Warning! 18+ content.
Yang agak risih, boleh di skip bagiannya. Tidak berpengaruh ke alur cerita, karena hanya bagian dari flashback ;)————————————
"Gracia? Nggak nitipin kunci, neng."
"Eh?"
"Masih di kamar lo, kali. Aduh! Cepetan Shan! Gue kebelet ngencing ini!" Jingga mengapit kedua kakinya rapat-rapat sedikit membungkuk diiringi dengan desis tipis. Sedari tadi di jalan pulang, ia sudah mengeluh dan meminta ijin untuk menambah kecepatan laju motor karena ingin buang air kecil. Kenapa nggak di kampus aja sih dari tadi?
"Pake kamar mandi ibu sana!" Tanpa ba-bi-bu lagi, Jingga permisi masuk ke dalam rumah pemilik kos untuk memakai toiletnya. "Kayaknya Gracia akhir-akhir ini jarang kelihatan, neng. Sibuk kuliahnya ya?"
Ya jarang lah, bu! Orang udah putus!
"Iya bu, lagi banyak tugas kampus. Udah gitu beda jurusan juga 'kan. Jadi jadwalnya nggak bareng." Alesan ya bu? Emang.
"Oh gitu, salam ya! Kangen ibu. Biasanya kalo dateng suka bawain ibu mie ayam kota nih,"
Saya juga kangen!
"Iya, bu. Nanti disalamin."
Jingga mana sih! Lama banget!Dari dalam, kulihat Jingga berjalan keluar dengan wajah leganya. Selesai dengan pertanyaan tentang kunci kamar dan Jingga, akhirnya kami pamit untuk kembali ke kamar.
Feeling ku...
Dia pasti masih ada di sana.*****
"Noh, 'kan. Molor tuh!" Jingga yang membuka kamarku. Menunjuk seseorang yang ada di dalam dengan ujung dagunya sambil tertawa meledek. Aku berusaha untuk terlihat tak peduli, berjalan ke arah pintu masuk dan membukanya lebih lebar agar udara dan cahaya bisa masuk lebih banyak.
"Kebiasaan." Gumamku pelan. Kuyakin Jingga juga pasti dengar karena setelah itu dia menirukan ucapanku sama persisnya.
"Eh, belom makan 'kan lo, Shan?"
"Seharian lo liat gue makan belum? Selain sarapan di warteg tadi pagi?"
"Pas, banget! Gue lagi mau kepsi nih, lo mau nggak?"
"Mending ke tukang sayur, Jing. Gue nitip sop-sopan. Masih ada sisa bakso di kulkas, mau masak."
"Kelamaan! Gue keburu kering kerontang. Kepsi aja, ya!"
"Sekalian lo beliin buat orang yang di dalem, 'tuh!"
"Kalem! Lo yakiniku 'kan? Kayak biasanya?"
"Iya."
"Oke!" Aku memperhatikan Jingga masih berdiri mematung sambil menadahkan tangan. Seolah paham dengan itu, aku membuka tas dan mencari dompet, memberikan selembaran uang seratus ribu rupiah yang disambut girang olehnya. "Mantep!!! Gue sekalian 'kan ini?"
"Asal jangan lo tilep kembaliannya."
"Hehehehehe... Tenang cintaku. Gue berangkat nih ya!"
Usai kata pamitnya, Jingga pergi menuruni tangga sambil melambaikan tangan dengan wajah yang masih terlihat girang. Aku yakin alasannya bukan cuma karena makan sorenya kali ini yang kutraktir, tapi karena pikiran lain tentang aku dan Gracia yang sukses ditinggalkan berduaan lagi.
*****
Salah satu tanda Gracia tertidur pulas adalah...
mendengkur halus!Dengan posisi tubuhnya yang sedikit meringkuk, samar bisa kudengar dengkuran kecilnya memecah sunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS
Fanfic"Kita putus itu, artinya kita nggak baik-baik aja. Ngapain abis putus malah jadi berhubungan baik?"