@ (13)

895 89 28
                                    

°

Haechan lagi-lagi terbangun jam dua dini hari dalam keadaan linglung, Ketika matanya terbuka air mata sudah mengalir di pipinya.

Haechan tak ingat mimpi apa barusan. Yang jelas dia merasa hampa dan tak hidup.

Diliriknya wajah yang selalu terlihat pucat milik Mark terlelap nampak bersinar dibawah sinar rembulan yang menembus kaca ruang tengah. Mereka memilih tidur bersama di ruang tengah dengan menggelar kasur tipis yang lebar.

Haechan tersenyum tipis sembari mengamati pahatan-pahatan paripurna di wajah Mark yang nampak tenang dan damai ketika tidur tidak seperti ketika dia membuka matanya. Selalu terlihat kosong.

Lagi-lagi air mata turun dari kedua matanya. Haechan heran sendiri bersama Mark membuatnya emosional.







Pagi harinya Mark menemukan Haechan melamun di depan teras rumahnya. Mark menghampiri sambil memberikan teh hangat disamping Haechan.

" Pagi, minumlah aku membuatnya untukmu "

Haechan tersenyum tipis
" Terimakasih "

" Bagaimana tidur mu? "

" Tidak buruk, aku merasa aman disini karena tidak menemukan sticker hati " ujar Haechan dengan nada jenaka.

Mark ikut tertawa
" Bagus kalau begitu, apa kamu masih memikirkan kejadian kemarin? "

Haechan tersenyum tipis menunduk melihat kakinya
" Tidak "

Mark mangguk-mangguk menatap Haechan selidik
" Aku bisa mencium kebohongan asal kamu tau "

" Bagus kalau kau tau "

" kita sudah mendapatkan clue-nya kan? Jangan khawatir pasti pelakunya segera ketemu "

" Polisi menyelidiki kode kemarin? "

" Yaps, saat pelaku tertangkap otomatis kamu juga tau siapa pelaku surat itu "

" Jangan merasa terbebani, ingat apa yang aku katakan kemarin? " Mark menepuk punggung Haechan Berusaha meyakinkan.

" sudah jam setengah enam. Tidak ingin mandi? "

Melihat Haechan tak bergeming dan nampak lesu membuat hati Mark sedikit terenyuh, Sampai segitunya dia kehilangan sahabatnya.

" Mau bolos? "
Pertanyaan Mark berhasil menarik perhatian Haechan.

" Hah? "

" Bolos, ga masuk sekolah "

" Kenapa? lagian aku ga sakit "

" Yakin kamu ga sakit? Jiwa kamu sakit loh "

Haechan tersenyum miris, dia tak bisa bohong soal itu. Karena jujur saja jiwanya ikut tergores melihat sahabat tercintanya meninggal dunia.

" Nggak ah, lebay banget gitu doang sampe bolos sekolah "

" Aku temenin kok "

Tunggu apa? Apa Haechan tak salah dengar? Siswa teladan mengajaknya membolos sekolah? Tunggu... Dia kan juga siswa teladan. Mungkin akan menjadi fenomenal kalau sepasang murid teladan ketahuan membolos. Tawaran yang cukup menarik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FOUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang