09

300 54 2
                                    

《♠️♥️♦️♣️》

Tidak ingin terlalu lama berada di dalam situasi canggung, Valerie segera saja mengubah topik pembicaraan mereka. "Maa, kari ini enak sekali. Kau pandai memasak juga ya Shibuki-san." Puji Valerie ke arah wanita yang berada di sisinya ketika ia mulai mencicipi kari yang sedari tadi menganggur di samping ramen miliknya.

Shibuki membalas perkataan Valerie dengan senyuman kecil miliknya, sampai ia membuka suara ketika mengingat sesuatu yang ingin ia tanyakan. "Ahh.. Apa yang sedang kalian lakukan, saat semua orang menghilang?" Tanya Shibuki kepada ke empat orang di depannya.

Arisu yang sudah mulai memakan makanannya kembali, ketika tadi sempat terhenti oleh pertanyaan Karube kepada Valerie, kali ini ia harus menghentikan kegiatan makannya lagi. Lalu menatap ke arah yang lainnya seolah-olah berpikir sebelum menjawab pertanyaan Shibuki.

"Kami ada di toilet." Ujar Arisu. "Berbicara di bilik yang sama." Chota ikut menimpali pertanyaan dari Shibuki.

"Tunggu, aku tak mengerti apa yang terjadi." Ujar Shibuki dengan raut wajah bingungnya.

"Kalau kau?" Tanya Karube kepada Shibuki.

Shibuki yang mendapatkan pertanyaan tersebut, nampak terdiam cukup lama sebelum ia menjawabnya. "Bekerja." Jawabnya dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Aku sedang menyusun materi kerja di ruang rapat. Kemudian.. semua orang menghilang dari kantor." Lanjutnya.

"Lalu kau bagaimana Valerie?" Tanya Chota kepada Valerie.

Valerie yang ingin menyuapkan kari ke dalam mulutnya, harus mengurungkan itu terlebih dahulu. Ia nampak berpikir, lalu seketika Valerie teringat akan suatu hal. "Sheila!" Gumamnya dengan wajah yang sedikit tersentak.

"Apa kau baik-baik saja Valerie?" Tanya Arisu yang melihat reaksi gadis di sampingnya. Buru-buru Valerie menetralkan kembali wajahnya dan tersenyum tipis ke arah mereka.

"Berjalan, menuju sebuah cafe." Ucap Valerie. "Namun, saat aku memasuki cafe tersebut tiba-tiba saja semua orang menghilang." Lanjutnya.

"Apa kalian melihat atau mendengar sesuatu?" Tanya Arisu kepada Shibuki dan Valerie.

"Seingatku, aku tiba di sini diwaktu yang sama seperti kalian, namun sebelum kejadian ini aku sempat melihat kembang api." Jawab Valerie. Arisu mengangguk paham, mendengar perkataan Valerie. Lalu ia beralih kepada Shibuki. "Lalu bagaimana denganmu, Shibuki?"

Shibuki nampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan dari Arisu. "Aku tidak ingat." Ucapnya dibarengi dengan gelengan kepala, "Aku tiba di sini tiga hari yang lalu, dan tiba-tiba aku dibuat ikut bermain, seperti yang lain." Shibuki nampak menghela nafasnya pelan sebelum berkata lagi, "Semua orang mati, kecuali aku." Ujarnya.

"Kau menjadikan mereka umpan?" Tanya Karube dengan tatapan seolah-olah sedang menyudutkannya. "Terserah ucapanmu apa." Bantah Shibuki tanpa melihat ke arah Karube.

"Aku hanya ingin bertahan." Lanjut Shibuki dengan dibalas helaan nafas berat oleh Karube, "Hahh.. Baiklah..."

Seketika suasana menjadi hening, mereka semua diam termasuk Valerie. Sampai Arisu kembali membuka suaranya, "Permainan macam apa itu?" Tanya Arisu sambil menatap ke arah Shibuki.

"Aku di stasiun kereta. Permainan itu memakai gas beracun. Semua orang muntah darah, dari mata pun keluar darah." Jelas Shibuki. "Itu aneh, bukan?" Tanya Arisu sambil menyimpan sumpit yang berada di gengamannya ke atas sebuah mangkuk di depannya.

Let's play in the game [Alice in Borderland] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang