Ashes II 14

459 71 5
                                    

Setelah kedatangan Mix beberapa hari yang lalu, Denis juga tidak kembali lagi sedangkan Mew jangan tanya bagaimana dengan dia, masih mengurung diri di dalam kamar.

Gulf tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, apa karena Jimi menyebutnya paman?.

Oh ayolah, itu bukan hal yang buruk, jika di lihat dari usia Jimi dan juga Mew yang memang seorang malaikat mereka pasti akan terpaut berabad-abad lamanya, jadi tidak salah jika Jimi memanggilnya dengan sebutan paman.

Gulf baru saja selesai memanggang roti dan bersiap untuk sarapan, satu gelas susu hangat dan juga roti bakar sudah tersedia di meja, ketika Gulf ingin mengigit rotinya tiba-tiba dia teringat Mew.

"Astaga kenapa aku memiliki jiwa empati yang tinggi.." Keluh Gulf meletakkan kembali sarapannya.

Gulf membawa roti dan juga susu tadi menuju kamar di mana Mew berada, setidaknya malaikat itu bisa makan walaupun Gulf tau Mew tidak terlalu memerlukannya.

"Mew .. Mew .. keluarlah, apa kau tidak bosan terus di dalam." Gulf menggedor pintu dengan tangan kirinya.

"Apa kau marah karena Jimi memanggil mu dengan sebutan paman, kau seharusnya bersyukur dia tidak memanggil mu kakek buyut."

Tak ada sahutan dari dalam, jika saja Gulf tidak sayang pada pintunya dia sudah pasti akan menendangnya hingga terbuka.

"Kenapa dia bersikap kekanak-kanakan, yaampun bagaimana bisa aku mendapatkan penjaga seperti dia, kenapa ibuku tidak menjalin kontrak dengan malaikat tampan dan baik hati, atau tidak dia kayak raya aku pasti akan senang." Celoteh Gulf.

Entah bodoh atau bagaimana Gulf lupa bahwa dia mempunyai kunci cadangan di bawah karpet yang di tindih oleh pot bunga.

Dengan segera Gulf langsung mengambil kuncinya dan membuka pintu dan hal pertama Gulf lihat adalah, Mew duduk di meja belajarnya dengan buku yang dia tumpuk dan menjadi penyangga handphone nya.

Dan hal gila lainnya adalah Mew  tengah melihat tutorial agar terlihat lebih muda.

"Apa kau gila, kau percaya dengan semua tips nya?."  Gulf meletakkan sarapannya di atas meja.

"Tentu saja, lihat lah pria tua Bangka itu terlihat seperti umur 50 tahunan." Komentar Mew menunjuk layar ponselnya.

Gulf menepuk dahinya tak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi hal itu tak lebih gila ketimbang Mew yang sekarang sudah duduk di kursih menggunakan pakaian sekolah dan juga kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Bagaimana?."

"Idiot."

"Bagaimana kau bisa mengatakan bahwa aku idiot, aku sangat tampan, dan pastinya banyak siswi yang akan mengincar ku."

Mew cemberut mendengar komentar dari Gulf yang cukup menyakitkan, bagaimana bisa siswa tampan sepertinya terlihat idiot.

"Apa aku peduli?." Gulf menatap malas Mew dan ingin pergi.

"Laki-laki seperti apa yang kau suka?." Tanya Mew langsung membulat Gulf berhenti.

"Kenapa kau peduli, asal kau tau aku lebih suka laki-laki berjas dan juga kaya raya.." Gulf tersenyum dan pergi.

Perutnya berbunyi bertanda dia ingin makan tapi Mew menahan Gulf di daun pintu, seperti drama-drama pada umumnya Mew mendekatkan wajahnya pada wajah Gulf, sontak hal itu membuat Gulf langsung menurunkan matanya.

"Kau suka seseorang yang berjas, bagaimana dengan ini?." Mew menjentikkan jarinya.

Ketika Gulf membuka mata ternyata mereka berdua berpindah tempat.

ASHES [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang