"Loh, itu mobil Kevin, kan?" Tanya Evan saat ia dan Kayla sudah mendekat ke rumah Kayla. Mobil hitam milik Kevin masih terparkir rapi di depan rumah Kayla. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit.
Kayla terkesiap. Saat mobil Evan berhenti, cowok itu berputar dan membukakan pintu untuk Kayla. Kayla lebih terkejut lagi saat Kevin duduk di kursi kecil di teras rumah tersebut.
"Kevin? Lo ngapain?" Tanya Kayla. Kevin berdiri, menatap mereka berdua dengan tatapan tajamnya. Cowok itu tersenyum miring, lalu bertanya pada Kayla, "Ngapain lo jam segini baru pulang?"
"Apa urusan lo nanya-nanya Kayla?" Ucap Evan. Kevin menunjuk Evan dengan jari telunjuknya seraya berkata, "Diem lo!"
Kayla mendorong pelan bahu Kevin, "Lo kenapa sih? Kalo mau marah-marah, jangan di rumah gue."
Kevin mendecih, kemudian berlalu begitu saja. Pergi menuju mobilnya, lalu melajukan mobil itu pergi dari rumah Kayla.
"Gue nggak ngerti sama Kevin," ujar Kayla pada Evan saat Kevin sudah hilang dari pandangan mereka berdua. Evan mengangguk setuju, "Sama. Gue juga,"
Evan menatap Kayla, kemudian berkata, "Yaudah. Kalo nanti ada apa-apa, lo bilang gue aja, ya?"
Kayla tersenyum sambil mengangguk, "Iya. By the way, makasih ya!"
Evan terkekeh, "Yaudah, gue balik dulu. Mandi lo biar nggak bau!"
Evan masih bisa mendengar gerutu Kayla saat ia berlari kecil menuju mobilnya. Evan kemudian masuk ke dalam mobil, melajukan mobil putih kesayangannya menuju rumah Evan. Pikiran Evan masih terbayang dengan kejadian tadi, saat ia bersama dengan Kayla.
Senyum kecil terukir di bibirnya, seperti merasakan kembali rasa bahagia saat dirinya bersama Kayla. Gadis itu benar-benar menyenangkan. Ia menyesal dulu sempat membenci Kayla karena jabatan ketua osis yang di rebut olehnya.
Rasa bahagia itu hilang seketika terganti oleh rasa gelisah saat Evan mengingat perlakuan Kevin barusan. Kevin seakan memiliki kuasa penuh terhadap Kayla hingga se-protektif-itu pada Kayla.
Memang, Kevin siapanya Kayla?
Jantung Evan seakan berhenti berdetak saat mengingat percakapannya dan Kevin di toilet saat itu. Jika semua kejadian itu disambungkan, maka..
Oh, tidak. Evan tidak bisa membiarkan ini terjadi.
- - - - -
Rasa gelisah masih menyelimuti hati Evan saat kejadian beberapa hari yang lalu. Masalahnya, setelah itu, Kevin semakin gencar mendekati Kayla. Evan selalu kalah cepat saat jam istirahat tiba. Buktinya, gadis itu sudah duduk rapih bersama Kevin di hadapannya.
Pelatihan dan les mereka masih berjalan seperti biasa. Evan selalu ingin memperingatkan tentang hal itu pada Kayla, tapi gadis itu berkata kalau saat ini adalah waktu belajar--atau berlatih--bukan bergosip ria. Evan semakin gelisah dibuatnya.
Seperti saat ini, Evan dan Gio duduk di kursi yang lumayan jauh dari tempat Kevin dan Kayla menghabiskan waktu istirahatnya. Gio pun merasa heran saat sahabatnya itu terus menatap Kevin dan Kayla, seakan ingin memangsa mereka berdua.
"Lo kenapa sih, Van?" Tanya Gio. Evan menggeleng, "Gue.. cuma takut, Yo."
Kening Gio berkerut. Tanpa menunggu jawaban Gio, Evan kembali melanjutkan kalimatnya. "Lo tau kan, sebrengsek apa si Kevin ini?"
"Jangan bilang..." ucap Gio menggantung, seakan mengerti apa yang akan di ceritakan Evan kemudian.
Evan mengangguk pelan, seraya berkata, "Gue cuma khawatir sama Kayla,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Lovely) Enemy
Teen FictionDendam yang kamu punya pada diriku, sama besarnya dengan rasa benciku padamu. Jangan pikir aku adalah orang yang lemah, sehingga kamu bisa mempermainkanku sesukamu. Saat nanti kamu sudah jatuh padaku, kita lihat saja apa balasan yang diberikan Tuhan...