Sittatun

2 1 0
                                    

Dea berlari hingga tiba diruang tengah.

Mereka yang disana melihat Dea penuh tanya.

Sementara Dea menatap mereka dengan sorot mata ketakutan serta kepanikan diwajahnya.

Tubuh Dea gemetar hebat. Wafa dan Nisa segera menghampirinya lalu menuntun Dea agar duduk bersama mereka.

Ummi Sayidah menyuruh Palil mengambil air untuk Dea minum.

" Istighfar Dea. Tenang. " ucap Ummi Sayidah sembari menenangkan Dea.

Dea pun menuruti, membaca istighfar seraya mengatur napas nya agar stabil.

Setelah minum, membuatnya sedikit tenang barulah ia bisa bercerita pada Ummi dan yang lainnya.

Posisi mereka kini tengah berkumpul diruang tengah. Dea masih dihimpit antara Nisa dan Wafa. Disisi Wafa Anggi dan ILmi saling merengkuh satu sama lain.

Di kursi seberang sudah ada Palil dan Faiz serta Zaki dan Apong yang siap mendengar cerita penyebab Dea histeris hingga hampir membuat mereka yang di kamar terbangun.

" Dey, sekarang kamu bisa cerita kenapa kamu teriak-teriak tengah malem begini dan kamu tampak ketakutan? " Dea menatap Ummi Sayidah. Beralih pada kedua temannya yang masih setia mendampingi.

" Tadi.. Pas aku mau ke kamar, tiba-tiba aku denger suara dari dapur.. " Dea menatap mereka satu persatu.

" ... suara seperti orang berlarian di arah dapur, " sambungnya, seluruh tubuhnya kembali gemetar saat ingin melanjutkan cerita kejadian yang menimpanya.

Nisa dan Wafa mengusap punggung Dea agar ia lebih tenang.

" Aku tidak mau menghampirinya, karena perasaan aku udah tidak enak. Tapi.. " mereka semakin penasaran.

" .. tapi saat aku mau balik ke kamar, aku denger suara gelas pecah, aku puter balik karena penasaran aku coba ke dapur. Kosong. "

" Lalu kenapa kamu teriak? " potong Palil. Dea menatap sebentar.

" Karena pas aku mau balik ke kamar, tiba-tiba aja didepan aku muncul sosok mengerikan, aku tidak tau apa, tapi yang aku yakin itu setan.. " sambung Dea, membuat anak-anak disana mulai ketakutan juga.

" Ummi takut. " ujar Anggi dan ILmi bersamaan.

Secara mendadak angin berhembus sangat kencang, hujan diluar masih juga belum berhenti. Gemuruh nya petir di langit masih saja membuat gaduh malam itu. Di tambah listrik yang juga tak kunjung menyala.

Ruangan itu hanya diterangi cahaya dari sebatang lilin. Dea semakin parno.

" Sudah-sudah, jangan dipikirkan. Dea, mungkin itu hanya halusinasi kamu, akibat kamu mengantuk jadi kamu ngelindur. " ujar Ummi Sayidah.

" Tapi Ummi.. "

" Iya Dey, mungkin karena kamu terlalu parno sama setan, jadi kamu halusinasi, mending sekarang kamu sholat malam, udah masuk waktu juga. " Palil melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 00.05 wib.

" Aku bukan halusinasi, tapi emang.. "

" Sudah. Sekarang kalian semua kembali ke kamar masing-masing, untuk saat ini kita sholat malam dikamar masing-masing saja, karena hujan belum juga reda kita juga tidak ada payung, tidak mungkin kita hujan-hujanan ke mushola, nanti kalian sakit. " tutur Ummi Sayidah.

" Baik Ummi. "

" Wafa, titip anak-anak ya, tuntun sampai kamar mereka, "

" Baik Ummi. "

" Faiz, kamu juga ya tuntun Zaki sama Apong sampai kamar mereka. "

" Iya Ummi. Yuk. " Zaki dan Apong pun mengikuti Faiz menuju kamar mereka, disusul Palil.

*****

" Teh mau kemana? " tanya ILmi saat Wafa menuntun mereka menuju belakang untuk ambil Wudhu.

" Ambil Wudhu, kan mau sholat malam. Lupa? "

" Err, teh boleh tidak kita tidak sholat dulu semalam. " ujar Anggi bertanya dengan gugup.

" Lho kenapa? Hayo mulai malas. "

" Bukan teh, tapi.. " Anggi nampak bingung hendak menjawab apa, karena pada dasarnya ia tak mau sholat malam karena takut, suasana malam itu sangat beda dari malam-malam sebelumnya.

" Tapi apa? "

" ... Kepala aku tiba-tiba pusing, mungkin kecapekan kali ya. " bohong Anggi. Maaf teh aku bohong, abis aku takut.

ILmi hanya mengangguk paham.

Mau tidak mau Wafa harus membiarkan kedua junior nya itu untuk istirahat saja. " Ya sudah, sekarang kalian masuk langsung tidur, jangan lupa baca doanya dulu. Oke " ucap Wafa sambil mengacungkan jari kelingking tanda perjanjian.

ILmi dan Anggi segera meraihnya juga dengan jari yang sama.

Setelah kedua juniornya masuk, Wafa beranjak untuk ambil Wudhu.

Ketika berwudhu, Wafa merasa ada yang melintas dibelakangnya. Namun ketika ia menoleh, tak ada seorang pun disana.

glek.

Wafa mulai takut. Tapi ia berusaha mengusir rasa takut itu dan melanjutkan sesi berwudhu nya.

Sementara itu, Dea yang masih parno meminta Nisa agar tetap tinggal di kamarnya. " Ngga bisa dong Dey, aku harus kekamar. " tolak Nisa halus.

" Aku mohon Nis, kali ini aja ya? Temenin aku. " ujar Dea memohon.

" Dea, kamu udah gede, masa tidur harus ditemani. Udah ya, jangan manja. Ingat! Kita harus berani, karena kalo takut nanti yang ada setan makin menganggu. "

" Tuhkan kamu nakutin aku aja, udah tau aku parno. " Nisa cekikikan melihat reaksi parno Dea yang mulai muncul.

" Udah-udah, aku becanda. Udah tidur, aku juga mau tidur nih. " ujar Nisa melepaskan cengkraman Dea yang sangat erat.

Saat pintu mulai tertutup rapat, Nisa tak lagi disisinya. Dea menatap sekitar, lalu tidur menutupi dirinya dengan selimut.

Leuweung SangetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang