009.

7.6K 625 5
                                    

"Kak Tama?"

"Hmm.."

"Pernah suka sama seseorang?"

Kak Tama berhenti mengunyah setelah mendapat pertanyaan dari adiknya. Sejenak ia memandangi Nala yang juga memandanginya, menunggu jawaban Kak Tama.

"Kamu lagi suka seseorang?"

"Kenapa kakak malah tanya balik?" Nala mendengkus.

Lalu Kak Tama meletakkan alat makannya, menyeka bibirnya dengan serbet dan kembali menatap adiknya. "Kakak pernah suka sama seseorang."

"Terus orang itu tahu kakak suka sama dia?" Kak Tama bergumam sambil menyelami kenangannya. "Tahu, kakak memberitahunya."

Mata Nala melebar. "Lalu pas orang itu tahu, perasaan kakak dibalas nggak?"

Kak Tama menggeleng. "Tidak."

Nala seketika khawatir. "Kenapa?"

"Karena kakak telat ungkapin perasaan kakak. Dia harus pergi setelah kakak ungkapin."

"Kenapa? Dia nggak suka sama kakak juga?"

"Dia pindah."

Nala menunduk prihatin. "Pasti kakak sedih ya."

Kak Tama menyunggingkan senyum. Lalu ia membawa alat makannya ke pencuci piring dan ia mencuci piring sendiri. Nala menyusul membawa alat makannya juga lalu berdiri di samping Kak Tama, menunggu giliran mencuci.

Kak Tama dan Nala diajarkan mandiri sama Ibu. Salah satunya dengan mencuci alat makan sendiri setelah makan. Tapi terkadang Nala atau Kak Tama suka membantu mencucikan alat makannya, tapi kali ini Nala dan Kak Tama ingin mencuci peralatannya sendiri.

"Kakak nggak sedih. Kakak bersyukur. Setidaknya kakak berhasil ungkapin perasaan kakak walau akhirnya dia pergi. Kakak jadi lega setelah mengungkapkan perasaan kakak." Lanjutnya lagi setelah merenung beberapa saat.

Nala terdiam. Menyelami kenangan pada seseorang yang pernah dekat dengan kakaknya.

"Jangan bilang seseorang itu Kak Tiwi?"

Kak Tama dan Nala sama-sama terkejut tapi berbeda arti. Kak Tama tak menyangka kalau Nala masih ingat dengan Tiwi—seseorang yang pernah dekat dengan Kak Tama namun ia harus pergi karena orang tuanya pindah dinas ke luar kota.

"Kamu masih ingat Kak Tiwi ternyata?" tanya Kak Tama balik.

"Masih," Nala mengangguk. Kini giliran Nala mencuci piringnya sendiri. "Kak Tiwi suka 'kan ke rumah bawain rujak buah. Kak Tiwi tahu Ibu suka rujak. Rujak buah nggak pernah ketinggalan. Kadang-kadang Kak Tiwi suka bawain pisang goreng madu juga."

Kak Tama tersenyum dan kembali menyelami kenangannya. Tiwi adalah teman sekelasnya yang terkenal periang. Sekalinya Kak Tama mengajak Tiwi ke rumah, Tiwi bisa langsung dekat dengan Ibu. Kak Tama ingat sekali bagaimana Tiwi mendekatkan dirinya pada Ibu dengan membantu mengupas bawang merah, padahal Tiwi belum pernah sekalipun mengupas bawang.

Di rumahnya Tiwi tidak diajarkan membenah dapur sama Ibunya Tiwi karena Ibunya Tiwi menyewa jasa asisten rumah tangga di rumah. Jadi Tiwi hanya tahu bahan-bahan dapur saja, tapi tidak pernah sekalipun berkutat pada bahan-bahan tersebut.

Pada saat Kak Tama mengajak Tiwi ke rumah, Kak Tama serius dengan keinginannya untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi terkendala pada saat Tiwi menceritakan padanya kalau Tiwi akan pindah bersama orang tuanya ke luar kota karena orang tuanya mutasi kerja di sana.

Sehingga Kak Tama mengurungkan niatnya sampai akhirnya Kak Tama mengungkapkan perasaannya sehari sebelum Tiwi pergi.

Menyesakkan, tapi Kak Tama tak bisa melakukan apa-apa selain mengikhlaskannya pergi.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang