@ (10)

484 61 1
                                    

°

Lima hari terakhir Haechan diteror habis-habisan. Bagaimana tidak kemanapun mata memandang netranya selalu melihat sticker hati merah marun. Ketika sedang disekolah, dikamar, dapur bahkan ketika Haechan mandi.

Tentu saja hal itu membuatnya semakin resah dan takut, Sampai Haechan berpikir suatu saat dia mati muda hanya karena stres.

Lima hari pula Haechan tidak membaca surat Yang masih gencar menampakkan wujud tanpa pemiliknya. Kejadian waktu lalu sudah cukup menimbulkan trauma. Akibatnya semua Surat yang pernah dia kumpulkan dia bakar sampai menyatu dengan tanah.

Jeno juga ikut kelimpungan menafsirkan kode yang diberikan, Ah Haechan jadi sedikit merasa bersalah.

Ngomong-ngomong pemuda na sedikit berbeda akhir-akhir ini, Dia selalu menghindarinya entah apa alasannya.

Dua hari ini jaemin juga tidak sekolah tak pula mengasih kabar. Haechan tak berhenti menanyakan kabar, tapi pemuda itu masih mengabaikan pesannya. Jangankan pesannya pesan Jeno saja jaemin abaikan.

Haechan takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada jaemin. Iya sekhawatir itu dia dengan sahabatnya.

Mengabaikan semua pemikirannya Haechan beranjak keluar kelas karena memang sudah waktunya bel istirahat.

Atas dorongan apa Haechan memilih memakan bekalnya di taman belakang, dia ingin melanjutkan overthinkingnya.

Lagi-lagi Haechan dikejutkan dengan sosok pemuda berambut biru yang nampak tenang menikmati sinar matahari yang hangat di musim dingin. Sendirian.

Haechan tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini dia sering menjumpai pemuda ini di tempat yang tidak terduga. Seperti ketika sendirian di perpustakaan, kamar mandi, keluar dari gudang dan sekarang dia menemui pemuda ini di taman belakang. Tak masalah Haechan merasa aman dengan begini, karena artinya dia tak sendirian.

Berusaha mendekat sepelan mungkin agar pemuda didepannya terkejut dengan kehadirannya, namun sayangnya Mark sadar lebih dulu menoleh kebelakang dengan tatapan seolah bertanya ada apa? .

" Haechan? Apa yang kamu lakukan disini? "

Haechan menghela nafas panjang kemudian duduk disamping Mark.
" Seharusnya aku yang bertanya "

" Tidak ada alasan lain, aku memang sering disini kan. Kamu sendiri ngapain? "

" Tadinya aku ingin menyendiri dengan otaku yang terasa semakin kusut "

" Sendirian? Kemana sahabatmu yang itu? "

" Maksudmu jaemin? "

" Iya mungkin "

" Dia absen dua hari ini "

Mark mangguk-mangguk
" Ngomong-ngomong Apa ada yang mengganggu pikirkanmu? "

" Hah? "

" Kamu terlihat seperti orang yang khawatir setiap saat "

" Kamu menyadarinya ya? Sejelas itu memang? "

Mark mengangguk
" Kamu bahkan terlihat kurusan "

Haechan terdiam ah sepertinya Haechan benar-benar akan mati muda karena ini.
" Sebenarnya ada yang menggangguku akhir-akhir ini "

" Siapa? "

Haechan terdiam sebentar mencoba menimang-nimang akan menceritakannya atau tidak. Sejauh ini Mark terlihat seperti orang yang bisa dipercaya. setelah itu dia menghela nafas pasrah dan mulai menceritakan semuanya dari awal.

" Wah pasti itu sangat mengganggumu "

" Itu memang benar!! Aku bahkan hampir memikirkan bunuh diri karena itu!! " Histerisnya.

" Kamu tidak boleh melakukan itu "

" Aku tau aku tau, aku masih sedikit waras hanya untuk memikirkan semua itu! " Sungutnya sembari memakan bekalnya yang sebelumnya dia anggurin.

" Bukankah itu sudah keterlaluan, kenapa kamu tidak mencoba lapor polisi? "

" Ide yang buruk, mereka orang dewasa pasti akan mengatakan 'mereka hanya bercanda, wajar mereka kan masih anak-anak ' " ucap Haechan mempraktekkan gaya berbicara orang dewasa.

Mark terkekeh
" Yasudah, tapi kalau kamu merasa kurang nyaman aku siap menemani mu "

Sumpit yang akan masuk kemulut Haechan berhenti, mengerjapkan matanya bingung kearah Mark.

" Aku tidak keberatan, itupun kalau kamu mau "

" Tentu saja aku mauuu!! Tapi... Apa itu tidak akan merepotkan mu? "

Mark tertawa kecil sembari mengusak Surai Haechan
" Tidak, kan aku yang menawarkan diri. Sudah ya aku pergi dulu "

Mark berlalu meninggalkan Haechan yang masih membeku ditempatnya. Gila perlakuannya sangat manis! Bagaimana Haechan tidak meleleh kalau diginikan.















Pulang sekolah Haechan sudah disambut oleh Mark didepan pintu kelas, Sepertinya pemuda ini tak bohong dengan ucapannya.

" Pulang bareng? "

Haechan mengangguk semangat
" Boleh! "

" Eh bentar, kotak bekal ku ketinggalan di loker "

" Yaudah ayo ambil "

Mereka berjalan kearah loker, keadaan sekolah bisa dibilang sepi bisa dibilang ramai, langit juga sudah bewarna jingga.

Haechan kebingungan ketika Tupperware hilang digantikan kado merah kecil yang dililit pita hijau. Hei ini belum natal.

Tangannya bergerak meraih kotak itu, cukup berat dengan ukurannya. menoleh sebentar kearah Mark memastikan pemuda itu ada dengannya. Setelah itu membuka kotaknya dengan hati-hati.

Ada dua lapis isi kotaknya, lapis pertama berisikan surat

Kenapa kamu mengabaikan ku :( kamu marah dengan ku? Sebagai gantinya aku memberikan hadiah untukmu. Oiya Apa kamu bertanya kenapa tidak ada stiker hati disini? Karena aku sudah memberikan hati sesungguhnya untukmu xixixi
~ someone

Haechan menelan ludahnya gugup sembari membuka kardus yang menutupi lapis kedua, ketika sepenuhnya terbuka Matanya membola sempurna.

Dia tak bohong, isinya memang hati manusia berlumuran darah yang sudah berhenti berdenyut.

Sesuatu mendesak di kerongkongan untuk keluar, Haechan melempar kotaknya asal dan berlari kekamar mandi, Dia tak bisa menahan rasa mualnya.

" Loh Chan? "

Mark yang hanya diam berdiri Ikut kebingungan mendapati reaksi Haechan.

Sebelum menyusul Haechan, Mark menoleh ke kotak yang dilempar Haechan barusan. Ada dorongan untuk mengambilnya Rasa penasaran kian membuncah, tak ada pilihan lain Mark harus memastikannya.

Mark memungut kotak itu sebelum akhirnya ikut membolakan mata melihat isinya, Tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Secarik kertas yang sudah berlumuran darah.

Mark meneguk ludahnya kasar setelah membaca pesan itu. Haruskah dia memberitahukannya?





















~TBC

FOUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang