ENEMY -- 13

6.6K 397 22
                                    

Kayla gugup, tentu saja. Ini pertama kali baginya untuk mengunjungi rumah Evan, dan dengan waktu yang tidak tepat. Masih terlalu pagi untuk berkunjung karena jam tangan mereka masih menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Terlebih, Kayla masih memakai pakaian olahraganya yang kelewat dekil.

"Van," panggil Kayla, saat mereka sudah berhenti di depan rumah Evan. "Nyokap lo galak, nggak?"

Ditanyakan tentang ibunya, Evan tidak bisa berkutik. Evan belum memberitahu Kayla bahwa hubungannya dengan sang ibu tidak baik. Evan juga tidak sepenuhnya tahu, apa respon yang akan diberikan ibunya saat melihat ia membawa seorang gadis kedalam rumah.

Karena memang, Evan tidak pernah membawa siapapun perempuan ke rumahnya.

Evan tidak bisa menjawab, maka ia hanya tersenyum untuk membalasnya. Kemudian Evan turun dari mobil, mengitarinya lalu membukakan pintu untuk Kayla.

Lalu, mereka berjalan beriringan masuk kerumah Evan. Setelah melepaskan sepatu mereka, Evan membuka pintu begitu saja, tanpa mengetuknya atau mengucapkan salam apapun.

"Ish, kalo masuk tuh salam dulu, Evan." Tegur Kayla sambil berbisik.

"Dia juga nggak peduli ini," ujar Evan cuek.

Kayla menaikkan sebelah alisnya, merasa tidak mengerti apa maksud dari ucapan Evan barusan. Ia hanya mengikuti langkah Evan masuk kedalam rumah, sampai sebuah suara menghentikan mereka.

"Evan," tegas dan lembut bercampur aduk dalam suara itu.

Mereka menoleh, mendapati ibu paruh baya yang masih terlihat awet muda dengan wajahnya yang tersenyum. Evan menyadari perubahan wajah sang ibu, sehingga ia menatap ibunya dan menaikkan alisnya.

"Apa?" Tanya Evan ketus.

Kayla menyenggol pelan sikut Evan, karena merasa Evan kurang sopan dengan ibu kandungnya sendiri.

"Kamu kok bawa gadis nggak bilang-bilang?"

Sontak, Kayla baru ingat kalau ia belum bersalaman pada ibu Evan. Lantas ia berlari kecil dan menghampiri ibu Evan yang sedang duduk dengan secangkir kopi bertengger di hadapannya. Baru Evan ingin mencegatnya, tetapi Kayla sudah terlebih dahulu menghampiri ibunya.

"Halo Tante, aku Kayla,"

Ibu Evan tersenyum, "Sini duduk, temenin tante."

Kayla menoleh pada Evan, meminta bantuan. Dengan sigap, Evan berkata pada ibunya, "Ma, Evan ada perlu sama Kayla."

"Ini masih pagi, Evan. Udah sana main sama Retha, mama mau main sama temen kamu." Ujar ibu Evan, lalu menoleh sekilas pada Kayla.

"Tapi--"

Kayla menyela ucapan Evan. "Iya, gapapa. Gue disini, nanti nyusul kok tenang aja,"

Evan menatap Kayla penuh arti, seakan tidak setuju dengan apa yang ia lakukan saat ini. Kini, Kayla tersenyum pada Evan. "Gue nggak apa-apa, Evan,"

"Yaudah, nanti ke taman belakang aja. Kalo nyokap gue ngapa-ngapain lo," Evan melirik tajam pada ibunya. "Bilang ke gue,"

"Evan!" Tegur Kayla, sambil melotot. Respon yang berbeda ditunjukkan oleh ibu Evan, ia hanya tersenyum kecil sambil memandang kopinya.

Evan pun kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.

My (Lovely) EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang