LOVE -- 2

11.5K 628 11
                                    

Tolong baca narasinya dengan baik, dan nggak di skip-skip aja. Karena di chapter ini, narasi itu yang ngejelasin semuanya. Terimakasih^^

- - - - -

Kayla berjalan cepat seraya memeluk buku biologinya erat-erat. Gadis itu semakin panik saat melihat jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 14.45, pertanda dirinya sudah telat selama lima belas menit.

Saat pelajaran terakhir tadi, Bu Fatma memintanya untuk ke ruang guru. Katanya, Kayla akan dijadikan tutor oleh anak kelas 11 IPA yang katanya lagi, sangat merasa kesulitan dengan pelajaran. Kayla tidak ingat bahwa hari ini merupakan jadwalnya dalam piket kelas. Sehingga, saat ia sedang makan siang di kantin, teman sekelasnya buru-buru menghampirinya dan memaksa gadis itu untuk melaksanakan piket.

Dan, ya. Ini akibatnya.

Seumur hidup, Kayla sangat jarang terlambat dalam hal apapun. Kayla dibesarkan dalam keluarga yang disiplin dan mengerti cara menghargai waktu dengan baik. Tak heran kalau prestasinya bisa setinggi ini.

Setelah mengetuk pintu ruang guru, akhirnya Bu Fatma keluar dari dalam ruangan tersebut. Guru itu tetap tersenyum meski dirinya juga kecewa terhadap keterlambatan Kayla kali ini. "Kamu darimana aja, Kayla?"

Kayla menunduk, menyelipkan rambutnya di belakang daun telinganya. "Maaf, bu. Saya abis piket kelas dulu tadi,"

"Yaudah, nggak apa-apa, ibu maafkan. Tapi, mungkin hari Senin lagi aja ya kamu mulainya? Anaknya udah pulang nih." Ucap Bu Fatma.

Kayla pun mendongak, "Senin ya, Bu? Jam berapa?" Guru itu seperti tampak berpikir, lalu berkata, "Abis pulang sekolah aja,"

Kayla mengangguk senang. "Siap bu, saya janji nggak akan telat lagi!"

Bu Fatma tersenyum, "Yaudah, kamu pulang sana. Hati-hati ya,"

Setelah mengangguk dan pamit kepada Bu Fatma, Kayla beranjak pergi melewati lorong-lorong sekolah yang sudah sepi.

Satu hal yang baru ia ingat saat sampai di gerbang sekolah adalah; dia lupa menanyakan 'siapa' yang akan diajarkan olehnya nanti.

Aduh, sialan.

- - - - -

"Dek, jemput gue dong,"

"Nggak bisa, Kak. Gue lagi main futsal,"

Gadis itu menghela napasnya. "Ah, masih lama nggak? Tinggal dulu aja kek,"

"Gue tau lo kakak gue dan gue juga tau lo galak banget sama adek ganteng lo ini," tidak terdengar suara lagi dari seberang sana, hingga dia berkata, "Tapi..., jangan paksa gue juga donggg."

Kayla malah terkekeh mendengar jawaban adiknya tersebut. "Iya-iya, maaf ya. Karena lo gamau jemput gue pulang, lo harus beliin martabak keju!"

"Lo emang kakak terbangke sepanjang masa. Bye."

Setelah mengatakan kalimat tersebut, sambungan telepon diputuskan sepihak oleh adik Kayla, Nathan.

Ya, Nathan hanya terpaut satu tahun dibawah Kayla. Cowok itu sekarang sudah menduduki kelas 10 di SMA yang berbeda. Alasan Nathan memilih sekolah yang berbeda dengan Kayla adalah; cowok itu takut kalau Kayla melarangnya ini-itu saat berada di sekolah.

Kayla memang memiliki perangai yang tegas, keras, dan berani yang sudah diturunkan dari ayahnya. Berbalik dengan sifat yang dimiliki Nathan, cowok itu merupakan orang yang humoris dan ramah kepada siapa saja. Kayla sendiri tidak lagi merasa heran kalau adiknya kini, sudah mulai bertransformasi menjadi seorang playboy di sekolah.

My (Lovely) EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang