Bagian 4 :: Teman Kencan

148 14 3
                                    

Dengan waktu yang lebih longgar, Soo-jeong memakai kesempatan itu untuk mengambil kursus bahasa Prancis.

Dulu semasa awal-awal kuliahnya, ia pernah mempelajarinya tetapi tidak selesai karena terlalu banyak kegiatan yang diikutinya.

Menurutnya, bahasa itu cukup penting, terutama karena ia sangat suka membaca. Oleh karenanya, kesempatan berliburnya ia gunakan untuk sesekali berkunjung ke perpustakaan kampus tempat ia kuliah S2 dan berlama-lama di sana.

Ia rajin memperpanjang kartu keanggotaan yang setiap tahun harus diperbarui.

Di sana ada banyak buku berbahasa Inggris, Prancis, dan Jerman–sumbangan dari luar negeri untuk perpustakaan itu.

Ilmu filsafat belum memasyarakat, sehingga belum banyak buku-buku yang bagus. Apalagi terjemahan buku aslinya yang terkadang kurang akurat karena kemungkinan besar, si penerjemah tidak menguasai ilmu filsafat.

Tujuan Soo-jeong ke perpustakaan tidak hanya untuk membaca buku saja, tapi juga untuk bersilaturahmi dengan para dosennya. Bahkan mantan dosen pembimbingnya sering kali memberi semangat untuknya

"Ambil program doktoral, Jeong~ah. Saya rasa itu bisa memuaskan rasa ingin tahumu. Dan kau selalu ingin tahu dan suka belajar."

Begitulah kata beliau.

"Doktor filsafat di negeri ini masih bisa dihitung jari. Apalagi yang perempuan. Bukan karena filsafat ilmu yang berat, hanya saja filsafat-lah yang masih agak asing di sini."

"Saya sudah memikirkannya, Seonsaengnim."

Soo-jeong memasang senyum, merasa senang mendapat dorongan seperti itu dari dosennya.

"Hanya waktu dan biayanya yang belum ada. Saya tidak mau menyusahkan orang tua. Appa sudah pensiun. Tapi saran Anda menimbulkan semangat. Mulai sekarang, saya akan menabung."

"Kamu masih muda, Jeong~ah. Hal semacam itu jangan menjadi hambatan yang terlalu serius dipikirkan."

"Iya, Seonsaengnim. Terima kasih atas dorongan semangat dan sarannya. Saya akan kembali kemari untuk melanjutkan studi. Tunggu saja."

"Bagus."

Begitulah Soo-jeong, mengisi liburannya dengan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat. Selalu saja ada yang dikerjakannya.

💗

Seorang rekan sesama dosen yang beberapa kali datang berkunjung ke rumahnya, tidak pernah berhasil menemuinya.

Si Ibu lah yang menemui tamu tersebut, dan terpaksa memberikan alamat tempat Soo-jeong kursus bahasa Prancis

"Kalau memang ingin sekali berjumpa dengan Soo-jeong, Anda bisa menemuinya di tempat ini. Dia akan keluar sekitar pukul tujuh hari ini."

Ibunya Soo-jeong menyodorkan alamat tempat kursus tersebut.

"Naik apa dia, Ahjumma?"

"Karena mobil ayahnya sedang dipakai adiknya, sore ini dia naik kendaraan umum."

"Kalau begitu, saya yang akan menjemputnya." Rekan Soo-jeong berkata dengan perasaan senang.

💗

Nama pria itu Sehun.

Pria tampan itu memang menaruh perasaan terhadap Soo-jeong. Tapi wanita itu hanya menganggapnya seorang teman. Atau sebagai dosen senior yang bisa dimintakan pendapat karena Sehun sudah lebih berpengalaman.

Usianya sebaya. Ia mengajar di fakultas ekonomi dan bekerja sebagai konsultan pada sebuah perusahaan besar dengan gaji yang mencukupi.

Kondisi ekonominya sudah lebih cukup untuk membangun rumah tangga–sudah punya rumah sendiri, kendaraan pribadi pula–tapi entah mengapa ia belum menikah juga.

0 cm | Kaistal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang