Evan : Gue udah di depan rumah lo, gue nggak usah masuk, ya? Takut kita telat. By the way, gue bawa motor. Jangan lupa bawa jaket.
Kayla tengah memakai sepatunya saat ponselnya bergetar, menandakan satu pesan masuk dari Evan. Gadis itu tersenyum singkat melihat pesan dari Evan barusan. Seraya berdiri dan mengambil tasnya, Kayla berjalan menuju dapur.
"Kayla berangkat, ya!" serunya di ujung dapur, lalu mengambil sepotong sandwich yang ada di meja makan.
Nathan yang tengah meminum susunya lantas menoleh pada sang kakak yang terburu-buru. "Kak! Lo bareng siapa? Buru-buru amat,"
"Evan!" sahutnya. "Dah ma, pa, Nate, Kayla jalan duluan!"
Kayla langsung berjalan keluar rumahnya, mendapati Evan yang sedang duduk diatas motornya sambil menghadap lurus kedepan. Pandangannya kosong, bahkan bunyi decitan pintu yang cukup kencang tak mampu membuat Evan mengalihkan perhatiannya. Kayla bisa langsung menyimpulkan bahwa cowok ini sedang melamun, entah karena apa.
"Hoi!" Evan tersentak saat Kayla berteriak tepat di telinganya seperti itu. Tangannya terulur, menjitak keras kepala gadis itu hingga Kayla meringis. "Aw!"
"Ngagetin aja sih!" ucap Evan sinis. Kayla mendelik, "Siapa suruh pagi-pagi bengong di depan rumah princess? Mau jadi patung selamat datang?"
Sontak, Evan tertawa. "Nggak. Ayo naik!"
Dengan satu lompatan, Kayla sudah duduk di jok belakang motor milik Evan. Cowok itu sempat terlunjak melihat gadisnya yang terlalu bersemangat pagi ini. Sementara dirinya, yang terus terpikirkan akan hal bodoh yang di kemukakan orangtuanya beberapa hari yang lalu. Terlebih, gadis yang dipilih oleh orangtua mereka adalah gadis yang benar-benar mengganggu kehidupannya.
"Tuhkan!" Kayla menepuk pundaknya. "Lo ngelamun lagi! Kenapa sih?"
Evan memiringkan kepalanya seraya tersenyum singkat, "Nggak apa-apa."
Kayla ikut mengangguk, namun sedikit ragu. Beberapa waktu kemudian, Evan melajukan motornya menuju sekolah dengan perasaan gelisah sejak hari itu.
- - - - -
"Van? Lo sakit?" Kayla menyentuh kening pemuda disampingnya, menatapnya dengan cemas. Evan kontan mengerjap, tersentak dari lamunannya. "Enggak, gue nggak sakit kok,"
Kayla mendelik. "Masa? Lo daritadi kenapa deh?"
"Nggak apa-apa," Evan tersenyum kemudian mengelus kepala gadis itu perlahan. Kayla menghela napasnya, tangannya terangkat untuk menggenggam tangan Evan. "Lo kenapa? Kalo ada masalah, lo bisa cerita sama gue. Gue ini pacar lo, tau?"
Evan tertawa, kemudian menarik gadis itu untuk bersandar di dadanya. Kedua tangan Kayla melingkar di perut cowok itu erat. Sesaat, Kayla mendengar Evan sedang menghembuskan napasnya dengan gusar. Gadis itu kembali mendongak, menatap wajah Evan yang berada di atas kepalanya.
"Apa? Gue emang ganteng kali," ucap Evan tanpa melirik sedikitpun kearah Kayla. Kayla mendengus, kemudian melepaskan pelukannya dengan cepat.
"Gantengan juga satpam sekolah kita daripada elo, Van." cibir Kayla. Evan tertawa, "Yaudah, pacaran aja sana sama satpam sekolah."
Sontak, Kayla menoleh. "Oke, nanti gue selingkuh ke dia ya."
"Jangan dong, masa mau selingkuh dari cogan macem gue?" Evan menoleh seraya menaikkan alisnya.
"Dih, punya pacar pede-nya overload."
Evan terkekeh. "Lebih sial mana sama gue, punya pacar yang nyebelin banget?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Lovely) Enemy
Teen FictionDendam yang kamu punya pada diriku, sama besarnya dengan rasa benciku padamu. Jangan pikir aku adalah orang yang lemah, sehingga kamu bisa mempermainkanku sesukamu. Saat nanti kamu sudah jatuh padaku, kita lihat saja apa balasan yang diberikan Tuhan...