06

320 62 2
                                    

《♠️♥️♦️♣️》


Disaat Karube telah masuk ke dalam pintu 'Hidup', ia tidak mendapatkan suatu tanda-tanda laser yang akan menembak kepalanya. Yang berarti, pintu tersebut merupakan jawabannya. Mereka semua yang mengetahui bahwa pintu 'Hidup' itu benar, segera berlari masuk sebelum waktunya habis dan terbakar.

"Woo itu hampir saja." Seru Valerie saat sudah menginjakan kakinya di ruangan yang ketiga.

"Batas waktu ruangan ini adalah satu menit 40 detik."

"Batas waktunya semakin singkat." Arisu berseru, menatap layar handphone nya yang memperlihatkan waktu mundur.

"Aku tak mampu lagi." Ucap Chota dengan raut wajah ketakutan.

"Kita bergantian." Karube berseru dengan nafas yang masih terengah-engah. "Kau buka pintu berikutnya." Lanjutnya. Perkataan Karube ini ditujukan untuk wanita bersetelan kantor.

Karube berjalan ke arah wanita itu, memaksanya untuk membuka salah satu pintu di depan mereka. "Akan ku pilih pintunya." Ucapnya.

"Tunggu!" Terlihat wanita bersetelan kantor itu panik, berusaha untuk melepaskan genggaman Karube. Tentu saja tenaga wanita itu kalah dengan tenaga milik Karube.

Wanita itu dilemparkan begitu saja ke arah pintu 'Hidup'. "Buka!" Seru Karube penuh penekanan.

"Tidak." Bantah wanita bersetelan kantor dengan menunjukan raut wajah ketakutan. Sedangkan Karube yang berada di depannya mencoba untuk menetralkan emosinya.

Karube menghela nafasnya berat lalu menoleh ke arah Arisu yang terduduk lemas. "Kau punya ide, Arisu?" Tanyanya. "Ide?" Arisu kebingungan.

"Katamu, selalu ada solusi di tiap game, kan?" Tanya Karube mencoba untuk meyakinkan. "Ini bukan game." Jawab Arisu dengan raut wajah frustasi. "Kau pasti tahu harus apa." Ujar Karube. "Kau selalu menyelesaikan game teka-teki yang aku tak bisa." Lanjutnya.

"Lakukanlah!"

"Ini bukan game, Karube." Seru Arisu. "Ini soal keberuntungan."

"Pikirkanlah, Arisu!" Sentak Karube dengan mendekatkan dirinya ke araha Arisu.

"Satu menit lagi."

"Arisu, mungkin ada petunjuk. Pertama kita masuk ke gedung ini.." Karube memulai perkataannya untuk mendorong Arisu mencari solusi dari permainan ini.

"Hentikan!" Wanita bersetelan kantor itu berseru panik, ketika mendengar waktu yang sudah semakin berkurang.

"Lalu lift membawa kita.." Belum selesai Karube berkata, Arisu lebih dulu membantahnya. "Aku tak bisa melakukannya!" Arisu berdiri, menyingkir dari Karube.

"Jangan menyerah! Kita bisa melakukan ini!" Teriak Karube ketika mendapati Arisu yang sudah mulai pesimis. "Itu mustahil, percayalah!" Teriak Arisu frustasi.

"Aku tak sanggup lagi." Chota yang tidak menyukai perdebatan antar teman, hanya bisa bergumam panik sambil melihat waktu yang terus berkurang.

"Kau kusuruh berpikir! Aku bekerja keras, sedangkan kau hanya bermain game!" Ujar Karube dengan meninggikan intonasi suranya dengan penuh penekanan di hadapan Arisu.

Arisu menatap Karube tidak terima. "Apa kaitannya dengan ini?" katanya. "Kau hanya bisa memukuli orang, apa yang membuatmu hebat." Lanjut Arisu dengan meninggikan intonasi suaranya juga. Kesabaran Karube sepertinya sudah habis, ia memukul Arisu tepat di pipinya sehingga membuat Arisu jatuh terbaring di lantai.

Sementara itu, Valerie yang melihat perdebatan antar teman itu hanya diam tak bergeming. Perkataan Karube mengenai petunjuk itu sedikit mempengaruhinya. "Petunjuk ya?" Gumam Valerie yang mencoba untuk mengingat-ngingat.

Sampai otaknya memproses sebuah mobil yang terparkir rapih di depan gedung ini. "Ah jangan-jangan." Pikirannya mulai bereaksi.

"Alice, apa kau ingat mobil yang terparkir di depan? Apa itu bisa dijadikan sebuah petunjuk?" Tanya Valerie kepada Arisu, dengan mendapatkan respon sesuai perkiraannya.

"Ah benar, BMW 523d" Ucap Arisu, yang mulai berdiri dan menyejajarkan dirinya di antara kedua belah pintu.

Karube dan Chota menatapnya bingung. Lalu Arisu segera berseru kembali, "Itu BMW 523d."

"Jawabannya 'Mati'." Lanjut Arisu, menolehkan pandangannya dengan yakin. "Bagaimana kau tahu?" Ucap bingung wanita bersetelan kantor.

"Sepuluh detik lagi."

"Tidak ada waktu!" Karube berseru ketika mendapati notif suara sistem yang mengisyaratkan waktu tersisa 10 detik lagi.

"Aku akan membukanya!" Ucap Arisu berlari mendekati pintu 'Mati'. "Arisu! Kau yakin jawabannya mati?" Tanya Karube meyakinkan. "Kumohon.." hanya itu perkataan yang keluar dari mulut Arisu sebelum ia membuka pintu 'Mati'.

Disaat Arisu sudah memasuki ruangan pintu 'Mati', tidak ada tanda-tanda laser yang akan menembus kepalanya. "Artinya benar, kan?" Arisu berseru, yang membuat mereka semua berlari panik masuk ke dalam ruangan baru.

"Batas waktu ruangan ini adalah satu menit 30 detik."

"Ada apa? Kini kau tahu jawabannya yang mana?" Ujar Karube melihat Arisu yang sedang menatap kedua pintu di depannya.

"Panjang BMW 532d adalah 4.94 meter. Ada satu yang terparkir di luar. Panjang gedung ini sama dengan empat mobil itu." Jelas Valerie yang mendapatkan anggukan sari Arisu. "Artinya, panjang gedung ini sekitar 20 meter." Tambah Arisu.

Arisu berjalan mundur ke arah belakang, menempelkan punggungnya ke tembok dan mulai mengukur. "Kakiku panjangnya 28 sentimeter." Katanya. "Seharusnya sekitar enam meter." Lanjutnya setelah selesai menghitung.

"Menurut peta evakuasi, lift ada di pojok gedung." Seru Arisu dengan mengingat-ngingat peta evakuasi yang sempat ia lihat, sebelum ia masuk ke dalam lift.

"Bentuk gedungnya persegi. Semua ruangan ini juga persegi." Seru Valerie menanggapi ucapan Arisu sebelumnya.

Arisu mengangguk menyetujui, "Benar, jadi anggaplah satu sisi gedung 20 meter dan luas ruangan enam meter persegi, maka ada tiga ruangan disatu sisi." Jelas Arisu yang membuat Valerie tersenyum tipis.

Valerie yang mendapati bahwa ia bertemu dengan seseorang yang penalarannya begitu gila, hanya menyunggingkan senyumnya tipis. "Maa kurasa kali ini akan selesai lebih cepat." Batinnya.

"Satu menit lagi."

"Ada sesuatu yang bisa ku tulis?" Tanya Arisu kepada yang lainnya. Chota yang mendapati ada kertas di kantong celananya, segera memberikan itu kepada Arisu dengan wanita bersetelan kantor yang menyerahkan sebuah pulpen.

Mereka semua mulai memperhatikan Arisu yang mulai terduduk untuk menulis, dengan posisi mereka melingkar mengikuti Arisu sambil duduk. Terkecuali Valerie yang meperhatikan Arisu sambil berdiri di dekat mereka.

"Di dalam gedung persegi.. Anggap tiap ruangan berbentuk persegi, artinya lantai ini punya sembilan ruangan." Jelas Arisu sambil mencorat-coret kertas dengan membuat denah bangunan sebuah gedung.

"Ini mirip game teka-teki." Chota bersuara, yang dibalas dengan anggukan Karube meyakinkan, "Ini keahlian Arisu!" Katanya.

"Kita mulai dari ruangan ini. Gadis SMA itu meninggal di sini. Ini ruangan berikutnya." Jelas Arisu dengan menandai beberapa titik disetiap ruangan yang telah mereka singgahi. "Berkat Karube, kita bisa maju. Ini artinya pintu ke kanan tak bisa diakses. Lalu aku buka pintu ruangan ini." Jelas Arisu panjang lebar.

"Dua puluh detik lagi."

"Melalui proses eliminasi, dua ruangan ini tak boleh kita buka." Jelas Arisu dengan mencoret silang kedua ruangan yang berada di tengah-tengah. "Aku yakin itu."

"Sepuluh detik lagi"

"Jawabannya 'Mati', pintu 'Hidup' jebakan." Ucap mantap Arisu.

"Oke~ akan kubuka." Ucap Valerie dengan berlari kecil ke arah pintu 'Mati'

_____________________________________________

Selasa, 21 Februari 2023.
Written by [viphantm9]
~Vien.


Let's play in the game [Alice in Borderland] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang