Chapter 28
-
"Hah? Lo bilang apa tadi?"
Kayla mendecak, "Gue bilang, temenin gue ke tempat rehabnya Kevin, yuk?"
"Sinting!" gertaknya, "Ngapain kesana? Gak! Gue nggak mau."
"Please, temenin gue ya?"
Nathan menggeleng, "Sekali gue bilang enggak, ya enggak. Meskipun posisinya disini adalah elo sebagai kakak gue, tapi gue harus tetep jagain lo, tau?"
"Nah, itu dia." Kayla tersenyum, "Gue minta lo temenin gue, supaya gue ada yang jagain nanti,"
"Demi seluruh cewek-cewek cantik yang ada di sekolah gue, gue nggak mau kesana, Kak! Gila, gue parno, tau? Apa lo nggak ngebayangin jalan kerja otaknya? Bisa aja, saat dia ngeliat lo lagi, pikiran jahat dia muncul lagi. Dan besoknya, tau-tau kita udah denger kabar aja kalo dia berhasil kabur dari tempat rehab dengan ngejebol jamban toilet."
Kayla kontan menoyor kepala adiknya dengan keras, "Se-urgent-urgent-nya penjahat mau kabur, mereka nggak bakal pake jamban kali! Emangnya elo, yang apa-apa butuh jamban?!"
"Lah, bisa aja. Lagian, jamban itu memang penting kok, bagus buat pencernaan." tanggap Nathan dengan bangga, "Pokoknya, sekali lagi, gue nggak mau kesana."
Kayla memasang puppy-face miliknya, "Please?"
"Nggak."
"Oke," Kayla berdiri, "Kalo lo nggak mau ikut gue, biar gue yang akan berangkat sendiri kesana."
"Eh! Nggak! Nggak boleh!" cegat Nathan, lalu menarik kedua tangan kakaknya agar gadis itu duduk kembali. "Ayo kakakku sayang, duduk sini duduk."
"Apa? Lo nggak mau bantuin gue kan?" tanya Kayla dengan sinis. Nathan menghela napasnya, "Sekarang, gue mau tanya dulu sama lo."
"Nanya apaan?"
"Kenapa sekarang lo ngebet banget nyamperin Kevin?"
Kayla mengedikkan bahunya, "Ada hal penting. Tapi nggak tau itu pasti atau enggak,"
"Apa?"
"Lo bilang, waktu dia mau ditangkep, dia nyebut-nyebut kalimat kalo dia nggak kerja sendirian, kan? Dan, ya, itu dia yang gue curigain sekarang," ujar Kayla.
Kening Nathan mengkerut, "Gue nggak ngerti. Maksud lo, sekarang ini lo lagi mencurigai orang gitu?"
Kayla mengangguk cepat, "Yep."
"Siapa?"
"Elena."
-
Setelah melakukan perjalanan menggunakan mobil Nathan selama tiga puluh menit, mereka pun akhirnya sampai di sebuah gedung luas bertingkat tiga dengan nuansa yang serba putih. Tekad bulat yang sudah disiapkan oleh Kayla beberapa jam yang lalu, kini seakan memudar saat dirinya sudah benar-benar sampai di tempat tersebut. Mobil sudah berhenti, tepat di tempat parkir yang langsung menghadap ke tempat rehabilitasi Kevin saat ini.
Nathan dan Kayla sama-sama terdiam, keduanya seakan-akan enggan untuk keluar dari mobil terlebih dahulu. Nathan mulai waspada, sedangkan Kayla kini malah menatap kosong kedepan. Menghela napasnya, akhirnya Nathan mematikan mesin dan menoleh pada sang kakak yang ada di sampingnya.
"Kok diem?"
Kayla terkekeh, "Mental gue pas nyampe sini, tiba-tiba jadi ciut gitu aja."
"Mau pulang?" tanya Nathan, melihat kakaknya yang kini benar-benar terlihat ketakutan—meski gadis itu terus-terusan menutupinya. Kayla menggeleng keras, "Nggak. Yuk, masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Lovely) Enemy
Genç KurguDendam yang kamu punya pada diriku, sama besarnya dengan rasa benciku padamu. Jangan pikir aku adalah orang yang lemah, sehingga kamu bisa mempermainkanku sesukamu. Saat nanti kamu sudah jatuh padaku, kita lihat saja apa balasan yang diberikan Tuhan...