!!18+!!
.
.
.Kicauan burung terdengar. Celah matahari timbul dibalik jendela kamar Nala. Pagi kini menyapa namun Nala masih asik di dalam mimpi indahnya.
Kak Tama membuka pintu selebar samudera, berdecih datar menatap adiknya masih terlelap di tempat tidur.
Kak Tama ingat, bagaimana gadis itu memohon padanya untuk dibangunkan pagi pagi karena Nala harus sudah siap untuk menghadiri acara kelulusan di sekolahnya.
Nala sudah berjanji pada Santa kalau ia akan mengunjungi Santa ke rumah. Lalu mereka bersama-sama pergi menjemput pakaian pesta mereka di salah satu butik langganan Ibunya Santa di Mall pusat kota.
Tapi apa buktinya setelah Kak Tama mendorong tubuh Nala berkali-kali sampai Kak Tama menepuk-nepuk pipi Nala namun Nala belum mau bangun juga?
Kak Tama lelah membangunkan anak satu itu lalu beralih menatap ponsel Nala yang berdering di meja nakas. Nama Raskal muncul dengan panggilan "sayangnya Nala" di layar ponsel.
Kak Tama memutar mata sebelum mengangkat telepon itu tanpa permisi.
"Kalau mau cari Nala, dia masih tidur."
"Pagi Kak Tama," sapa Raskal hangat di sana. Raskal sudah terbiasa kalau tiba-tiba Kak Tama mengangkat teleponnya dari ponsel Nala. "Nala belum bangun juga, Kak?"
"Belum. Kayaknya mau aku siram saja si Nala."
Raskal langsung mencegah niat terselubung Kak Tama. "Jangan, Kak! Sebentar lagi mungkin Nala bangun. Semalam begadang anaknya. Sibuk menyiapkan puisi untuk acara nanti."
Terang Raskal sambil mengingat di mana ia sengaja menemani Nala semalaman untuk menyusun puisi yang akan ia bawakan di panggung kelulusan.
"Padahal kemarin Nala mohon mohon minta dibangunin pagi pagi." Dengus Kak Tama kesal. Bagaimana tidak? Ia pun juga harus bangun lebih pagi padahal ini hari sabtu, hari di mana ia bisa bangun lebih siang karena hari ini libur.
"Nanti biar aku aja yang teleponin Nala terus, Kak. Pastiin ponselnya berdering dan bergetar ya Kak. Kadang Nala suka silent ponselnya." Ujar Raskal mengingatkan lalu Kak Tama bergumam dan mematikan sambungan.
Kali ini Kak Tama menurut, ia meletakkan ponsel Nala dan meninggalkan kamarnya.
Sejam kemudian Nala terbangun. Rambutnya acak-acakan sambil tangannya mencari ponselnya di meja nakas.
Baru saja melirik jam di latar, Raskal kembali meneleponnya.
"Haloo.."
"Morning babe, baru bangun?"
Nala bergumam, "hmm.. jam berapa sekarang? Aku nggak sempat lihat jam karena kamu meneleponku." Sahutnya dengan suara baru bangunnya. Raskal terkekeh gemas disebrang sana.
"It's 8 o'clock. Kamu semalam bilang kalau mau ke rumah Santa jam setengah sembilan. Masih tersisa setengah jam lagi buat kamu siap-siap."
Nala langsung melihat jam lagi dan buru-buru bangkit.
"Talk to you later, babe." Ucap Nala sebelum ia keluar kamar menuju kamar mandi. Lalu bergegas mengenakan pakaian seadanya dan turun ke dapur.
Nala buru-buru, sangat dan amat, tapi perutnya harus didahulukan. Maka Nala mampir sebentar ke dapur dan melihat ada sepotong roti lapis sosis. Tinggal Nala menyelipkan saos di sana dan Nala melahapnya penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RomanceTentang Nala yang menyukai Raskal, teman sekelasnya. Puluhan surat cinta hanya untuk Raskal diam-diam ia letakkan ke loker mejanya. Hampir setahun Nala melakukannya, sampai sebuah surat balasan Nala dapatkan atas surat-surat yang Nala kirimkan sela...