11

1.1K 129 45
                                    

"Dateng ya, dia?"

"Lo yang nelepon gue suruh cepet-cepet pulang, lo juga yang nanya. Basi banget basa-basi lo." Cibir Jingga melepas helm half-face yang semula masih menempel di kepala. Memperhatikan Shani yang baru saja beringsut dari kasur menuju dispenser untuk mengisi gelas dengan air putih.

"Merah banget tuh mata pas gue bilang lo diajak jalan sama si Ciko. Besok-besok kalo ada berita nggak enak di kampus, gue nggak ikut-ikutan ya!"

"Berita nggak enak gimana?"

"Kali aja berita cewek hampir gila ngejotos temen satu jurusannya cuma gara-gara rebutin cewek."

"Keterlaluan ya gue, Jing?"

"Lo minta pendapat gue sebagai apa nih? Kalo sebagai temennya Gre, lo keterlaluan giniin temen gue. Tapi kalo sebagai sohib lo, perlakuan lo sama mantan lo ini udah paling man to the tap! Mantap!" Ucapnya mengacungkan jempol sambil manggut-manggut.

Alasan terbesarnya membuat alur bersama Ciko, tidak lain dan tidak bukan tentu saja untuk membuat benteng agar Gracia tak seenaknya datang dan mendekat seperti hari-hari sebelumnya. Meski bukan sepenuhnya alasan bohong, Ciko akhir-akhir ini memang terlihat cukup agresif mendekatinya. Sekedar bertanya kabar atau berbasa-basi kapan sekiranya Shani memiliki waktu luang untuk bisa diajak pergi?

Ia tak pernah benar-benar menanggapi. Malah saat ini sedang asyik sibuk dengan hobi barunya yang cukup ampuh untuk melenyapkan seluruh bayang Gracia dari dalam kepalanya, -Uhuk, koleksi vinyl, uhuk-

"Besok nitip ya, Jing."

"Nggak ngampus lagi?"

"Besok udah janjian sama Feni mau hunting vinyl rencananya. Sekalian mampir salon sama nonton juga. Rasanya udah lama banget nggak nikmatin hidup, terlalu cape sama masalah sendiri, terlalu kenyang muasin ego orang lain sampe lupa sama kebahagiaan sendiri-"

"-Kok lo nggak ngajakin gue juga?!"

"Sejak kapan sih, lo mau diajakin muter-muter hunting vinyl? Diajak pergi keliling matahari nyari baju tiga lantai aja mabok. Ngeluh betis pegel lah, jompo lah, dikit-dikit mampir beli makanan, cemilan, kopi. Mending sama Feni, selera musik sama hobinya sama."

"Jahat."

"Lebih jahat Gracia."

"Yeeee... Bahas mantan lagi..."

"Ketimbang bahas Ciko."

"Ya mending bahas Ciko lah! Laki ganteng keturunan arab, duit ngalir kayak pipa rucika! Keluarganya tajir melintir. Denger ya, lo kalo jadi sama dia, ngidam kurma juga dibawain sama pohonnya dari arab langsung!"

"Lebaaay. Kurang-kurangin baca wattpad, Jingga."

"Lah serius gue! Kapan lagi ada orang normal yang deketin lo? Ralat! Banyak deng! Cuma sayang aja lo ketempelan manusia setengah tapir selama empat taun! Udah sana! Mending iya-in beneran aja ajakannya Ciko."

"Nggak usah promosi."

"Dikira Ciko produk UMKM kali promosi. Gue cuma mau bilang, kalo ada yang lebih baik dari mantan lo yang tololnya, begonya, lemotnya kebangetan itu, mending move on. Lo sendiri sadar 'kan, kalo hubungan lo sama si Gracia itu nggak bakalan nemu ujungnya? Sayang umur!"

"Nggak minat, kak. Makasih ya..."

"Si tai, beneran dikira lagi promosi produk gue."



*****



Siang ini, terik matahari terasa begitu bersemangat membakar seluruh penjuru alam beserta isinya. Bencana bagi Gracia yang tak pernah suka dengan si pusat tata surya ini, bisa mandi sunscreen kalau begini ceritanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang