26. Dependency 🌷

90.3K 11.4K 618
                                    

Happy Reading

~•~

"Bagaimana?"

Pertanyaan agak cemas Grehen menyambut Reane saat keluar kamar Ray. Reane mendongak menatap pria dewasa didepannya yang berekspresi datar namun matanya penuh kekhawatiran.

"Sudah tidak apa-apa. Dia tertidur."

Dengan lega Grehen mengangguk. "Terima kasih, Nyonya."

Reane menatapnya heran. "Kenapa berterima kasih?"

Grehen terdiam lama menatapnya sebelum menjawab. "Sudah lama saya menyadari bahwa Anda sangat penting bagi Tuan Muda. Namun, tindakan dan sikap Anda bisa mengakibatkan dua pengaruh. Baik dan buruk.  Terkadang Anda menjadi obatnya, namun Anda juga bisa membuat penyakitnya semakin parah."

"Apa maksudmu, Pak?" Reane masih tidak mengerti.

"Apa Anda masih ingat perkataan dokter Jansen? Tuan Muda sangat bergantung pada Anda, Nyonya. Keadaannya akan membaik karena Anda, namun apakah Anda sadar jika tindakan Anda hari ini akan menyakitinya secara mental?"

Reane menghindari tatapannya dengan rasa bersalah yang tidak bisa dijelaskan. "... tindakan apa yang aku lakukan?"

"Saya yakin 100% bahwa Anda pergi sekolah begitu saja tanpa berpamitan. Apa Anda tahu bagaimana panik dan takutnya Tuan Muda saat menyadari bahwa Anda menghilang dari sisinya?" Suara Grehen yang rendah dan serius membuat Reane semakin merasa bersalah. "Lalu video yang menyebar di forum sekolah sungguh sangat tidak pantas. Saya mulai meragukan Anda kembali setelah melihat itu. Sedari awal lebih baik Anda tidak pergi ke sekolah."

Reane mengernyit. "Video apa?"

Grehen menatapnya agak dingin. "Anda tahu tanpa melihatnya. Mereka yang tidak tahu bahwa Anda sudah menikah mungkin berpikir pantas-pantas saja kalian sebagai kekasih berpelukan dan nyaris berciuman didepan umum. Namun Anda harus tahu diri, Nyonya. Sadari di mana posisi Anda sekarang."

Reane tertegun. "A-aku tidak ...."

"Saya mengizinkan Anda kembali sekolah karena niat Anda yang penuh tekad. Jangan meragukan saya lagi dan lagi. Apa sulit untuk menghindarinya? Jika Anda terus terbayang akan perasaan Anda kepada orang itu, pikirkanlah kembali Tuan Muda. Dan ingat, nasib keluarga Anda ada di tangan kami."

Reane mengepalkan tangannya. Dia menarik nafas dalam-dalam. "Maafkan aku, Pak. Dia yang datang sendiri kepadaku. Aku sungguh-sungguh ingin belajar. Aku hanya memiliki Ray dihatiku."

Grehen menatap gadis didepannya yang menatapnya serius dengan mata merah. Jika Arden tidak melaporkan kejadiannya secara detail, mungkin tanpa ampun dia tidak akan membiarkan Reane sekolah lagi. Dia tentu tahu bahwa Reane serius akan perkataannya dan sama sekali tidak ingin terlibat kembali dengan Mario.

"Jangan membuat saya bertindak untuk menyingkirkannya sendiri. Hindarilah sebisa mungkin." Setelah beberapa saat Grehen terdiam, dia berkata pelan. "Saya akan menghapus video itu tanpa tersisa. Jangan sampai Nyonya Tua tahu tentang ini."

Reane menatapnya kosong. Hatinya sangat kacau. Dia tidak bisa mengabaikan ketulusan Mario yang membuat hatinya berdebar tanpa sadar, dan itu sama sekali bukan kehendaknya. Tidak bohong bahwa pikiran dan hatinya hanya untuk Ray, tapi terkadang segala sesuatu selalu diluar kendali.

Dia harus benar-benar menghindari Mario di masa depan. Reane takut. Dia takut perasaan cinta dan simpati itu akan muncul tanpa di sadari.

Dia hanya menyukai Ray. Dia hanya milik Ray.

~•~

Reane mengambil ponselnya di laci yang sangat jarang dia gunakan. Karena rasa penasaran, dia mulai mengotak-ngatik seluruh isi ponsel. Saat dia melihat galeri, dia terkejut dengan ratusan foto 'dirinya' dan Mario. Hatinya gemetar melihat dua pasang kekasih yang tersenyum lebar bahagia.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang