Guys... cerita ini udah tamat di Karyakarsa yaa... buat yang pengin baca duluan dan lebih komplit bisa melipir ke sana.
.
.
Arya terkejut mendapatkan pesan dari sekretaris Ayahnya. Dan lebih terkejut lagi ketika Arya sampai melihat profil akun wanita tersebut. Yang hanya memuat gambar logo perusahaan, dengan bio lengkap Secretary of CEO PT. Arnifa Duta Persada.
Sudah jelas ini nomor bisnis, batin Arya.
Arya : Sepuluh menit lagi saya sampai.
Tunggu dulu. Siapa yang memberikan nomor pribadi Arya? Arya menipiskan bibirnya, sudah pasti Ayahnya. Sebab Ayahnya hanya menyimpan nomor pribadi Arya. Tapi, sepertinya Arya tidak perlu khawatir, wanita itu juga tidak akan tertarik berurusan dengannya selain urusan profesional. Bibir Arya menipis kaku, merutuki diri sendiri, sebab begitu aneh saat Arya sampai memikirkan jauh ke sana.
Ketika sampai, dan turun dari taksi online, yang pertama kali mata Arya tangkap adalah sosok Inka dengan balutan kemeja batik dan rok mekar sebetis berwarna cokelat tua.
Alis Arya sedikit berkedut, dia juga mengenakan batik berwarna senada. Jika dilihat-lihat mereka seperti pasangan yang akan menghadiri sebuah acara. Memang, mereka akan menghadiri acara, tetapi bukan sebagai pasangan, imbuh Arya dalam hati.
Begitu mendekat, Inka menjaga pandangannya. Dan tak lama kemudian mobil kantor datang. Inka naik di depan. Meski Arya sangat ingin memprotes namun dia menahannya. Arya sangat tidak terbiasa duduk di kursi belakang sendirian selayaknya bos besar.
"Pak," tanya Inka saat di perjalanan.
Arya melongokkan kepalanya. "Ada apa?"
"Um. Mungkin Bapak juga harus memberikan kata sambutan."
"Mungkin?" ulang Arya dengan dahi mengernyit.
"Oh, maaf Pak," ralat Inka mengakui keteledorannya. "Pasti."
Mata Arya sontak melebar, dia tentu saja mengharapkan jawaban yang sebaliknya.
"Ya, hanya—sedikit kata sambutan," imbuh Inka dalam hati gusar, meski wajahnya tetap tenang. Dia harus memastikan hari ini berjalan dengan baik, sementara dia sedikit banyak tahu kehadiran Pak Arya di sini atas paksaan Ayahnya. Bahkan secara pribadi Pak Ibnu menghubunginya untuk selalu mendampingi Pak Arya dan meluruskan sikapnya jika mulai tak terarah.
"Ini." Inka menyerahkan sebuah kertas yang dilipatnya, seperti memberikan contekan.
Arya menarik kertas tersebut dengan raut wajah berkerut dan membuka lipatan. Astaga... menghadapi klien saja sudah merupakan kebiasaan berat yang berusaha keras Arya biasakan. Dan sekarang dia harus berdiri mengatakan beberapa kalimat?
Ayahnya tahu. Sangat tahu. Dan Arya dipaksa berada di situasi ini. Dia tidak akan putar balik, atau pun menghilang, dengan segala tanggung jawab mewakili nama perusahaan, paling buruk yang Arya lakukan adalah berdiri diam di atas panggung, dengan semua mata menyorot ke arahnya. Arya sudah bisa membayangkan keringat dingin yang akan membanjirinya.
***
Pukul sepuluh ketika mereka berada di mal tempat diselenggarakannya acara. Sorot mata Arya mulai awas begitu memasuki lobi mal. Stan-stan beraneka ragam produk umkm sudah tersusun rapi. Inka bergerak lebih sigap menemui ketua event dan meminta informasi susunan acara.
Inka segera kembali dan mempersilakan Arya agar mengikutinya duduk di kursi yang telah di sediakan.
Rahang Arya berkedut. Ini bukan acara biasa-biasa, cukup—bahkan sangat besar untuk sekelas perwakilan sepertinya. Paling tidak, yang harus hadir di sini adalah level manajer. Bukan karyawan cabutan seperti dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let it be Love
Romance[Cerita ini telah tamat di Karyakarsa] Sinopsis : Masa lalu membuat Inka masuk ke jurang kehidupan yang baginya tak akan menemui jalan keluar. Dia menjalani kehidupan ibarat pepatah hidup segan mati tak mau. Hingga dia bertemu Arya, sebuah pintu akh...