Elena mengetuk-ngetuk kakinya dengan gelisah. Gadis itu mondar-mandir di taman sekolah, gusar menunggu seseorang yang kemungkinan hanya telat beberapa menit. Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, sehingga bisa dipastikan bahwa kini sekolah sudah mulai sepi.
Suara derap kaki yang berlari tertangkap di indra pendengaran Elena. Gadis itu menoleh, mendapati seorang gadis lain yang memakai seragam sekolahnya, dengan camera yang selalu dibawa kemana-mana oleh gadis itu.
"Lama banget sih!" bentak Elena, saat gadis itu berdiri dengan terengah-engah di hadapannya.
Gadis yang bernama Acha itu mendengus. "Sabar, kali! Lo pikir kerjaan gue cuma nemuin lo doang?"
"Iya-iya," gerutu Elena. "Jadi, lo mau kan, nguntit gue nanti malem?"
Oke, mungkin ini memang tidak masuk akal. Jika orang tidak ingin dikuntit, Elena malah menawarkan diri untuk dikuntit oleh paparazzi sekolah. Ya, Acha merupakan seorang paparazzi SMA High School, orang yang sangat di percaya untuk mengabadikan sesuatu dan menyerahkannya kepada redaksi majalah sekolah. Elena, yang memang ingin selalu dikenal oleh seantero sekolah, tentu saja ia melibatkan Acha dalam acaranya nanti malam.
"Gue harus pake baju kayak maling?"
Elena mendecak. "Bukan gitu, bodoh! Pake aja baju yang normal, tapi nggak mencolok buat kami semua-terutama Evan."
"Evan?" Acha mengernyit keheranan. "Tunggu. Dari waktu itu, yang elo telfon gue, lo belom bilang sama gue apapun tentang gossip lo itu. Emang apaan sih?"
"Pertama, itu bukan gossip. Kedua, di acara nanti malam, Evan memang terlibat,"
"Acara apa?"
Elena tersenyum miring. "Makan malam keluarga gue dan Evan, dong."
"Apa?" Acha melongo tak percaya, "Gue nggak nyangka, ternyata kalian sedeket itu! Bukannya lo itu mantannya Evan, ya? Terus gue denger-denger, Evan juga benci sama lo."
"Yah, kita dulu memang pacaran dan sempet putus. Tapi, nggak kok, Evan tetep baik sama gue. Bahkan, kita ini mau dijodohkan oleh orangtua kami." ucap Elena pongah.
Acha kembali terkejut. "Seriusan? Dia kan, udah punya Kayla?"
"Beda dong, pacar sama calon tunangan," Elena berkata dengan nada angkuh. "Orangtua kami udah saling mengenal, pastinya orangtua Evan juga lebih milih gue kali, daripada cewek nggak tau diri kayak gitu!"
"Eits, santai, mbak. Gitu-gitu kan, dia ketua osis sekolah kita!"
Elena mengibaskan tangannya acuh. "Nggak peduli, yang penting Evan bakal jadi milik gue selamanya."
Meski Acha kini merasa ketakutan yang luar biasa akan sikap Elena yang lebih mirip psikopat saat ini, gadis itu harus tetap melakukan pengintaian yang akan menjadi berita paling menghebohkan di sekolah. Resiko paparazzi: semakin basi sebuah berita, maka semakin besar pula kesempatan untuk di drop out dari klub berita sekolah dan photographer. Maka, demi mempertahankan kedudukannya sebagai pencari berita yang tersohor, Acha harus melakukan ini. Tak peduli apa resikonya nanti, meski batinnya juga menolak rencana Elena yang ingin merebut Evan dari Kayla.
Karena Acha juga mengakui, Evan dan Kayla merupakan pasangan yang paling hot di sekolah saat ini.
"Jadi, rencana lo apa?" tanya Acha pada akhirnya.
"Yah, gue sama Evan nggak bakalan jalan bareng sih. Tapi, keluarga kami bakal ketemuan di restoran."
Acha mengangguk. "Restoran mana?"
"Hmm, nggak tau." sahut Elena. "Nanti gue kabarin deh! Pokoknya, lo siap-siap aja. Kalo perlu, lo bawa orang biar ikut makan sama lo disana. Jadi, lo bisa fotoin momen indah gue sama Evan di dalem restoran."
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Lovely) Enemy
Roman pour AdolescentsDendam yang kamu punya pada diriku, sama besarnya dengan rasa benciku padamu. Jangan pikir aku adalah orang yang lemah, sehingga kamu bisa mempermainkanku sesukamu. Saat nanti kamu sudah jatuh padaku, kita lihat saja apa balasan yang diberikan Tuhan...