Ihda Asyaro'

0 1 0
                                    

Tok

Tok

Tok

Ummi Sayidah membukakan pintu yang sedari tadi bunyi ada yang mengetuk dari luar sana.

Assalamualaikum

Pintu terbuka. " Wa'alaikum salam. "

Betapa terkejutnya Ummi Sayidah melihat apa yang ada dihadapannya. Seseorang yang beberapa hari ini dinanti nya, seseorang yang pernah tinggal bersamanya selama kurang lebih 15 tahun itu juga sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Senyum sumringah terpancar jelas di bibirnya. " Rayan. "

Dia Rayan.

Rayan Alvin Aditiya. Salah satu alumni pondok Assyaddah yang menjadi salah satu santri didik kebanggaan Ummi Sayidah karena ketekunannya dalam menuntun ilmu yang diajarkan kedua orang tua angkatnya itu, Ummi Sayidah dan Abi Sholeh.

Rayan datang ke pondok Assyaddah sedari usianya masih kanak-kanak yakni 8 tahun, kedua orang tuanya mempercayakan Rayan pada Ummi Sayidah dan Abi Sholeh untuk Rayan bisa menempuh pendidikan yang baik, terutama dibidang agama.

Hingga di usianya yang menginjak remaja 22 tahun, Rayan terpaksa harus memutuskan untuk meninggalkan pondok Assyaddah dan menempuh pendidikan tertinggi di kotanya. Padahal ia sendiri sudah merasa nyaman berada dilingkungan pondok Assyaddah apalagi dengan bimbingan kedua orang hebat itu, Ummi Sayidah dan Abi Sholeh yang selalu mengayomi setiap santri nya, termasuk dirinya.

" Kamu apa kabar Rayan. Ummi kangen banget sama kamu. " ujar Ummi Sayidah dalam pelukan nya.

" Alhamdulillah baik Ummi. " Rayan menyeka air matanya yang hampir menetes.

" Ummi apa kabar? " tanya Rayan balik.

" Alhamdulillah. Yaudah kita masuk dulu yuk. " keduanya pun masuk dan duduk diruang tengah.

*****

" Ummi seneng banget, waktu Abi kasih kabar kalo kamu akan menetap disini selama Abi seminar. " Rayan tersenyum tipis.

" Anak-anak juga merasa seneng banget katanya, karena bakal kedatangan alumni sekaligus kakak senior mereka ditahun sebelumnya. " terang Ummi Sayidah.

" Alhamdulillah, sekarang mereka sedang apa? " Rayan menanyakan keberadaan para santri lainnya yang sedari tadi belum ia jumpai.

" Ouh, mereka masih dikamar masing-masing, tadi habis Dhuha berjamaah langsung pada balik ke kamar masing-masing. " Rayan mengangguk.

" Kamu sendiri kenapa tidak kabarin Ummi dulu sebelumnya, kalo datang hari ini? " Rayan tertawa kecil.

" Jadinya Ummi tidak bisa jemput, coba kalo kamu kasih kabar pasti Ummi bakal jemput sama anak-anak. "

" Eh tidak usah Ummi, nanti merepotkan. Lagi pula kan jarak dari sini ke jalan raya kan cukup jauh, aku tidak mau menyusahkan Ummi dan anak-anak. " ujar Rayan.

Ummi Sayidah tersenyum bangga melihat anak kebanggaannya menjadi sosok yang baik Budi pekerti nya.

Dalam perbincangan hangat antara Ibu dan anak angkat itu, tiba-tiba saja Rayan dikejutkan dengan sosok bayangan hitam melintas dari arah lorong menuju dapur.

" Kenapa Yan? " tanya Ummi Sayidah tatkala melihat tingkah Rayan yang seperti tengah memerhatikan sesuatu.

" Um, tidak. Tidak apa-apa. " ucap Rayan seraya tersenyum asal.

" Tadi bayangan apa ya? Cepet banget jalannya. "

Tak lama datanglah Faiz berbarengan dengan Fahri.

" Faiz, Fahri kemari. Kenalin ini Rayan yang waktu itu Ummi ceritain. Rayan, ini Faiz sama Fahri. " ujar Ummi Sayidah memperkenalkan mereka satu sama lain.

" Rayan. " Mereka pun saling memperkenalkan nama mereka.

" Ustadz kapan tiba? " tanya Faiz sopan.

Rayan tersenyum geli. " Panggil kakak aja, agaknya saya tidak pantas menyandang gelar itu. " Faiz dan Fahri saling tatap.

" Tidak bisa seperti itu Ustadz, karena bagaimana pun juga Ustadz itu senior kami yang juga alumni pondok Assyaddah itu artinya guru kami juga, biar bagaimana pun Ustadz kan lebih berpengalaman disini. " tutur Faiz dengan santunnya.

" Sudahlah Rayan, terima saja kenyataan. Lagi pula kamu memang pantas menyandang gelar Ustadz, melihat kebelakang kamu itu selalu menjadi yang terbaik di antara alumni lainnya. "

" Ummi bisa saja. Tidaklah Ummi, kita semua sama Dimata Allah SWT. tidak ada bedanya. " kata Rayan tegas.

Ummi Sayidah mengangguk paham.

Faiz dan Fahri tersenyum haru mendengar perkataan dari Rayan.

Hingga akhirnya percakapan itu dikejutkan dengan suara teriakan sangat keras dari arah kamar santriawati artinya kamar para gadis.

" Astaghfirullah hal'adzim. Suara apa itu? " tanya Fahri.

" Dari arah kamar cewek, kita kesana ayo. "

Mereka bergegas menuju lorong yang berderet kamar para santriawati.

Suara jeritan itu semakin terdengar jelas hingga disebuah kamar itu.

Saat Ummi Sayidah membuka pintu kamar itu, mereka melongo melihat Nisa dan Wafa tengah memegangi Fadhla yang mengamuk diranjang tidurnya.

Fadhla kesurupan?

Sementara Dea mengawasi nya sembari menjaga anak-anak yang lainnya.

" Kalian semua akan mati!! " Suara yang berat dan sangar itu bukan dari Fadhla melainkan dari sosok yang kini merasuki tubuhnya.

Fadhla terus meronta-ronta, mengaum dengan tatapan tajam menusuk, serta giginya yang merapat seperti singa yang siap menikam mangsanya.

" Astaghfirullah hal'adzim. "

Ummi Sayidah masuk berusaha menenangkan Fadhla. Namun nihil, sosok di tubuh Fadhla sangat kuat.

Melihat Ummi Sayidah dan yang lainnya kewalahan, Rayan mencoba masuk untuk membantu mereka. Sementara Faiz dan Fahri menunggu diluar.

Tak lama, Palil beserta anak-anak lelaki berdatangan bertanya apa yang terjadi.

Faiz mencoba menjelaskan bahwasanya Fadhla sedang kerasukan.

Leuweung SangetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang