🌻09 :: Semuanya Putus

39 11 0
                                    

Murahan.

Satu kata yang terus terlintas dalam benak Jerico. Wajahnya kini sudah sangat merah, dalam arti Jerico memendam amarah besar. Dengan segera, dia mengambil kunci mobilnya dan hendak langsung menuju ke satu tempat dimana sang kekasih beristirahat. Apartemen Beby. Pokoknya malam ini, semua hal harus diluruskan.

Merasa tak tenang melihat Jerico yang diselimuti amarah, Theo dengan sigap mengikuti langkah anak itu dan memasuki mobil Jerico. Begitu pula dengan Teddy dan Kumara yang memilih untuk mengendarai sepeda motor dan mengikuti dua anak itu dari belakang.

Jerico sadar dengan yang dia lakukan selama ini. Sesekali dia lebih mementingkan Icher, tanpa mempedulikan Beby. Namun, apa kekasihnya itu pernah bertanya mengenai hal ini kepadanya? Setiap wanita itu mengungkit hal ini, pasti jatuhnya hanya Jerico yang disalahkan, Jerico yang dianggap jahat, dan Jerico yang selalu dianggap sebagai lelaki brengsek. Nyaris tidak pernah diberi waktu hanya untuk sekedar menjelaskan dan meluruskan apa yang Beby dapatkan.

Mengendarai dengan satu tangan dan perhatian yang dia fokuskan ke depan, membuat bulu kuduk Theo mendadak berdiri. Merinding.

"Je, Lo jangan terlalu emosi!! Ingat, Beby cewek!" Theo memperingati.

Tak ada balasan dari Jerico. Theo semakin merinding.

"Je, bales gue dulu."

Jerico berdehem.

"Jangan kasar, ya? Tetap dengan kepala dingin."

Jerico melirik Theo. "Insya Allah."

"Jerico--" Theo menatap Jerico lekat. "Lakuin apa yang menurut lo benar. Pikirin dari sekarang, jangan sampai keputusan lo justru akan membuat lo menderita nantinya. Gue tau lo cinta banget sama Beby, jadi pikirin baik-baik dari sekarang."

Cinta?

Bahkan Jerico sendiri saja tidak tahu apa jawaban yang akan dia beri jika ditanya, 'cinta Beby atau tidak?'. Kalau Jerico yang dulu, dengan senang hati menegaskan bahwa dia mencintai Beby. Tetapi sekarang? Jangankan untuk cinta, untuk bertahan hingga detik ini pun sebenarnya Jerico tidak tahu kenapa dan tidak tahu alasannya apa.

Suasana di dalam mobil sungguh dingin. Hawa Jerico menyelimuti seisi mobil. Theo sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Sementara itu, jauh disana, suasana rumah Johan kembali mencekam. Usaha Aleo untuk mencairkan, ternyata gagal. Bahkan Hendri yang susah payah untuk mengungkapkan fakta yang seharusnya tetap disembunyikan, berakhir sia-sia. Atensi Jerico tetap kepada sumber yang membuatnya emosi, sedangkan anak komplek memang kenyataannya mudah ter-distrak.

.....

"Je, kamu kenapa kesini?"

Tak butuh waktu lama untuk empat laki-laki itu menunggu pintu apartemen terbuka. Begitu sampai, langsung menekan bel dan sang penghuni langsung menampakkan batang hidungnya.

"Ada yang perlu aku bicarain," ujar Jerico tanpa ekspresi.

"Ayo, masuk!"

Penghuni--Beby, mempersilakan mereka masuk. Jerico yang sudah terbiasa dengan keadaan apartemen mewah gadis itu, sudah tidak terkejut ketika menemukan barang bermerk tergeletak diatas kasur. Lain halnya dengan Theo, Teddy, dan Kumara, tiga anak itu terkejut dan menganga untuk waktu yang cukup lama.

Colourthetic [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang