31. Day

19 16 7
                                    

Apa yang kamu pikirkan untuk masa depanmu nanti?


Rea menatap pria didepannya dengan perasaan yang campur aduk. Antara senang, kecewa, marah, atau bahkan bersyukur karna dapat bertemu kembali dengan sosok sang Ayah yang selalu dia rindukan. Lama tidak pulang, lama tak terlihat, dan sekarang dengan mudahnya mucul didepan mata tanpa kabar jika akan datang dari jauh hari.

"Rea... Ayah pulang nak... Kamu apa kabar? Baik kan?" Ucap Ayah Rea dengan suara yang besar dan serak. Suara itu, .

Ayah Rea berdiri dari duduknya, menatap Rea dengan tulus dan penuh rindu. Langkahnya perlahan mendekati Rea, kedua tangannya terangkat menyentuh pipi Rea yang mulus dan halus.

Matanya mulai berkaca-kaca menatap Rea yang sudah tumbuh besar "Maafin Ayah, yang... jarang meluangkan waktu untuk kamu ya nak.... Ayah juga kerja buat memenuji kebutuhan keluarga. Bahkan saat kamu liburan kemarin pun... Ayah belum sempat bertemu kamu" Ucap Ayah Rea sambil terisak.

Rea yang mendengar dan melihat ketulusan Ayahnya pun juga ikut menangis, dadanya sesak sehingga sulit untuk bicara.

Rea menarik nafas dalam-dalam berusaha untuk bicara "Ayah... Rea udah maafin Ayah... Dan Rea juga tau kalau Ayah sibuk mencari nafkah untuk keluarga, Ibu juga sibuk. Karna Rea sering sendiri dirumah, Rea jadi mandiri Ayah" Ujar Rea agar Ayahnya tidak menyalahkan dirinya sendiri.

Ibu Rea yang ada didapur ikut menangis dengan yang ia lihat didepannya.

"Akhirnya setelah sekian lama Rea tak melihat Ayahnya..... sekarang mereka bisa bertemu lagi, sungguh sebuah keajaiban" -Batin Ibu Rea.

•••

Rea selesai ganti baju segera ke dapur untuk makan bersama dengan keluarganya. Rea duduk yang disebelahnya kursi kosong, sedangkan depannya kedua orang tuanya.

Keadaan menjadi sunyi tidak ada yang memulai percakapan, sehingga

Ceklek!

Tuk

Tuk

Tuk

"Maaf! Rey telat! Baru selesai acaranya" Ujar Tante Rey yang tiba-tiba datang dan segera ke westafel untuk cuci tangan lalu duduk di kursi sebelah Rea. "Wah... makan besar nih, ayukk makan sama-sama, Mas, Mbak... " Ucap Rey dengan senyumannya yang merubah suasana.

Ibu Rea segera menyadarkan dirinya "Ah! Iya... ayok sini-sini Ibu ambilkan nasinya" Ujar Ibu Rea yang segera menuangkan nasi di piring suaminya, lalu ke piring Rea, Rey dan dirinya sendiri.

Mereka ber-4 makan dalam kesunyian. Hanya denting piring bergantian yang terdengar, terkadang suara batuk atau tersedak.

Kesunyian itu berubah ketika Rea bertanya "Tante, nanti menginap disini kah?" Tanya Rea. Namun ketika Rey ingin menjawab, terlihat sedikit kekikukan seperti matanya menatap ke Ibu Rea lalu beralih menatap Rea.

"Euumm... mungkin nanti aga maleman pulangnya, nanti mau ambil dokumen dulu, ada yang tertinggal disini" Jelas Rey membuat kepala Rea mengangguk-angguk.

"Ekhm"

Tiba-tiba suara besar sang Ayah terdengar. Rea menatap Ayahnya yang baru selesai mengelap bibirnya dengan tissue.

"Rea... Ayah mau tanya padamu" Ujar Ayah dengan serius. Rea yang mendengar itu langsung menbenarkan dududknya "Iya, apa itu Ayah?" Tanya Rea.

"Kamu... ingin kuliah dimana Rea? Apa kamu mau masuk ke perusahaan Ayah? Perusahaan Ibu? Atau membantu bisnis Tante kamu? Membuat Novel?" Tanya Ayah Rea serius.

R2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang