Nala mengumpat dalam hati ketika gerbang sekolah tertutup rapat. Sial—Nala terlambat ke sekolah. Salahkan Kak Tama yang bangunnya kesiangan dan mandinya lama sekali sehingga Kak Tama telat mengantarnya ke sekolah.
Terpaksa Nala bersama beberapa siswa yang juga bernasib sama berdiri di dekat gerbang sekolah. Hari ini adalah hari senin, lapangan upacara sudah penuh oleh siswa dan siswi untuk pengibaran bendera merah putih.
Dibalik gerbang sekolah, Nala melihat jejeran siswa-siswi yang tak tertib berbaris. Ia menghela napas dan menatap beberapa siswa terlambat memohon sama Pak Surya—satpam sekolah untuk dibukakan gerbangnya. Tapi Pak Surya tak kunjung membukakan, justru beliau memberi petuah pada Nala dan yang lainnya karena keterlambatan mereka.
Lagipula ini bukan salah Nala sepenuhnya. Habis ini Nala akan memarahi Kak Tama. Gara-gara Kak Tama, Nala akan dihukum setelah upacara usai.
Setengah jam kemudian upacara selesai, Nala dan yang lainnya akhirnya disuruh masuk. Tapi bukan berarti Nala bisa langsung ke kelas karena Nala dan yang lainnya harus dihukum dulu oleh salah satu guru yang ditunjuk untuk mengurus siswa-siswi terlambat.
Nala dihukum mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali. Meletakkan tas dan topi terlebih dahulu ke tepi lalu ia ikut nimbrung bersama yang lainnya untuk berlari mengelilingi lapangan.
Beruntung Nala menyempatkan sarapan sambil menunggu Kak Tama mandi tadi, kalau tidak Nala akan memastikan dirinya akan pingsan.
Akhirnya Nala menyelesaikan hukumannya. Sambil membungkuk, Nala meraup oksigen sebanyak mungkin. Peluh keringat bercucuran di dahi dan leher Nala. Dada Nala naik turun. Nala sangat lelah.
Hendak menuju kelas, Nala masih belum bisa masuk karena Pak Andre tidak mengijinkan Nala masuk selama pelajaran Bahasa Inggris berlangsung. Hari ini Nala sial sekali. Datang terlambat, dihukum mengelilingi lapangan, dan sekarang ia harus menunggu diluar.
Setelah bel berbunyi pergantian jam pelajaran, Pak Andre menemui Nala diluar dan mengatakan bahwa Nala diberi tugas khusus dari Pak Andre karena tadi Nala tidak mengikuti jam pelajarannya. Tugasnya cukup banyak dan Nala harus menyelesaikannya hari ini.
"Kamu nggak apa-apa, Nal? Kasian banget kamu. Capek banget ya." Santa hanya bisa bantu mengipaskan Nala menggunakan buku tugasnya lalu ia menyerahkan botol minuman dinginnya, tapi Nala tolak.
Nala hanya butuh duduk dan mengatur napasnya. Lelahnya mengelilingi lapangan masih berasa. Belum lagi tugas yang diberikan Pak Andre dan harus diselesaikan pada saat jam pulang sekolah.
Sembari mengatur napasnya, Nala melirik kea rah punggung Raskal yang tak jauh di depannya. Raskal tampak sedang mengobrol dengan Jian di sampingnya. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti mengobrolkan sesuatu yang menyenangkan. Karena dari tadi Raskal tak berhenti tersenyum.
Rasa lelah yang menghinggap Nala entah kenapa meluap ke mana setelah melihat senyuman Raskal. Terasa manis dan menenangkan. Seperti lelehan caramel yang lumer di dalam mulut.
Raskal adalah sosok yang mampu menyenangkan hati Nala dengan mudah.
Tak lama Bu Rio datang ke kelas. Kemarin kelas Nala sudah mengikuti kuis yang Bu Rio lakukan dan sekarang Bu Rio akan membagikan hasil kuisnya.
Seperti biasa, Raskal memperoleh nilai terbaik yang pertama. Lalu Santa, kemudian Jian lalu beberapa anak lainnya dan Nala mendapat peringkat delapan.
Bu Rio hanya mengumumkan peringkat sampai sepuluh keatas saja. Setelah itu Bu Rio menyebutkan nama-nama yang berada di lima peringkat nilai terendah.
"Selamat ya, Santa." Nala tersenyum memberikan selamat untuk Santa. Santa membalas senyuman Nala dan mengucapkan terima kasihnya. Setelah itu suasana kelas yang ramai berubah hening setelah Bu Rio menjelaskan tentang materi baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RomanceTentang Nala yang menyukai Raskal, teman sekelasnya. Puluhan surat cinta hanya untuk Raskal diam-diam ia letakkan ke loker mejanya. Hampir setahun Nala melakukannya, sampai sebuah surat balasan Nala dapatkan atas surat-surat yang Nala kirimkan sela...