@ (5)

602 72 8
                                    

°

Malam Minggu ini Haechan habiskan waktu didalam kamar, mungkin sebagian remaja seumurannya akan pergi berkencan, beruntung Haechan jomblo dia lebih memilih mengurung diri dikamar. Tubuhnya bahkan sudah bau apek karena terus bergulat dengan selimut.

Haechan tak perlu khawatir dimarahi karena dia tinggal sendiri, jadi tidak akan ada orang yang memarahinya. Ayah dan ibunya adalah seorang penggila kerja karena itu mereka sering melupakan anaknya.

Haechan juga tidak terlalu peduli asal duit terus mengalir dia sudah bahagia, Itu prinsipnya sih.

Matanya terus menatap lekat sticky note itu, Tangannya mengelus permukaannya secara perlahan, Senyumnya juga masih mengembang. Haechan itu jarang merasakan kasih sayang, perhatian, pujian dan apresiasi. Jadi mendapatkan surat-surat ini mampu membuat Haechan tersanjung hingga terharu. Siapapun orang dibalik ini Haechan sangat mengucapkan banyak terimakasih.

Sebut saja kurang kasih sayang karena memang benar adanya.

Tingg

Suara notifikasi pada ponsel Haechan mengalihkan atensinya. Tumben sekali ada yang chat dia jam segini? Apa dia jaemin? Sangat tidak mungkin mengingat pemuda itu selalu menghabiskan akhir pekan dengan tidur.

Dahinya mengernyit kala menyadari siapa orang yang baru saja mengirimkan pesan padanya barusan.

Jeno depan rumah
Chan sibuk gak?

Enggak Napa Jen?

Temenin gue keluar
Ga Nerima penolakan
22.41

Fyi rumah mereka bersebrangan. Walaupun disekolah mereka nampak seperti bermusuhan, Tapi kalau dirumah berbeda mereka akan menjadi teman, atau mungkin sahabat?

Ada apa dengan pemuda Lee satu ini, Sangat menggangu malam minggunya batin Haechan.

Dengan rupa ala kadarnya Haechan bangkit meraih hodie hitam di samping pintu kamar dan memakaikannya.

Haechan langsung melesat kehalaman depan rumah Jeno, sedangkan Jeno sudah berdiri menunggunya, Menyapa dengan mata bulan sabitnya.

" Mau kemana Jen? Males gue kalo minum-minum "

" Lah emang kenapa? "

" Lu kalo mabuk ngerepotin asli " keluh Haechan.

" Tenang hari ini gue lagi ga mood mabuk-mabukan. Gue cuma mau ngajak cari angin aja sambil cari Seblak ceker yang masih buka "

" Yaudah sih terserah "

Seperti yang dikatakan Jeno, mereka jalan-jalan ingat jalan-jalan bukan memakai kendaraan.

Malam ini kota Seoul sangat cerah, bintang-bintang bertaburan diatas sana. Saking indahnya mereka sampai lupa fakta bahwa suhu diluar kian dingin.

" Chan lu kok ga bawa jaket sih? "

" Gue ga tau kalo bakal sedingin ini "

" Yaudah mending lu pake jaket gue, lu kalo teler nambah jelek "

" Siapa suruh ngeliat "

" Ck Gausah banyak bacot, mompong gue lagi baik nih ambil jaketnya "

" Harusnya lu pakein dong biar romantis " ujar Haechan jenaka.

" Euh geli " bukannya memberikannya, Jeno malah semakin mengeratkan jaketnya, Haechan tertawa kecil melihatnya.

" Bercanda nih gue pakein, kalau lu sakit bisa di plintir peler gue sama Nana "

Haechan mendelik kemudian tersenyum jahil kearah Jeno
" Ciaahhh udah jadian aja nih sama jaemin? "

" A-apa sih masih pdkt juga " Jeno menoyor kepala Haechan, Niatnya mau pelan tapi ototnya kelepasan. Sehingga tubuh Haechan terhuyung kearah jalan raya.

Tepat setelah itu mobil sedan melaju kencang kearahnya. Untung jeno dengan sigap menarik Haechan kembali ke trotoar, Kalau tidak habis Haechan terlindas.

Mereka berdua terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal, Menatap horor satu sama lain.

" Gila lu Jen! "

" Sorry kelepasan "

" Untung ga mati gue anjir "

" Ya maap "

Setelah konflik kecil barusan mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan entah kemana.

" Sebenarnya gue mau ngomongin sesuatu Chan " tiba-tiba Jeno membuka suara dengan wajah yang serius.

Haechan yang merasakan itu ikut penasaran
" Apa "

Bisa Haechan rasakan Jeno menarik nafas panjang sebelum bercerita
" Lu tau nggak bangku keramat di kelas gue? "

Haechan mengernyit kemudian mengangguk kecil
" Iya tau "

" Tadi disekolah gue piket sore, pas nyapu bagian bangku keramat gue ga sengaja nemuin foto "

" Foto lu Chan "

" Hah ngapain foto gue sampe situ? "

" Nah itu Chan, gue juga bingung siapa yang nyembunyiin foto lu di bangku keramat "

" sebenarnya yang bikin gue takut lu mau di santet ato diapain gitu Chan, soalnya fotonya tadi setengah terbakar " lanjut Jeno.

Haechan melotot ngeri, astaga kenapa hidupnya akhir-akhir ini terasa janggal?

" Ga percaya sih gue "

Jeno berdecak sebal
" Senin pagi deh gue anter ke kelas gue, lu liat sendiri aja. fotonya ga gue bawa pulang soalnya keburu melarikan diri tadi hehe "

" Hmm oke "

Jeno memicingkan matanya kala netranya melihat benda aneh di pakaian Haechan.

" Itu apa Chan? "

" Apaan? "

Tangan Jeno terulur untuk mengambil sebuah sticker? Ya itu sticker hati merah marun di kerah belakang Haechan.

" Oh? Sticker? Sejak kapan lu demen ngoleksi ginian? " Jeno tau persis selera Haechan makanya dia bingung ketika mendapati sticker itu.

" Oh itu ... " Haechan bimbang sendiri harus menceritakannya atau tidak.

" Apaan? "

" Itu ... Ga sengaja nempel kali ya? Udah makin dingin nih Jen pulang yok "
Haechan mengalihkan topik kemudian berjalan mendahului Jeno yang masih terdiam ditempatkannya.

Menatap punggung Haechan yang kian menjauh dengan penuh selidik, Dan seringai?

















~TBC

FOUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang