4

922 148 34
                                    

"Thanks ya, Gre!"

"Sama-sama." Tangan kanannya melambai. Menjawab lambaian tangan lain disertai senyuman kemudian berbalik badan menjauh.

Klik!

Sabuk helm terlepas, digantungnya di atas spion. Melirik ke arah spion yang lain sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulah si helm.

"Wooyyyy! Gracia!" Namanya terpanggil. Tubuhnya menegak kemudian menoleh ke arah suara. Sisca berlari mendekat dengan wajah kepo tingkat tinggi, menghampiri Gracia yang baru saja menaruh kunci motor dalam tasnya, "Kok bisa?!"

"Apanya?"

"Itu! Tadi!"

"Oh? Anin?" Sebelah alisnya terangkat, menebak asal hal yang menjadi pusat perhatian Sisca sejak namanya dipanggil tadi.

"Sekertaris BEM kan dia?! Deket lo?"

"Tadi abis dari tempat fotocopy, terus ketemu. Jadi nebengin. Kebetulan dia juga mau ke kampus. Yuk!" Terjawab sudah rasa penasaran Sisca yang sedari tadi terus berputar di kepala.

Lengannya mengait pada lengan Gracia, melangkah memasuki gedung kampus tak bicara. Tetapi raut wajah sendu gadis itu seolah ingin Sisca tahu, bahwa semenjak putus dengan sang mantan, keadaan Gracia tak lebih baik saat ini.

"Gre..."

"Apa?"

"Itu, Shani?" Belum sampai kelas, mereka menangkap pandangan seorang perempuan yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada lengkap dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, menatap lurus ke arah mereka seperti sedang menunggu-nunggu. Tak seperti biasanya.

Salah!
Memang tak biasa! Sejak kurang lebih satu bulan lalu, ini kali pertama Shani ada di tempat yang selalu menjadi tempat biasanya menunggu Gracia selesai kelas.

"Kenapa, ya?"

"Mau balikin barang, paling." Tebak Gracia asal. Kembali menarik lengan Sisca untuk lanjut jalan, mempersempit jarak hingga mereka berhadapan. Mungkin sekarang hanya berjarak dua langkah kaki.

"Gue duluan nih y-"

"-Bisa ngobrol?"

"Di sini?"

"Bisa, berarti."

"Gimana?"

"Nggak." Shani lebih dulu pergi. Sementara Gracia tak bergeming, memperhatikan langkah sang mantan yang terus menjauh. Sisca yang bergantian menatap Shani dan Gracia kemudian memukul punggung si tidak peka itu untuk sadar.

"Ikut sono, bloon!"

"Mau kelas."

"Gue urus absennya! Cepet sana!"




*****




Tepat di depan ruang multimedia yang kosong, lantai dua. Shani menopang dagu memperhatikan beberapa mahasiswa yang asik dengan kegiatan mereka masing-masing. Gracia? Baru saja tiba, sedang memandanginya penuh tanya.

Berniat memegang prinsip, "Gue nggak akan nanya duluan sebelum lo yang mulai."

Semilir angin menyibak rambutnya yang terurai. Siang ini rasanya tak sepanas hari-hari sebelumnya, cenderung mendung diselimuti awan. Kayak kita ya?

Mau basa-basi seperti itu?
Kuno sekali.

"Hhhhh..." Lelah dengan pertanyaan-pertanyaan sendiri dalam hatinya, Gracia meloloskan napas yang... Jujur saja tidak ada niatan ditambah dengan lenguhan sebenarnya. Tetapi itu sukses membuat perempuan di sebelahnya menoleh sejenak.

PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang