24. Dependency 🌷

95.3K 10.5K 492
                                    

Happy Reading

~•~

"Apa kamu Reane?"

Reane sedikit tersentak. Mengangkat kepala, Reane menatap gadis berambut hitam lurus yang berdiri di pintu kelas. Ada kacamata bulat bertengger di hidungnya. Wajahnya putih bersih dengan warna mata kecoklatan di balik lensa.

"Ya ...."

"Wow! Ku pikir aku salah lihat!" Matanya berbinar menatap Reane dari atas ke bawah. "Aku baru melihatmu lagi! Aku kira kamu sudah berhenti bersekolah!"

Melihatnya tersenyum bersemangat, Reane merasa sedikit canggung dan malu. "Ti-dak ... aku mau melanjutkannya."

Reane melihat nama yang tertera di seragam bagian dada gadis itu. Sara Freesia. Nama ini sangat asing dan itu pertanda bahwa dia hanya teman sekelas biasa. Reane menghela nafas lega.

"Kenapa kamu berdiri melamun di depan kelas? Apakah kamu malu untuk masuk? Jangan khawatir! Mereka pasti akan senang melihatmu di sini!"

Reane terkejut. Dia yang pada kenyataannya seorang introvert yang tidak pernah memiliki teman, merasa hangat dengan keramahan gadis di depannya. Apalagi mendengar bahwa teman-teman sekelasnya akan senang dengan keberadaannya. Lagi pula, karakter Reane asli memang sangat baik di novel, tidak heran mendengar itu. Hanya saja ... sedikit sedih mengingat bahwa dia adalah orang asing yang menumpang. Kebaikan mereka bukanlah untuknya, namun Reane asli.

"Ayo masuk." Sara menarik pergelangan tangannya tanpa memerdulikan Reane yang terkejut.

"Teman-teman! Aku membawakan hadiah untuk kalian!" Suara lantangnya menarik semua mata dan perhatian.

Tidak bohong, semua mata langsung menunjukkan binaran saat menatapnya. Baik yang laki-laki atau perempuan.

"Reane!"

"Reane! Kamu kembali!"

"Aku merindukanmu!"

Seruan semangat datang dari berbagai orang. Reane mundur saat satu persatu orang datang berkerumun menujunya. Sampi tersudut di dinding, Reane cemas dan tak punya tempat untuk menghindar.

"Hei! hei! Kalian membuatnya ketakutan!" Sara melotot dan mengomel menghalangi Reane dengan kedua tangan berkacak pinggang.

"Ah, maafkan kami."

"Kamu menjadi semakin pemalu, Reane." Salah seorang lelaki terkikik.

Yang lain mengangguk menatap Reane geli.

"Ma-af ... Aku tidak terbiasa," tutur Reane teramat pelan. Wajahnya agak memanas.

"Kamu selalu saja bilang seperti itu." Sara menggeleng. "Kita sudah menjadi teman sekelas hampir tiga tahun penuh. Namun kamu masih saja menyendiri dan terasing dari kami. Ayolah, kita akan lulus sebentar lagi. Kita harus menghabiskan waktu berama lebih banyak."

Yang lain mengangguk setuju.

Apakah Reane asli juga seorang introvert? Reane tidak bisa mengingat detail. Namun tetap saja dia merasa hatinya berdesir hangat saat mendengar kalimat itu. Reane tahu perlakuan itu bukan untuknya, namun perasaan Reane yang sebenarnya tetap saja mengalir di hatinnya sendiri.

"Apakah kamu masih bersama Mario?"

Celetukan seseorang tiba-tiba membuat ekspresi Reane berubah.

"Ah ... maaf."

Orang yang bertanya tadi menunduk dengan perasaan bersalah saat mendapati tatapan tajam teman-temannya. Ayolah, dia hanya penasaran. Dan tentu saja bukan hanya dia yang penasaran, semua orang di sekolah ingin tahu apakah hubungan langgeng antara Mario dan Reane akan segera berakhir karena keretakan sebelum Reane tidak terlihat di sekolah.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang