11

272 53 5
                                    

《♠️♥️♦️♣️》

DOR!

Valerie, Arisu, Karube dan Nitobe seketika tersentak kaget, disaat mereka mendengar suara tembakan yang berasal dari atas tangga yang akan mereka lalui.

“Suara apa itu?” Arisu bergumam dengan raut wajah bingung miliknya. “Tembakan, kurasa.” Ujar Valerie menanggapi perkataan   Arisu.

Setelah mengatakan itu, Valerie segera melangkah kakinya lebih dulu untuk menaiki tangga menuju lantai atas, yang di ikuti oleh yang lainnya dengan sedikit mengendap-ngendap. Hingga mereka, lagi dan lagi tersentak kaget ketika mendapati seorang pria terjatuh dari atas tangga dengan beberapa tembakan yang sudah bersarang di tubuhnya.

“Hoo.. Mengenaskan.” Gumam Valerie pelan ketika melihat pria itu.

“Dia sudah tewas.” Ucap Nitobe.

Arisu dan Karube mencoba untuk mengintip ke lantai atas melalui celah dinding, memastikan bahwa di sana tidak terdapat si pengejar. Namun disaat mereka berdua sedang mengintip, mereka melihat seseorang berpakaian serba hitam, bertopeng kuda dan membawa sebuah senjata api yang bertengger di tangannya.

Valerie yang menyadari kehadiran orang lain disertai dengan suara sepatu yang nyaring terdengar, segera menarik kerah baju mereka berdua sebelum sesuatu hal yang berbahaya terjadi. “Apa yang kalian tunggu? Ayo lari!” Seru Valerie.

DOR! DOR!

DOR!

Suara tembakan terdengar kembali, membuat mereka berempat berlari terbirit-birit saling mendahului satu sama lain.

“Arisu!”

“Lari!

“Cepat, sialan!”

“Hoi!”

Nitobe berlari kebawah mendahului mereka, disusul Valerie yang berlari lurus ke arah ujung lorong tidak berniat untuk mengikuti Nitobe dan lebih memilih untuk bersembunyi.

Disaat Karube akan mengikuti Nitobe, buru-buru Arisu menghentikan Karube dan menyeret dia untuk bersembunyi di celah dinding ketika Arisu melihat Valerie memberi kode untuk bersembunyi di sana.

Bunyi sepatu pengejar itu semakin menjauh. Valerie mencoba untuk mengintip, memastikan bahwa di sekitarnya sudah aman. “Dia sudah turun ke bawah.” Ujar Valerie dengan menyembulkan kepalanya sedikit. Setelah itu Valerie keluar dari persembunyian mereka yang juga di ikuti oleh Arisu dan Karube.

Sedangkan Nitobe, ia memiliki nasib buruk. Dirinya harus tewas di tembak oleh si pengejar pada saat ia ingin melarikan diri.

“Kita harus bagaimana, Arisu?” Karube bertanya pada Arisu dengan berbisik, disaat mereka sedang mengintip pengejar dari lantai atas. “Bisakah kau mencari solusi?” Lanjut Karube.

“Kita tak bisa menyelesaikan ini dengan cara seperti itu!” Seru Arisu pelan sedikit meringis frustasi. “Pikirkan saja!” Karube menyela, “Pikirkan sendiri!” Blas Arisu.

Valerie yang mendengar mereka berdua kembali berdebat hanya diam tak bergeming, masih memperhatikan pengejar topeng kuda dengan beberapa mayat yang tergeletak tidak bernyawa di dekatnya. Sampai pengejar topeng kuda itu menoleh ke arah mereka, sehingga membuat mereka harus menundukan kepalanya di balik tembok.

Beberapa detik kemudian, Arisu dan Valerie mencoba untuk mengintip pengejar bertopeng kuda itu kembali. Pengejar itu hanya berbalik dan berjalan meninggalkan mayat yang telah ia bunuh sebelumnya. Hal ini berarti, “Pengejarnya tidak melihat kita.” Gumam Arisu yang masih dapat di dengar Valerie, “Bidang pandangnya menyempit karena topeng itu.” Bisik Valerie. “Itu kelemahannya!” Karube berkata.

Let's play in the game [Alice in Borderland] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang