@ (9)

489 61 0
                                    

°

Pagi ini jaemin berangkat ke sekolah sendirian setelah tiga hari absen, seperti biasa Haechan meninggalkannya.

Baru saja mengutuk Haechan dalam hati dia sudah melihat kehadirannya berdiri tak jauh darinya.

Tapi dia tak sendirian ada Jeno disampingnya, hubungan keduanya semakin dekat semenjak Haechan meminta bantuan Jeno untuk memecahkan kode. Benar hanya karena itu.

Jaemin yang melihat Tanpa sadar meremat kuat tasnya, Lalu berjalan menghampiri mereka sambil tersenyum kecut.

" HEEEEH ANJIM KEBIASAAN LU NINGGALIN GUE "

" Lah? Gue kira lu masih absen, ya gue tinggal lah "

Jaemin mendelik tak suka tapi ekspresi itu langsung berubah manis ketika menatap Jeno
" Hehe pagi Jeno "

" Huueeekkk " celetuk Haechan, Jaemin menepis Haechan untuk mundur kebelakangnya.

" Pagi juga jaem, gimana katanya nenek kamu kumat "

" Udah mendingan, kata nenek gapapa aku tinggal kesekolah "

" Ooh bagus kalo gitu. udah ya aku duluan kalian juga buruan masuk ke kelas " Jeno berlalu meninggalkan mereka tak lupa melambaikan tangan.

" Aduh kalian itu Udah deket banget kapan jadiannya sih? " Dengus Haechan menatap sahabatnya yang masih tersenyum seperti orang gila persis seperti remaja puber yang jatuh cinta.

" Lah napa lu ngurusin? " jaemin memimpin jalan mereka menuju loker, Sedangkan Haechan hanya terkikik.

" Jaemin "

" Hmm? "

" Dahi lu kenapa? "

Haechan yang sedari tadi memperhatikan jaemin sedikit terkejut mendapati luka pada sahabatnya. Ada memar biru yang jelas dan luka sobekan dekat tulang pipinya, sebenarnya bukan hal yang baru dia melihat jaemin terluka tapi tetap saja sebagai sahabat Haechan khawatir.

" Oh kepleset kemarin di kamar mandi "

" Serius? Lu ga habis berantem kan? "

" Serius, Gausah dipikirin "








Seperti sudah menjadi kebiasaan untuk membaca surat setiap pagi. Haechan membuka surat itu dengan ekspresi datar, Tak ada lagi ekspresi hangat dan senyum manis di wajahnya. Semua perasaan yang dulu pernah tertanam telah hilang menyisakan ketakutan, kecemasan dan kebencian (?)

Haechan merasa tindakannya sudah melewati batas wajar.

Oh Ayolah siapa orang yang mau menguntit sambil memotret diam-diam dan siapa orang yang rela pergi tengah malam hanya untuk melemparimu coklat? Apa tidak ada pekerjaan lain? Orang ini benar-benar sudah tidak waras.

Kau membuatku gila!! Aku tidak bisa berhenti memikirkan mu!! Setiap aku kekamar mandi aku selalu membayangkan mu berada dibawah Kungkungan ku!!
~someone

Mata Haechan melotot ngeri setelah membaca isi surat, terdengar sangat cabul.

Haechan mengernyit saat merasakan sebuah rambut tipis di telapak tangannya.

Ketika menyadari rambut apa itu, Rasa jijik langsung menjalar dari ujung kaki hingga kepala.

Kalau kalian bertanya itu apa? itu adalah bulu kemaluan.

" Ada apa Chan? "
Dapat jaemin rasakan kepanikan dari manik Haechan yang terus bergerak.

Haechan menggeleng kasar kemudian berlalu meninggalkan jaemin yang masih kebingungan disana.

Dia harus membersihkan tangannya.

Sesampainya di kamar mandi Haechan segera membilas tangannya berulang kali seolah-olah itu tidak akan berhasil membersihkannya. menatap cermin didepannya dan Terus menyumpah serapahi siapapun dibalik ini semua.

Haechan takut benar-benar takut.

Tak lama kemudian jaemin menyusul dirinya
" Lu napa sih!?!? "

" Jaem orang itu!!! "

" Orang? Siapa? "

" Pengirim surat misterius barusan mengirim sesuatu yang menjijikan!! "

" Memangnya dia ngirim apa? "







Pulang sekolah Haechan pulang sendirian. Jeno menawarkan tumpangan sebelumnya tapi dia menolak karena tidak ingin mengganggu waktu berduaannya bersama jaemin. Lebih tepatnya Haechan tak mau menjadi lalat diantara mereka berdua.

Saling mencintai tanpa ada hubungan yang jelas apa mereka tidak capek? Haechan yang sekedar memikirkannya sudah capek.

Ngomong-ngomong Haechan sedikit menyesal menolak ajakan Jeno tadi. Bukan ide yang bagus mengingat dia sekarang mempunyai seorang stalker. Haechan tak bodoh sekedar menyadari seseorang terus mengikutinya, Berusaha tak peduli Haechan mempercepat langkahnya.

Langit diatasnya telah berubah menjadi kelabu menandakan sebentar lagi hujan, Dan sekarang dia sendirian.

Haechan sedikit bersyukur ketika menemui seseorang yang dikenalinya di halte.

" Hai "sapanya lebih dulu.

" Oh? Hai Haechan "

" Bolehkah aku duduk di sampingmu? "

" Tentu "

Siapa orang yang Haechan ajak bicara aku-kamu selain Mark? Benar orang ini adalah Mark. Haechan heran sendiri kenapa setiap dia dalam keadaan ketakutan selalu bertemu dengan Mark, Apa ini takdir bahwa Mark adalah peri pelindungnya? Pasti lucu sekali. Setidaknya itu membuat Haechan aman.

" Kenapa kamu masih disini? Bukankah seharusnya kamu sudah pulang sejak tadi? "

" Aku ketinggalan bus, jadi aku menunggu bus berikutnya "

" Begitu "

" kamu sendiri kenapa tidak pulang dengan sahabat mu itu? "

" Mereka akan berkencan aku tidak mau mengganggu mereka "

" Bagaimana denganmu? "

" Apanya? "

" Kamu tidak berkencan? "

Jujur saja Haechan sedikit speclees oleh pertanyaan polos yang dilontarkan Mark
" Tidak, aku ... Aku lebih nyaman sendirian "

" Aku setuju" Mark mangguk-mangguk" tapi tidak mungkin kamu terus hidup dalam kesendirian "

" bagaimanapun yang terjadi, Pada akhirnya manusia akan hidup sendirian "

Mark terkekeh
" Dulu aku juga berpikir seperti itu, tapi itu tak sepenuhnya benar. Kita itu manusia yang saling membutuhkan satu sama lain. Seseorang yang sebenarnya membutuhkan cinta dan perhatian "

Haechan mengernyit
" Kalau kamu bilang begitu kenapa aku tidak pernah melihat mu bersosial dengan orang lain? Aku sering melihatmu sendirian "

" Karena mereka tidak membutuhkan ku "

Haechan terdiam, Tidak tau harus membalas apa.
" Mereka... Tidak mau berteman dengan mu? "

" seperti yang kamu lihat. Jangankan berteman mengobrol denganku saja mereka tidak mau " balas Mark sambil terkekeh.

Tapi Haechan merasa itu bukan sesuatu yang harus ditertawakan. Haechan tidak mengerti tentang hidup mark, apa pemuda ini tak merasa kesepian?

" Mengapa? "

" Mereka sering menganggap ku aneh dan tidak menyenangkan "

" Aku tidak setuju, aku nyaman berbicara denganmu "

" Yah itu benar ... " Mark tersenyum tipis" Karena kamu mau berbicara denganku itu cukup membuatku merasa berharga lagi "

Haechan menunduk kemudian tersenyum canggung
" Hahaha... kenapa percakapannya menjadi serius "






















~TBC

FOUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang