Hari semakin gelap, suasana makin mencekam.
Namun ketujuh anak itu masih belum juga kembali ke pondok mereka.
" Kalian denger kan? " tanya Anggi menatap keenam temannya.
Raut wajah takut mereka mulai terpancar. Rasa takut mulai mendera.
" Itu suara siapa Nggi? " tanya Khansa yang memegang erat lengan ILmi.
Anggi menggeleng pelan. " Aku juga ngga tau Sa. Tapi dari tadi itu aku denger suara itu, suara minta tolong. Pas aku denger-denger lagi, kayak suara teh Nisa. " tutur Anggi.
Mereka saling tatap satu sama lain setelah mendengar penuturan Anggi.
" Tapikan teh Nisa ada di pondok Nggi " ucap ILmi.
" Iya, lagian juga ngapain coba teh Nisa ke hutan senja begini? " sahut Khansa yang membuat mereka semakin aneh.
Tolong..
Anggi..
Tolong..
Suara itu kembali membuat ketujuh anak pondok itu saling berhimpitan ketakutan.
*****
Karena hari menjelang Maghrib. Habibi memilih untuk pulang, meninggalkan teman-temannya yang lain yang sedang menyusul Anggi mencari bola.
Wafa yang baru saja hendak menyusul anak-anak agar segera kembali ke pondok mendapati Habibi yang hanya pulang sendirian.
" Lho Habibi? Yang lainnya kemana? Kok kamu pulang sendiri? "
" Oh, itu teh mereka lagi nyusul Anggi "
Wafa mengerutkan dahi " Nyusul Anggi? Kemana, emangnya Anggi kemana? "
" Cari bola boy. "
" Iya kemana carinya? " Wafa semakin penasaran karena penjelasan Habibi yang berbelit-belit.
" Ngga tau. Kayaknya ke hutan deh. "
Wafa melongo mendengar penuturan Habibi. " Hutan? "
Suara Wafa yang nyaris teriak itu membuat penghuni lainnya berdatangan pada mereka, karena mendengar suara gaduh.
" Ada apa Wafa, kenapa kamu kayak yang kaget gitu? " tanya Ummi Sayidah yang diangguki Nisa dan Dea.
" Ini Ummi, aku tadi mau cari anak-anak, tapi Habibi bilang mereka nyusul Anggi ke hutan. " Ummi Sayidah dan yang lainnya terperanjat saat mendengar penjelasan Wafa.
" Astaghfirullah hal'adzim. " Nisa dan Dea yang berdiri disisi Ummi Sayidah berusaha menenangkan Ummi Sayidah.
" Wafa, Dea, Nisa kalian susul adik-adik kalian, perasaan Ummi tidak enak. " perintah Ummi Sayidah.
" Baik Ummi. "
Ketiganya bergegas mencari mereka yang kini sudah berada didalam hutan.
" Kita ngapain sih kesini? " Khansa semakin mengeratkan pegangannya pada lengan ILmi.
" Kita pulang aja yuk, " ajak ILmi.
" Teh, aku takut. " ILmi membawa Nizam yang ketakutan kedalam rengkuhannya.
Mereka berjalan setapak demi setapak, untuk mencari asal suara tadi.
Namun, Khansa merasakan ada sesuatu melintas didepan mereka.
Sosok bayangan hitam berkelebat cepat. Membuatnya menjerit histeris.
" Kenapa si Khansa? " tanya ILmi.
" Tadi ada bayangan item lewat. "
ILmi menaikan alis nya. Karena sedari tadi ia tidak melihat apapun.
" Bayangan item? Dimana? " tanya Apong.
" Itu disana, didepan kita tadi. "
Mereka melihat arah yang Khansa tunjuk. Kosong. Hanya ada kegelapan dan kesunyian dalam hutan yang penuh ditumbuhi oleh pohonan tinggi serta semak belukar yang menimbun.
" Ngga ada apa-apa Khansa. " ujar Apong santai.
" Tapi aku ngga boong. "
Sementara Nizam dan Bilal yang masih kecil semakin mengeratkan pelukan mereka pada ILmi.
ILmi merasakan hawa tidak enak saat ini. Bulu kuduk nya mulai merasa tegang.
Angin yang secara tiba-tiba berhembus terasa mencubit kulit mereka.
" Perasaan aku ngga enak. Kita pulang aja yuk. " Khansa mengangguk tanda setuju dengan ucapan ILmi.
" Cemen banget sih, masa baru gini aja takut. " ejek Zaki.
" Tau. " timpal Apong.
" Zaki, Apong. Kita ini udah terlalu jauh mainnya. Lagian seharusnya kita ngga kesini. Ummi pernah melarang kita agar tidak masuk kedalam hutan ini. " tutur ILmi
" Iya, katanya di hutan itu banyak setan, aku takut teh. " ucap Nizam. ILmi mengelus kepala Nizam upaya membuatnya tenang.
" Aduh masa sama setan aja harus takut. Inget ngga kata Abi sama Ummi, kita ngga boleh takut sama setan, karena pada dasarnya drajat kita itu lebih tinggi dari pada setan. " kata Zaki tak mau kalah.
" Aku paham Zaki. Tapi kalo nanti beneran ketemu, gimana? Berani kamu? Palingan juga ngibrit. " sungut ILmi dengan nada mengumpat.
Disela perdebatan mereka, tiba-tiba saja pohon-pohon bergerak berayun padahal tidak ada angin.
" Kok pohonnya gerak sih. "
Jantung mereka semakin membara, bergemuruh. Perlahan mereka hampiri semak yang berguncang hebat itu.
Suara deru napas mereka terdengar nyaring ditelinga.
Sosok bayangan hitam tebal muncul kepermukaan bumi, tepat dihadapan mereka. Membuat ketujuh bocah itu menjerit ketakutan.
Mereka semua lari dari sana. Langkah mereka seakan melambat, padahal mereka yakin kalau mereka sudah lari sangat kencang.
Ditengah pelariannya, Anggi menemukan sesuatu yang membuatnya menghentikan langkahnya dan mengambil benda itu.
Sebuah kalung liontin berbentuk hati, sangat cantik.
Tanpa sadar, dirinya sudah tertinggal jauh oleh teman-temannya yang lain.
Dia pun mengantungi kalung itu, lantas kembali menyusul teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leuweung Sanget
HorrorAkibat tidak mengikuti perintah dan aturan adat istiadat, membuat pondok pesantren Assyaddah diambang kehancuran. Malapetaka terus mengintai penghuni pondok. Pondok yang semula damai dan tentram, harus dihadapi berbagai teror ghaib serta ancaman kem...