnya dengan Raskal, peringkatnya saat smp dulu selalu masuk sepuluh besar. Hanya saja nyalinya tidak sebesar Raskal atau beberapa temannya yang berani maju ke depan dan menjawab soal di papan tulis. Nala tipe yang suka menjawab dengan tepat di buku tulis atau lembaran ujian lalu ia berikan pada guru.
"Karena sudah paham semua, Ibu kasih tugas ke kalian dan harus dikumpulkan setelah pulang sekolah. Kalau tugasnya tidak dikumpulkan di meja Ibu, Ibu anggap absen hari ini dan tidak mendapatkan nilai."
Beberapa siswa di kelas mengeluh. Walau bagaimana pun mereka tetap harus mengerjakan. Maka Santa mengajak Nala mengerjakan bersama saat jam istirahat.
Nala mengangguk setuju.
Pada saat jam istirahat berlangsung, Nala dan Santa duduk bersisian. Mengerjakan tugas yang Bu Diana berikan.
"Wah kalian lagi ngerjain tugas Bu Diana ya? Kami ikutan boleh ya."
Santa dan Nala mendongak, agak terkejut melihat kehadiran Jian dan Raskal di meja mereka.
Terutama Nala.
Wajahnya langsung memerah dan segra menunduk sebelum Raskal melihat.
"Boleh. Tarik aja bangkunya ke sini. Kita kerjain sama-sama."
Santa berusaha biasa saja di depan Jian dan Raskal. Namun berbeda dengan Nala yang terus menunduk grogi.
Nala harus mencari jalan keluar supaya ia tidak terlihat grogi terus. Tapi apakah Nala bisa mengatur dirinya ketika Raskal menarik kursi dan duduk di samping Nala?
Nala mendadak jadi patung.
Baik Santa, Jian dan Raskal mengerjakan tugasnya dengan tenang. Berbeda dengan Nala termenung bersamaan dengan detak jantungnya yang tak karuan. Soal berjejer di depannya tak mampu mengalihkan sosok dan aroma parfum yang dimiliki Raskal, menggagalkan fokus Nala.
Raskal yang menyadari Nala terus diam di tempat sontak mendongak dan melirik Nala. Meneliti Nala sambil mencari jawaban atas pertanyaan di kepalanya tentang alasan Nala diam sedari tadi.
"Kamu kenapa diam terus?" Raskal akhirnya bertanya saat ia tidak menemukan jawabannya.
Nala lantas menoleh dan wajahnya semakin merah. Ia malu ditatap Raskal secara dekat. Nala baru sadar jarak mereka sangatlah dekat sampai Nala bisa meneliti wajah mulus dan tegas itu.
Nala sontak menelan ludahnya.
Saat Nala hendak menggeleng, Nala hampir saja ingin berteriak ketika tangan Raskal naik dan menempel di dahi Nala. Wajah mereka semakin dekat hingga Nala menangkap deru napas Raskal yang tenang di sana.
"Wajahmu merah, berkeringat juga. Lagi sakit?"
Sepertinya Raskal berkata benar. Nala sakit kalau lama-lama di sisi Raskal.
Jantung Nala rasanya mau copot.
"Nala memang lagi nggak enak badan," alih Santa agak gelagapan. "Mau pindah duduk aja?" bisik Santa tepat di telinga Nala supaya Jian dan Raskal tidak bisa mendengar ucapannya.
Namun mendengar Nala sakit, Raskal langsung menaruh perhatian ke arah Nala. "Aku antar aja ke UKS."
Nala dan Santa sontak menggeleng bareng. Nala dan Santa merasa Raskal salah paham. Tapi suruhan Jian membuat Nala dan Santa kelimpungan. "Iya, Nala diantar Raskal aja. Mukanya merah banget. Harus buru-buru dibawa ke UKS biar cepet-cepet dirawat."
Nala hendak menolak tapi Raskal lebih dulu menarik tangan Nala pelan. Seketika tubuh Nala mematung, untuk pertama kalinya Nala dan Raskal melakukan kontak fisik secara langsung.
Kontak fisik..
Secara langsung..
Raskal..
Menarik..
Tangan Nala..
"Ayo aku antar ke UKS. Nggak apa-apa. Aku temani kamu."
Rasanya Nala ingin pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RomansaTentang Nala yang menyukai Raskal, teman sekelasnya. Puluhan surat cinta hanya untuk Raskal diam-diam ia letakkan ke loker mejanya. Hampir setahun Nala melakukannya, sampai sebuah surat balasan Nala dapatkan atas surat-surat yang Nala kirimkan sela...