Dini hari itu.
Wafa terbangun, dan sudah menjadi kewajiban serta tugasnya sebagai senior untuk membantu Ummi Sayidah mengurus segala keperluan anak-anak dipondok.
Wafa kini tengah menyibukkan diri di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
Ia berniat ingin memasak sup ayam spesial khas kampung halamannya di Serang. " Pasti anak-anak suka. Lagian mereka juga butuh asupan gizi yang tinggi kan. " gumamnya ria.
Untung saja di dapur tepatnya di lemari pendingin masih ada stok bahan masakan untuk di olah, karena para donatur biasanya akan mengirimkan bantuan berupa bahan-bahan makanan serta perlengkapan mandi dihari Minggu.
Wafa dengan teliti nya memotong beberapa bahan sayur-sayuran untuk di sup, selagi ia menunggu ayam yang tengah di didihkan agar menghilangkan bau amis pada ayam itu sendiri.
Saat tengah asik memotong sembari bersenandung sholawatan, Wafa mendengar suara langkah kaki mendekatinya dari arah belakang.
Tap
Tap
TapWafa pun lantas menoleh kebelakang dan..
Clep..
" Argh.. "
Wafa menjerit kesakitan saat sebuah pisau menancap tepat di pundak belakangnya.
Itu Fadhla?
Ya, saat Wafa belum sempat melihat kearah belakang Fadhla sudah lebih dulu menancapkan pisau yang ia genggam ke pundak belakang Wafa hingga membuat tubuh Wafa kini bersimbah darah. " Astaghfirullah.. "
Brak!
Wafa mendorong kasar Fadhla yang sedari tadi melotot hingga nyaris bola matanya keluar.
Fadhla tersungkur kebelakang mengenai bupet kayu yang rapuh sehingga tubuhnya menghantam bupet kayu itu dan ambruk.
Tak lama Fadhla kembari sadar, dengan mata yang sama. Sorot mata tajam dan liar, bola matanya memerah seperti elang yang kelaparan ingin mencari mangsa. Menatap tajam Wafa, penuh amarah.
Fadhla kerasukan?!
Apa salahnya? Mungkin itu batin Wafa saat ini.
" Ya Allah, Fadhla sadar Fadh. " ujar Wafa seraya membantu Fadhla sadar.
Tapi Fadhla tak menggubris Wafa, ia malah menggeram sangar, tubuhnya jatuh kelantai. Kini posisi tubuh Fadhla seperti seekor harimau yang siap menerkam rusa yang jinak. Pisau ditangannya masih ia genggam dan siap mencabik-cabik tubuh Wafa.
Wafa mulai ketakutan. " Tolong! " teriak Wafa berharap penghuni pondok lainnya bisa mendengarnya.
" Hihi.. kamu tidak akan bisa kemana-mana. Hari ini adalah hari terakhir kamu.. hihihi... " gumam Fadhla ngeri.
Wafa merinding mendengarnya.
Fadhla berjalan melangkah mendekati Wafa selangkah demi selangkah. Pisau di tangannya masih ia acungkan dan siap menikam Wafa yang ketakutan.
****
" Teh Wafa kok lama sih?! Aku lapar banget nih. " celoteh Nizam seraya memegangi perutnya yang mulai berbunyi.
Nisa terkikik geli. " Sabar ya. " Nizam mengerucutkan bibirnya.
" Iya, tumben banget teh Wafa lama, biasanya kan teh Wafa orangnya gesit. Ini lama. " timpal Khansa.
Nisa juga merasa heran mengapa Wafa sedari tadi belum juga datang menyiapkan sarapan anak-anak. " Um, Khansa teteh bisa minta tolong, coba cek ke dapur dan bilang sama teh Wafa untuk segera mengantar makanannya. Boleh? " Khansa mengangguk lantas beranjak dari duduknya dan menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leuweung Sanget
HorrorAkibat tidak mengikuti perintah dan aturan adat istiadat, membuat pondok pesantren Assyaddah diambang kehancuran. Malapetaka terus mengintai penghuni pondok. Pondok yang semula damai dan tentram, harus dihadapi berbagai teror ghaib serta ancaman kem...