"Halo monyetku,"
Sapaan seseorang di ambang pintu kelasnya membuat Kayla yang sedang membereskan peralatan sekolahnya, mendongak. Ia memutar bola matanya saat melihat Evan berdiri disana, dengan cengiran lebar yang nampak idiot tersebut.
Teman-teman Kayla yang lain tersenyum geli melihat kelakuan Evan. Namun Evan malah masuk kekelasnya, berdiri di hadapan meja Kayla.
"Monyet, gue sapa malah nggak dijawab."
Kayla mendengus. "Kan lo nyapa monyet, bukan princess."
"Lah elo ngapain nengok?"
Kayla terkekeh lalu meninju pelan perut Evan, "Sialan."
"Hari ini, kita belajar dimana?"
Kayla menggendong tasnya, lalu berjalan mendahului Evan. "Cafe aja ah,"
Evan mengangguk, lalu ikut berjalan mengikuti Kayla. Saat mereka sudah sampai di lorong sekolah, Evan merangkulnya. Mendekatkan bibirnya ke telinga Kayla, membisikkan sesuatu.
"Cokelatnya, jangan lupa dimakan,"
Bersamaan dengan itu, Kayla berhenti. Namun Evan melepas rangkulannya dan berjalan sambil bersiul ringan mendahului Kayla.
Hanya dengan perbuatan sekecil itu, pipi Kayla merona merah.
"Evaaannn!" pekiknya, saat menyadari lorong sekolah yang sepi.
Evan tertawa kecil mendengar jeritan Kayla yang menggema. Bukannya ingin meninggalkan Kayla, cowok itu ternyata juga bersembunyi.
Bersembunyi dari Kayla karena pipinya juga terasa panas.
- - - - -
"Kay, lo mah belajar mulu," gerutu Evan, lalu memakan keripik miliknya.
"Baguslah," Kayla mengambil keripik milik Evan, "Biar nggak dongo kayak elo."
"Sialan." Evan melempar satu keping keripiknya pada Kayla, "Udah ngambil-ngambil, pake ngatain lagi."
"Bodoamat,"
Evan memutar kedua bolamatanya. "Eh, tapi gue serius loh. Kok lo bisa sih baca buku lama-lama? Nih, ya, gue aja baca komik yang gambarnya seru terus kadang ada nganunya aja gue males. Apalagi baca buku pelajaran,"
"Bukan Evan kalo nggak males baca buku," tanggap Kayla, lalu mengalihkan pada ponsel ditangannya.
"Kucing ah, nyebelin lo emang."
Kayla nyengir lebar, "Tapi cantik, kan?"
Evan menggeleng keras. "Nggak. Enggak sama sekali."
Kayla hanya terkekeh dalam menjawab kalimat Evan barusan. Perhatiannya kembali tertuju pada ponselnya. Tepatnya, pada acara curhat-curhatnya dengan Fira.
Fira : Bangke, gue bingung Kay.
Kayla : Kenapa?
Fira : Gue ... aish, malu gue.
Kayla mengerutkan keningnya, ini ada apa? Tidak biasanya Fira mengungkapkan apa yang ia rasa saat texting, jadi, menurut Kayla, ini sedikit aneh. Menyadari raut wajah Kayla seperti orang kebingungan, Evan menaikkan satu alisnya.
"Lo kenapa, Kay?"
Kayla menggeser tempat duduknya, lalu menepuk-nepuk bagian kosong disebelahnya. "Sini deh, sini."
Meski sedikit heran, Evan tetap bangkit dan duduk disamping Kayla.
"Masa, Fira lagi bingung," ucap Kayla, menatap Evan polos. Evan menaikkan satu alisnya, "Lah, terus kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Lovely) Enemy
Teen FictionDendam yang kamu punya pada diriku, sama besarnya dengan rasa benciku padamu. Jangan pikir aku adalah orang yang lemah, sehingga kamu bisa mempermainkanku sesukamu. Saat nanti kamu sudah jatuh padaku, kita lihat saja apa balasan yang diberikan Tuhan...